Praanggapan Tindak tutur Fenomena Pragmatik

1983:9 via Nadar 2009:4 dalam bukunya yang berjudul Pragmatik Penelitian Pragmatik , yang mendefinisikan pragmatik sebagai berikut: “ Pragmatics is the study of those relations between language and context that are grammaticalized, or encoded in the structure of language ”. Maksud dari definisi Levinson adalah pragmatik merupakan kajian hubungan antara bahasa dan konteks yang tergramatikalisasi atau terkodifikasi dalam struktur bahasa. Dari definisi beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pragmatik merupakan ilmu kebahasaan yang mengkaji mengenai maksud sebuah tuturan yang berdasar pada penggunaan bahasa dan selalu terikat dengan konteks situasi di mana tuturan itu terjadi. Dengan demikian, pragmatik adalah ilmu yang mengkaji antara hubungan bahasa dan konteks.

2.3 Fenomena Pragmatik

Pragmatik sebagai cabang ilmu bahasa yang berkembang telah mengkaji lima fenomena, yaitu praanggapan, tindak tutur, implikatur, deiksis, dan kesantunan. Kelima fenomena tersebut akan dijelasakan lebih lanjut sebagai berikut.

2.3.1 Praanggapan

Manusia setiap harinya pasti melakukan komunikasi. Dalam berkomunikasi pasti terdapat gagasan apa yang akan dituturkan kepada mitra tutur. Anggapan bahwa ketika penutur menyampaikan informasi tertentu sudah diketahui oleh pendengarnya. Karena informasi tersebut dianggap sudah diketahui, maka informasi yang demikian biasanya tidak akan dinyatakan dan akibatnya akan menjadi bagian dari apa yang disampaikan tetapi tidak dikatakan. Praanggapan atau presupposisi adalah sesuatu yang diasumsikan oleh penutur sebagai kejadian sebelum menghasilkan suatu tuturan Yule, 2006:43. Yule 2006:46 membagi presupposisi menjadi enam jenis, yaitu presupposisi eksistensial, presupposisi faktif, presupposisi nonfaktif, presupposisi leksikal, presupposisi struktural, presupposisi faktual tandingan. Levinson 1983:201-202 dalam Nadar 2009:66 menyimpulkan dari berbagai definisi-definisi pragmatik yang dikemukakan oleh para ahli bahasa, mengemukakan bahwa presupposisi pragmatik mengandung dua hal pokok yaitu kesesuaian ‘appropriateness’ atau kepuasan ‘felicity’ dan pemahaman bersama ‘mutual knowledge’, atau ‘common ground’ dan ‘joint assumption’. Dengan demikian pemahaman bersama ‘common ground’ dan kesesuaian ‘appropriateness’ merupakan hal-hal mendasar dalam berbagai definisi mengenai presupposisi pragmatik. Jadi, praanggapan merupakan sesuatu yang dianggap oleh penutur sudah diketahui oelh lawan tutur.

2.3.2 Tindak tutur

Tindakan-tindakan yang ditampilkan melalui tuturan biasanya disebut tindak tutur. Tindakan yang ditampilkan dengan menghasilkan suatu tuturan akan mengandung tiga tindak yang saling berhubungan. Yang pertama adalah tindak lokusi, merupakan tindak dasar tuturan atau menghasilkan suatu ungkapan linguistik yang bermakna. Kedua adalah tindak ilokusi, merupakan beberapa fungsi yang terbentuk oleh tuturan di dalam pikiran. Tindak ilokusi ditampilkan melalui penekanan komunikatif suatu tuturan. Ketiga adalah tindak perlokusi, lawan tutur berasumsi harus melakukan sesuatu sebagai akibat dari suatu tuturan. Yule, 2006:83 –84. Jadi, tindak tutur merupakan suatu uajaran yang mengandung tindakan sebagai suatu fungsional dalam komunikasi yang mempertimbangkan aspek situasi tutur. Yule 2006:92 –94 mengklasifikasi tindak tutur menjadi 5 jenis fungsi umum, yaitu: 1 Deklarasi, adalah jenis tindak tutur yang mengubah dunia melalui tuturan penutur harus mempunyai peran institutional. Contoh: Saya nikahkan Anda . Penutur harus memiliki peran institusional khusus, dalam konteks khusus, untuk menampilkan suatu deklarasi secara tepat. Pada waktu menggunakan deklarasi penutur mengubah dunia dengan kata-kata. 2 Representatif, adalah jenis tindak tutur yang menyatakan apa yang diyakini penutur kasus atau bukan. Berupa suatu fakta, penegasan, kesimpulan, dan pendeskripsian. Contoh: Bumi itu bundar . Pada waktu menggunakan sebuah representatif, penutur mencocokkan kata-kata dengan dunia kepercayaannya. 3 Ekspresif, adalah jenis tindak tutur yang menyatakan sesuau yang dirasakan oleh penutur, berupa pernyataan kegembiraan, kesulitan, kesukaan, kebencian, kesenangan, dan kesengsaraan. Contoh: Sungguh, saya minta maaf . Tindak tutur itu mungkin disebabkan oleh sesuatu yang dilakukan oleh penutur atau pendengar, tetapi semuanya menyangkut pengalaman penutur. 4 Direktif, adalah jenis tindak tutur yang dpakai oleh penutur untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu, meliputi perintah, pemesanan, pemberian saran, permohonan, dan lain-lain. Contoh: Tolong matikan lampu itu Pada waktu menggunakan direktif, penutur berusaha menyesuaikan dunia dengan kata lewat pendengar. 5 Komisif, adalah jenis tindak tutur yang dipahami oleh penutur untuk mengikatkan dirinya terhadap tindakan-tindakan di masa yang akan datang, berupa janji, ancaman, penolakan, ikrar. Contoh: Saya akan kembali . Pada waktu menggunakan komisif, penutur berusaha untuk menyesuaikan dunia dengan kata-kata lewat penutur.

2.3.3 Implikatur