Tekanan Intonasi Nada Unsur Suprasegmental

2.7.1 Tekanan

Tekanan menyangkut masalah keras lunaknya bunyi. Suatu bunyi segmental yang diucapkan dengan arus udara yang kuat sehingga menyebabkan amplitudonya melebar, pasti dibarengi dengan tekanan keras. Sebaliknya, sebuah bunyi segmental yang diucapkan dengan arus udara yang tidak kuat sehingga amplitudonya menyempit, pasti dibarengi dengan tekanan lunak. Tekanan ini mungkin terjadi secara sporadis, mungkin juga telah berpola, mungkin juga bersifat distingtif, dapat membedakan makna, mungkin juga tidak distingtif Achmad Alek, 2013:33−34. Sebelumnya Samsuri 1969:56 dalam bukunya yang berjudul Fonologi mengungkapkan untuk menandai tekanan dapat dipakai tanda- tanda diakritik [ “ ] untuk tekanan primer, [ ‘ ] untuk tekanan sekunder.

2.7.2 Intonasi

Intonasi dalam bahasa Indonesia sangat berperan dalam pembedaan maksud kalimat. Bahkan, dengan dasar kajian pola-pola intonasi ini, kalimat bahasa Indonesia dibedakan menjadi kalimat berita deklaratif, kalimat tanya interogatif, dan kalimat perintah imperatif. Kalimat berita deklaratif ditandai dengan pola intonasi datar-turun. Kalimat tanya interogatif ditandai dengan pola intonasi datar-turun. Kalimat perintah imperatif ditandai dengan pola intonasi datar-tinggi Muslich, 2009:115−117. Keraf 1991:208 menambahkan kalimat seru ke dalam kalimat bahasa Indonesia. Kalimat seru adalah kalimat yang menyatakan perasaan hati, atau keheranan terhadap suatu hal. Kalimat seru ditandai dengan intonasi yang lebih tinggi dari kalimat inversi.

2.7.3 Nada

Dalam penuturan bahasa Indonesia, tinggi-rendahnya nada suara tidak fungsional atau tidak membedakan makna. Oleh karena itu, dalam kaitannya dengan pembedaan makna, nada dalam bahasa Indonesia tidak fonemis. Walaupun demikian, ketidakfonemisan ini tidak berarti nada tidak ada dalam bahasa Indonesia. Hal ini disebabkan oleh adanya faktor ketegangan pita suara, arus udara, dan posisi pita suara ketika bunyi itu diucapkan. Makin tegang pita suara, yang disebabkan oleh arus udara dari paru-paru, makin tinggi pula nada bunyi tersebut. Begitu juga posisi pita suara. Pita suara yang bergetar lebih cepat akan menentukan tinggi nada suara ketika berfonasi Muslich, 2009:112. Nada berkenaan dengan tinggi rendahnya suatu bunyi. Bila suatu bunyi segmental diucapkan dengan frekuensi getaran yang tinggi, tentu akan disertai dengan nada tinggi. Sebaliknya, kalau diucapkan dengan frekuensi getaran rendah,tentu akan disertai juga dengan nada rendah. Achmad Alek 2013:33−34 membedakan empat macam nada, yaitu: 1 Nada yang paling tinggi, diberi tanda dengan angka 4 2 Nada tinggi, diberi tanda dengan angka 3 3 Nada sedang atau biasa, diberi tanda dengan angka 2 4 Nada rendah, diberi tanda dengan angka 1 Nada ditandai dengan diakritik- diakritik [ ] untuk nada naik, [ ] untuk nada turun, [ - ] untuk nada datar, dan [ ̌ ] untuk nada turun-naik, sedangkan [ ̂ ] untuk nada naik-turun.

2.8 Maksud dan Makna