setelah itu baru boleh menonton televisi. Penutur melanggar aturan yang telah dibuat oleh MT. Tujuan penutur adalah menunda suruhan mitra tutur untuk
shalat kemudian belajar, penutur lebih memilih untuk melanjutkan menonton televisi. Tindak verbal tuturan tersebut adalah tindak komisif. Tindak perlokusi
MT adalah mematikan sekering listrik.
5 Maksud Penutur
Tuturan A3 : penutur memiliki maksud menunda belajar. Tuturan A4 : penutur memiliki maksud menunda belajar.
4.2.2 Mengancam Muka Sepihak
Terkourafi 2008 dalam Rahardi 2012 memandang ketidaksantunan bilaman mitra tutur merasakan ancaman terhadap kehilangan muka
face threaten
, dan penutur tidak mendapatkan maksud ancaman muka dari mitra tutur. Kategori ketidaksantunan yang mengancam muka sepihak memiliki empat
subkategori, yaitu subkategori menegaskan, mengejek, menunda, dan menolak. Berikut ini adalah analisis tuturan yang termasuk dalam subkategori tersebut.
4.2.2.1 Subkategori Menegaskan
Cuplikan tuturan 7 B3 MT
: “Langsung tidur aja, gak usah malem2.”
P : “Cah enom kok yahene turu, Bu.”
MT : “Ohh. Nek cah enom koyo ngno to?”
Konteks B3: Tuturan terjadi di rumah, pada malam hari saat jam tidur. Penutur sedang menonton televisi. MT menyuruhnya untuk tidur, karena
sudah larut malam. Penutur menolak suruhan MT dengan sanggahan. Cuplikan tuturan 10 B6
P
: menginjak kaki kakaknya “Walah... kepidak...”
MT : “Mah dipidak”
P : “Salahe mundur-mundur.”
Konteks B6: Tuturan ini terjadi di rumah, tepatnya di ruang keluarga. MT sedang asik mengganggu penutur. Secara tidak sengaja penutur
menginjak kaki MT.
1 Wujud Ketidaksantunan Linguistik
Wujud ketidaksantunan linguistik mengancam muka sepihak subkategori menegaskan adalah berupa transkrip tuturan lisan tidak santun. Wujud
ketidaksantunan linguistik tersebut sebagai berikut. Tuturan B3 : Cah enom kok yahene turu, Bu.
Anak muda kok jam segini tidur, Bu.
Tuturan B6 : menginjak kaki kakaknya Walah... kepidak...
Walah... terinjak...
2 Wujud Ketidaksantunan Pragmatik Tuturan B3 : Penutur berbicara dengan orang yang lebih tua, yakni ibu dari
penutur. Penutur menyanggah suruhan dari MT. Tuturan penutur disampaikan dengan cara sinis. Penutur memiliki persepsi bahwa anak muda belum pantas
tidur pada jam-jam tersebut. Penutur tidak memperhatikan MT.
Tuturan B6 : Penutur berbicara dan melakukan tindakan kepada orang yang lebih tua, yakni kepada kakaknya. Penutur menyampaikan tuturannya dengan
cara spontan. Mitra tutur merasa marah karena tindakan penutur. Penutur tidak menyadari bahwa tindakan dan tuturannya telah mengancam muka MT,
sedangkan penutur justru berbalik menyalahkan MT.
3 Penanda Ketidaksantunan Linguistik Tuturan B3 : Tuturan B3 mempunyai intonasi berita. Terdapat kata fatis
kok
. Penutur berbicara dengan nada sedang. Tekanan keras pada frasa
Cah enom
dan
Bu
. Diksi: bahasa nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa.
Tuturan B6 : Tuturan tersebut mempunyai intonasi berita. Penutur berbicara dengan nada sedang tetapi kakinya menginjak mitra tutur. Tekanan lunak
pada kata
kepidak
. Diksi: bahasa nonstandar dengan menggunakan bahasa
Jawa. 4 Penanda Ketidaksantunan Pragmatik
Tuturan B3 : Tuturan terjadi di rumah, pada malam hari saat jam tidur. Penutur laki-laki berusia 16 tahun, anak dari MT. MT perempuan, ibu dari
penutur. Penutur sedang menonton televisi. MT menyuruhnya untuk tidur, karena sudah larut malam. Penutur menolak suruhan MT dengan sanggahan.
Tujuan penutur adalah menegaskan bahwa ia belum ingin tidur, karena penutur masih ingin menonton televisi, dan penutur masih muda sehingga belum pantas
tidur pada saat itu. Tindak verbal dari tuturan penutur adalah tindak
representatif. Tindak perlokusi MT adalah menanggapi tuturan penutur dengan pertanyaan yang sedikit kesal, tetapi penutur tidak menghiraukan MT dan tetap
menonton televisi. Tuturan B6 : Tuturan ini terjadi di rumah, tepatnya di ruang keluarga.
Penutur laki-laki berusia 12 tahun, adik dari MT, sedangkan MT laki-laki berusia 22 tahun, kakak dari penutur. MT sedang asik mengganggu penutur.
Secara tidak sengaja penutur menginjak kaki MT. Tujuan: penutur tidak sengaja menginjak kaki MT dan dalam bawah sadarnya, penutur mengeluarkan
kata-kata yang membuat MT merasa terganggu. Tindak verbal tuturan tersebut adalah tindak representatif. Tindak perlokusi MT adalah dengan mengeluarkan
kata-kata kasar, tetapi penutur malah menyalahkan MT karena telah mengganggunya.
5 Maksud Penutur
Tuturan B3 : penutur memiliki maksud membela diri. Tuturan B6 : penutur memiliki maksud mengejek.
4.2.2.2 Subkategori Mengejek