Subkategori Menegur Kategori Melecehkan Muka

Sedangkan, penutur D7 memiliki tindak perlokusi berupa tindakan. Mitra tutur D7 hanya tersenyum malu dengan dituturkannya tuturan penutur. Kedua tuturan tersebut tergolong ke dalam subkategori mengejek, mengejek adalah situasi dimana penutur sedang dalam keadaan santai. Walau dalam keadaan santai, bisa saja tuturan tersebut menjadi tidak santun bila mitra tutur merasa kehilangan muka. Kesamaan subkategori tidak menandakan bahwa maksud dari kedua penutur tersebut juga sama. Penutur D6 memiliki maksud mengejek. Maksud mengejek penutur D6 memiliki adalah ia mengejek mitra tutur yang merupakan nelayan senior sekaligus ketua nelayan pantai Congot tetapi tidak tahu anggaran perbaikan sayap kapal. Sedangkan, maksud penutur D7 adalah maksud menggoda. Alasan penutur menggoda mitra tutur karena ia melihat stiker yang ada di motor mitra tutur bertuliskan ojo gondoel FU , sehingga ia menyarankan agar diganti dengan tulisan ojo dumeh . Walaupun tuturan kedua penutur di atas tidak dalam situasi serius, mitra tutur tetap merasa malu karena mereka diejek dan digoda di hadapan orang lain.

4.3.4.3 Subkategori Menegur

Cuplikan tuturan 39 D2 P : “Nih kamu gak naik kelas Gak malu apa sama yang lain? Besok lagi yang rajin belajarnya agar naik kelas. Kalo gak naik kelas lagi mesti kamu mung diisin-isin karo konco- koncomu.” Cuplikan tuturan 42 D5 P : ”Makanya kalo kamu itu mau belajar ya belajar, gag belajar cuman maen.” Cuplikan di atas merupakan wujud linguistik dari subkategori menegur dalam kategori ketidaksantunan menghilangkan muka. Wujud pragmatik dari tuturan D2 adalah penutur menyampaikan tuturannya dengan cara halus kepada mitra tutur. Cara halus yang digunakan penutur justru membuat mitra tutur takut karena secara tidak langsung mitra tutur sedang dimarahi penutur. Mitra tutur ditegur oleh penutur di depan orang lain. Sedangkan pada tuturan D5, penutur menegur mitra tutur di depan bibi dan saudaranya yang mendapat nilai lebih bagus dari mitra tutur. Penutur menyampaikan tuturannya dengan kesal dan penuh dengan kekecewaan. Pembahasan penanda linguistik berdasar pada aspek intonasi, kata fatis, nada tutur, tekanan, dan pilihan kata atau diksi. Penutur D2 menggunakan intonasi seru dalam tuturannya. Intonasi ini ditandai dengan perasaan hati penutur yang kesal terhadap mitra tutur. Intonasi yang terdapat dalam tuturan D5 adalah intonasi berita. Kalimat berita deklaratif ditandai dengan pola intonasi datar- turun Muslich, 2009. Penggunaan kata fatis hanya terdapat pada tuturan D5, yakni kata fatis ya . Kata fatis ya bertugas mengukuhkan atau membenarkan apa yang ditanyakan kawan bicara, bila dipakai pada awal ujaran dan meminta persetujuan atau pendapat kawan bicara bila dipakai pada akhir ujaran. Penutur D5 menggunakan kata fatis ya bermaksud untuk mengukuhkan dan membenarkan pendapat penutur. Nada tutur yang digunakan penutur D2 adalah nada sedang. Sedangkan, penutur D5 menggunakan nada tinggi dalam penyampaian tuturannya. Nada tinggi dapat mengindikasikan bahwa penutur benar-benar kesal dengan mitra tutur. Tekanan keras sama-sama menjadi pilihan penutur dalam menekankan tuturannya. Penutur D2 menekankan pada frasa Nih kamu gak naik kelas , sedangkan penutur D5 menekankan pada frasa kalo mau belajar ya belajar . Kedua penutur tersebut juga menggunakan bahasa populer sebagai pilihan katanya. Penggunaan bahasa populer ini mereka gunakan karena agar lebih dipahami oleh mitra tutur. Bahasa populer adalah kata-kata yang dikenal dan diketahui oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembahasan dari segi penanda pragmatik menggunakan aspek-aspek yang dijelaskan oleh Leech 1983. Aspek-aspek penanda pragmatik tersebut adalah aspek penutur dan lawan tutur, konteks tuturan, tujuan penutur, tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas, dan tuturan sebagai produk tindak verbal. Aspek penutur dan lawan tutur dalam cuplikan tuturan 39 adalah sebagai berikut. Penutur dan mitra tutur merupakan laki-laki, penutur adalah ayah dan mitra tutur adalah anak. Penutur bekerja sebagai nelayan di pantai Trisik, sedangkan mitra tutur masih duduk di bangku SD. Penutur dan mitra tutur pada cuplikan tuturan 42 adalah laki-laki. Penutur merupakan paman dari mitra tutur. Penutur bekerja sebagai nelayan di pantai Congot dan mitra tutur masih bersekolah pada tingkatan SD. Aspek kedua yang dipaparkan oleh Leech 1983 adalah konteks tuturan. Konteks tuturan pada cuplikan tuturan 39 adalah penutur pulang dari sekolah mengambil raport mitra tutur. Mitra tutur mendapat raport jelek dan tidak naik kelas. Tuturan ini terjadi saat penutur, mitra tutur, dan orang ketiga sedang bercakap-cakap membahas nilai mitra tutur. Konteks tuturan 42 adalah mitra tutur mendapat nilai jelek, hal ini berbanding terbalik dengan keponakan penutur. Mitra tutur merupakan keponakan dari istri yang tinggal bersama penutur. Dalam situasi ini terdapat orang ketiga yakni, istri dan keponakan penutur. Aspek yang ketiga adalah tujuan penutur menyampaikan tuturannya. Tujuan tuturan D2 adalah penutur menasihati anaknya yang tidak naik kelas di hadapan orang ketiga ibunya. Tujuan tuturan D5 adalah penutur menasihati mitra tutur yang mendapat nilai jelek, secara tersirat penutur juga menyindir dan membandingkan mitra tutur dengan keponakannya yang mendapatkan nilai baik. Aspek yang keempat adalah tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas. Aspek ini membahas mengenai waktu dan tempat terjadinya tuturan. Cuplikan tuturan 39 bertempat di halaman rumah penutur pada siang hari setelah penutur pulang dari mengambil raport. Cuplikan tuturan 42 bertempat di rumah penutur pada siang hari setelah penutur pulang dari mengambil raport. Aspek yang terakhir adalah aspek tuturan sebagai produk tindak verbal. Aspek ini membahas tindak verbal penutur dan tindak perlokusi mitra tutur. Tindak verbal penutur D2 dan D5 adalah tindak verbal ekspresif. Tindak verbal ini merupakan jenis tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang dirasakan penutur, berupa pernyataan kegembiraan, kesulitan, kesukaan, kebencian, kesenangan, dan kesengsaraan. Kedua penutur tersebut merasa kesal dan kecewa dengan apa yang didapat mitra tutur. Tindak perlokusi mitra tutur D2 dan D5 hampir sama yakni, mereka merasa malu dan hanya diam saja sambil menundukkan kepala. Kedua tuturan tersebut tergolong ke dalam subkategori menegur, menegur adalah situasi dimana mitra tutur melakukan hal yang salah sehingga membuat penutur harus memperingatkannya dengan teguran. Penutur D2 bermaksud untuk memarahi mitra tutur, karena penutur merasa kecewa dengan tidak naik kelasnya mitra tutur. Sedangkan penutur D5 bermaksud untuk menasihati mitra tutur yang mendapat nilai jelek. Kedua penutur di atas sama-sama merasa kecewa dengan hasil yang diperoleh mitra tutur, tetapi mereka memiliki cara masing-masing dalam menyampaikan maksud mereka.

4.3.4.4 Subkategori menyinggung