Subkategori Menegur Mengancam Muka Sepihak

4.2.4.3 Subkategori Menegur

Cuplikan tuturan 39 D2 P : “Nih kamu gak naik kelas Gak malu apa sama yang lain? Besok lagi yang rajin belajarnya agar naik kelas. Kalo gak naik kelas lagi mesti kamu mung diisin-isin karo konco- koncomu.” Konteks D2: Tuturan terjadi di halaman rumah. Penutur pulang dari sekolah mengambil raport anaknya. Tuturan ini terjadi saat penutur, MT, dan orang ketiga sedang bercakap-cakap membahas nilai MT. Cuplikan tuturan 42 D5 P : ”Makanya kalo kamu itu mau belajar ya belajar, gag belajar cuman maen.” Konteks D5: Tuturan ini terjadi di rumah. MT mendapat nilai jelek, hal ini berbanding terbalik dengan keponakan penutur. Dalam situasi ini terdapat orang ketiga yakni, istri dan keponakan penutur. 1 Wujud Ketidaksantunan Linguistik Wujud ketidaksantunan linguistik menghilangkan muka subkategori menegur adalah berupa transkrip tuturan lisan tidak santun. Wujud ketidaksantunan linguistik tersebut sebagai berikut. Tuturan D2 : Nih kamu gak naik kelas Gak malu apa sama yang lain? Besok lagi yang rajin belajarnya agar naik kelas. Kalo gak naik kelas lagi mesti kamu mung diisin-isin karo konco- koncomu. Tuturan D5 : Makanya kalo kamu itu mau belajar ya belajar, gag belajar cuman maen. 2 Wujud Ketidaksantunan Pragmatik Tuturan D2 : Penutur berbicara dengan MT di depan orang lain. Penutur menakut-nakuti MT bila tidak naik kelas lagi. Penutur menyampaikan tuturannya dengan cara halus. MT merasa kehilangan muka karena dipermalukan di depan orang lain. Tuturan D5 : Penutur menegur MT di hadapan orang lain. Penutur mengomentari nilai buruk yang didapat keponakan istrinya dengan kesal. Penutur kecewa terhadap MT. MT merasa dirinya kehilangan muka karena tuturan tersebut disampaikan di depan orang lain. 3 Penanda Ketidaksantunan Linguistik Tuturan D2 : Tuturan D2 mempunyai intonasi seru. Penutur berbicara dengan nada sedang. Tekanan keras pada kalimat Nih kamu gak naik kelas dan pada frasa Gak malu . Diksi: bahasa nonstandar bahasa Jawa dan bahasa tidak baku. Tuturan D5 : Tuturan D5 mempunyai intonasi berita. Partikel: ya . Penutur berbicara dengan nada tinggi. Tekanan keras pada frasa gag belajar cuman maen . Diksi: bahasa populer. 4 Penanda Ketidaksantunan Pragmatik Tuturan D2 : Tuturan terjadi di halaman rumah. Penutur laki-laki, ayah dari MT. MT laki-laki, anak dari penutur. Penutur pulang dari sekolah mengambil raport anaknya. Tuturan ini terjadi saat penutur, MT, dan orang ketiga sedang bercakap-cakap membahas nilai MT. Tujuan penutur adalah menasihati anaknya yang tidak naik kelas di hadapan orang ketiga ibunya. Tindak verbal tuturan D2 adalah tindak direktif. Tindak perlokusi MT adalah merasa malu dan hanya diam saja sambil menundukkan kepala. Tuturan D5 : Tuturan ini terjadi di rumah. Penutur laki-laki, paman dari MT. MT laki-laki, keponakan dari istri penutur. MT mendapat nilai jelek, hal ini berbanding terbalik dengan keponakan penutur. Dalam situasi ini terdapat orang ketiga yakni, istri dan keponakan penutur. Tujuan penutur adalah menasihati MT yang mendapat nilai jelek, secara tersirat penutur juga menyindir dan membandingkan MT dengan keponakannya yang mendapatkan nilai baik. Tindak verbal tuturan D5 adalah tindak direktif. Tindak perlokusi MT hanya diam saja. 5 Maksud Penutur Tuturan D2 : penutur memiliki maksud marah. Tuturan D5 : penutur memiliki maksud menasihati. 4.2.4.4 Subkategori Menyinggung Cuplikan tuturan 46 D9 P : “Ayo neng pasar, tukokke mobil-mobilan.” MT : “Sesok yo le.” P : “Wah bapak kie pelit, ngene-ngene ra oleh” MT : “Bapak durung due duit le.” Konteks D9: Tuturan ini terjadi di rumah. Awalnya penutur bermain bersama teman-temannya. Penutur meminta mainan seperti milik temannya kepada MT. MT menolak karena uangnya dipakai untuk hal yang lebih penting terlebih dahulu dan MT memberi penawaran kepada penutur untuk lebih sabar, pasti besok akan dibelikan. 1 Wujud Ketidaksantunan Linguistik Wujud ketidaksantunan linguistik menghilangkan muka subkategori menyinggung adalah berupa transkrip tuturan lisan tidak santun. Wujud ketidaksantunan linguistik tersebut sebagai berikut. Tuturan D9 : Wah bapak kie pelit, ngene-ngene ra oleh 2 Wujud Ketidaksantunan Pragmatik Tuturan D9 : Penutur berbicara dengan orang yang lebih tua. Penutur berbicara kepada MT dihadapan teman-teman penutur. Penutur menyampaikan tuturannya dengan cara kesal. Penutur menuduh MT pelit. MT merasa kehilangan muka karena tuturan tersebut disampaikan di depan orang lain teman-teman penutur. 3 Penanda Ketidaksantunan Linguistik Tuturan D9 : Tuturan D9 mempunyai intonasi seru. Penutur berbicara dengan nada sedang. Tekanan keras pada frasa bapak kie pelit . Diksi: bahasa nonstandar bahasa Jawa. 4 Penanda Ketidaksantunan Pragmatik Tuturan D9 : Tuturan ini terjadi di rumah. Penutur laki-laki berusia 6 tahun, anak dari MT. MT laki-laki berusia 33 tahun, ayah dari penutur. Awalnya penutur bermain bersama teman-temannya. Penutur meminta mainan seperti milik temannya kepada MT. MT menolak karena uangnya dipakai untuk hal yang lebih penting terlebih dahulu dan MT memberi penawaran kepada penutur untuk lebih sabar, pasti besok akan dibelikan. Tujuan penutur adalah menuduh MT pelit karena tidak membelikan mainan. Tindak verbal tuturan D9 adalah tindak ekspresif. Tindak perlukosi MT adalah menanggapi tuturan penutur dengan malu dan mengakui kalau penutur belum mempunyai uang. 5 Maksud Penutur Tuturan D9 : penutur memiliki maksud kesal.

4.2.5 Menimbulkan Konflik