Subkategori Menegaskan Melanggar Norma

penutur, situasi dan suasana, tindak verbal, dan tindak perlokusi. Maksud ketidaksantunan penutur merupakan maksud penutur menuturkan tuturannya. Maksud ketidaksantunan ini hanya dimiliki dan diketahui oleh masing-masing penutur. Berikut ini adalah analisis mengenai ketidaksantunan linguistik dan pragmatik dalam keluarga nelayan berdasar lima kategori ketidaksantunan, yakni melanggar norma, mengancam muka sepihak, melecehkan muka, menghilangkan muka, dan menimbulkan konflik.

4.2.1 Melanggar Norma

Locher and Watts 2008 dalam Rahardi 2012, lebih menitikberatkan pada bentuk penggunaan ketidaksantunan tuturan oleh penutur yang secara normatif dianggap negatif negatively marked behavior, karena dianggap melanggar norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat tertentu. Kategori ketidaksantunan yang melanggar norma memiliki dua subkategori, yaitu subkategori menegaskan dan menunda. Berikut ini adalah analisis tuturan yang termasuk dalam subkategori tersebut.

4.2.1.1 Subkategori Menegaskan

Cuplikan tuturan 1 A1 MT : “Tadi beli es ya?” P : “Enggak” MT : “Makanya jangan beli es sembarangan Jadi sakit to?” Konteks A1: Tuturan tersebut terjadi pada malam hari saat penutur akan tidur. Penutur merupakan anak berusia 12 tahun, sedangkan MT merupakan ayah dari penutur. Sebelumnya penutur melanggar aturan untuk tidak minum es sembarangan. Penyakit penutur kambuh karena ia telah minum es. MT bertanya kepada penutur apakah ia melanggar aturannya atau tidak. Cuplikan tuturan 2 A2 MT : ”Mau kemana dek?” P : ”Arep ngaji” MT : “Kui...mbasan ono gawean malah alasan ngaji, nek raono mung dolan wae.” P : “Yo ben... wong arep ngaji kok ra oleh.” MT : “Dia gag nyapu dibiarin. Malah aku yang jadinya nyapu.” mengadu kepada pamannya. Konteks A2: Tuturan ini terjadi di rumah pada jam 4 sore. Penutur merupakan laki-laki berusia 12 tahun, sedangkan MT merupakan perempuan berusia 15 tahun, kakak dari penutur. Penutur akan pergi mengaji. MT bertanya kepada penutur dan menegaskan mengenai kewajibannya. Aturan yang dibuat mengenai pembagian tugas bersih- bersih rumah. 1 Wujud Ketidaksantunan Linguistik Wujud ketidaksantunan linguistik melanggar norma subkategori menegaskan adalah berupa transkrip tuturan lisan tidak santun. Wujud ketidaksantunan linguistik tersebut sebagai berikut. Tuturan A1 : Enggak Tuturan A2 : Yoben... Wong arep ngaji kok ra oleh. Biarin... Ingin mengaji kok tidak boleh. 2 Wujud Ketidaksantunan Pragmatik Tuturan A1 : Penutur berbicara kepada orang yang lebih tua, yakni ayah dari penutur. Penutur menyampaikan tuturannya dengan cara ketus. Penutur melanggar aturan yang telah dibuat oleh ayahnya dan telah disepakati oleh penutur. Penutur melanggar aturan untuk tidak minum es sembarangan. Penutur berbohong kepada MT. Tuturan A2 : Penutur berbicara dengan orang yang lebih tua, yakni kakak dari penutur. Tuturan penutur disampaikan dengan cara ketus. Penutur melanggar aturan yang telah dibuat oleh pamannya dan telah disepakati bersama termasuk oleh penutur. Penutur tidak melaksanakan tugasnya. Penutur beralasan untuk pergi mengaji demi menghindari tugasnya, sedangkan penutur melimpahkan tugasnya kepada MT. 3 Penanda Ketidaksantunan Linguistik Tuturan A1 : Diksi yang terdapat dalam tuturan A1 adalah penggunaan bahasa nonstandar bahasa tidak baku dan penggunaan bahasa populer. Tuturan A1 merupakan tuturan yang berintonasi seru. Penutur berbicara dengan nada sedang. Tekanan yang terdapat dalam tuturan A1 adalah tekanan keras pada kata enggak . Tuturan A2 : Diksi yang terdapat dalam tuturan A2 adalah penggunaan bahasa nonstandar bahasa Jawa. Tuturan A2 merupakan tuturan yang berintonasi berita. Penutur berbicara dengan nada sedang. Tekanan yang terdapat dalam tuturan A2 adalah tekanan keras pada frasa Yo ben . 4 Penanda Ketidaksantunan Pragmatik Tuturan A1 : Tuturan tersebut terjadi pada malam hari saat akan tidur malam. Penutur merupakan anak berusia 12 tahun, sedangkan MT merupakan ayah dari penutur. Penutur menjawab pertanyaan MT dengan kebohongan. Penutur melanggar aturan untuk tidak minum es sembarangan. Sebelumnya telah disepakati bahwa penutur tidak boleh membeli es karena MT dan penutur tahu bahwa penutur mempunyai suatu penyakit yang apabila penutur minum es sembarangan penyakitnya akan kambuh. Tujuan penutur untuk membohongi MT, karena penutur tahu telah melanggar janji dan penutur takut akan dimarahi MT bila ketahuan telah melanggar janjinya. Tindak verbal dari tuturan tersebut adalah tindak representatif. Tindak perlokusi MT adalah menasihati penutur, karena MT tahu bahwa penutur telah berbohong dan melanggar janjinya untuk tidak minum es sembarangan. Tuturan A2 : Tuturan ini terjadi di rumah pada jam 4 sore. Penutur merupakan laki-laki berusia 12 tahun, sedangkan MT merupakan perempuan berusia 15 tahun, kakak dari penutur. Dalam keluarga telah dibuat peraturan untuk bersih-bersih rumah. Adik mendapat tugas untuk bersih-bersih halaman rumah, sedangkan kakak mendapat tugas untuk bersih-bersih dalam rumah. Penutur melanggar aturan yang telah disepakati bersama. MT menyuruh penutur untuk menyapu halaman rumah karena sudah kotor, tetapi penutur tidak mau dan beralasan mengaji. Penutur beralasan untuk tidak menyapu halaman rumah yang sudah menjadi tugasnya. Tujuan penutur adalah menghindari tugasnya untuk membersihkan halaman rumah yang kotor dengan alasan pergi mengaji. Tindak verbal tuturan penutur adalah tindak representatif. Tindak perlokusi MT adalah melapor kepada pamannya karena penutur tidak mau melaksanakan tugasnya, kemudian MT mengeluh karena justru dia yang disuruh menyapu halaman rumah. 5 Maksud Penutur Penutur A1 : penutur memiliki maksud membohongi MT. Penutur A2 : penutur memiliki maksud membela diri.

4.2.1.2 Subkategori Menunda