Subkategori Memperingatkan Kategori Melecehkan Muka

Berdasar penanda pragmatik di atas, tuturan tersebut tergolong ke dalam subkategori menolak. Setiap penutur memiliki maksud masing-masing dalam penyampaian tuturannya dan hanya penutur itu sendiri yang tahu. Penutur C4 memiliki maksud malas dalam tuturannya. Penutur menjelaskan alasan mengapa ia menolak suruhan mitra tutur karena penutur malas untuk belajar.

4.3.3.6 Subkategori Memperingatkan

Cuplikan tuturan 33 C20 MT : “Sesok nek ono seng neng kono meneh, aku tak nang...” P : “Sesok, nek ngomongke sesok, ndag lali” Cuplikan tuturan di atas merupakan wujud linguistik dari subkategori memperingatkan dalam kategori ketidaksantunan melecehkan muka. Wujud pragmatik dari tuturan C20 adalah penutur berbicara dengan cara penyampaian tuturan ketus kepada mitra tutur yang merupakan tuan rumah. Penutur memotong pembicaraan mitra tutur. Pembahasan penanda linguistik berdasar pada aspek intonasi, kata fatis, nada tutur, tekanan, dan pilihan kata atau diksi. Penutur C20 menggunakan intonasi seru dalam tuturannya. Penutur menggunakan intonasi ini untuk menyerukan ketidaksatujuannya dengan tuturan mitra tutur. Penutur menggunakan nada tinggi dalam penyampaian tuturannya. Penggunaan nada tinggi penutur karena memang ciri khas dari penutur. Penutur menggunakan tekanan keras pada tuturannya. Tekanan keras tersebut terletak pada frasa nek ngomongke sesok . Diksi yang digunakan penutur adalah bahasa nonstandar, yakni bahasa Jawa. Bahasa nonstandar merupakan bahasa yang mengandung unsur kedaerahan. Penutur memilih diksi ini karena sudah menjadi bahasa sehari-hari. Pembahasan dari segi penanda pragmatik menggunakan aspek-aspek yang dijelaskan oleh Leech 1983. Aspek-aspek penanda pragmatik tersebut adalah aspek penutur dan lawan tutur, konteks tuturan, tujuan penutur, tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas, dan tuturan sebagai produk tindak verbal. Aspek penutur dan lawan tutur dalam cuplikan tuturan 33 adalah penutur merupakan laki-laki berusia 41 tahun, sedangkan mitra tutur laki-laki berusia 42 tahun. Penutur dan mitra tutur merupakan nelayan. Penutur adalah nelayan pantai Glagah, sedangkan mitra tutur adalah nelayan pantai Congot. Mitra tutur memiliki kedudukan tertinggi di dalam kelompok nelayan pantai Congot. Mereka berdua merupakan teman dekat, sehingga tingkat keakraban mereka sangat tinggi. Aspek kedua yang dipaparkan oleh Leech 1983 adalah konteks tuturan. Konteks tuturan pada cuplikan tuturan 33 adalah mitra tutur menerima 3 tamu yang mempunyai maksud dan tujuan yang berbeda-beda. Mitra tutur sedang berbicara atau menyampaikan sesuatu kepada salah satu tamunya penutur. Penutur langsung menanggapi tuturan mitra tutur, padahal mitra tutur belum selesai berbicara. Aspek yang ketiga adalah tujuan penutur menyampaikan tuturannya. Tujuan penutur C20 adalah penutur menanggapi tuturan mitra tutur karena ia tidak setuju dengan apa yang dikatakan oleh mitra tutur. Aspek yang keempat adalah tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas. Aspek ini membahas mengenai waktu dan tempat terjadinya tuturan. Cuplikan tuturan 33 terjadi di teras rumah mitra tutur. Waktu tuturan tersebut terjadi pada tanggal 20 April 2013, sekitar pukul 4 sore. Aspek yang terakhir adalah aspek tuturan sebagai produk tindak verbal. Aspek ini membahas tindak verbal penutur dan tindak perlokusi mitra tutur. Tindak verbal penutur C20 adalah tindak verbal direktif. Tuturan penutur dikatakan tindak verbal direktif karena penutur sebenarnya memberi saran kepada mitra tutur. Tindak perlokusi mitra tutur adalah diam saja, karena ia sadar akan kalah bila berdebat dengan penutur. Berdasar penanda pragmatik di atas, tuturan tersebut tergolong ke dalam subkategori memperingatkan. Setiap penutur memiliki maksud masing-masing dalam penyampaian tuturannya dan hanya penutur itu sendiri yang tahu. Penutur C20 memiliki maksud kesal dalam tuturannya. Kekesalan penutur adalah karena urusan besok justru dibicarakan sekarang. 4.3.3.7 Subkategori Mengancam Cuplikan tuturan 18 C5 P : “Makan dulu, mainnya nanti lagi” MT : “Gak mau, nanti aja.” P : “Kalo gak mau makan, kamu gag boleh pergi sama dia temannya” Cuplikan tuturan di atas merupakan wujud linguistik dari subkategori mengancam dalam kategori ketidaksantunan melecehkan muka. Wujud pragmatik dari tuturan C5 adalah penutur berbicara dengan cara penyampaian tuturan kesal kepada mitra tutur. Penutur mengeluarkan kata-kata ancaman agar mitra tutur menuruti perintahnya. Pembahasan penanda linguistik berdasar pada aspek intonasi, kata fatis, nada tutur, tekanan, dan pilihan kata atau diksi. Penutur C5 menggunakan intonasi perintah dalam tuturannya. Penutur menggunakan intonasi ini untuk memerintah mitra tutur seperti yang penutur inginkan. Penutur menggunakan nada sedang dalam penyampaian tuturannya. Penggunaan nada sedang penutur sudah membuat mitra tutur takut. Penutur menggunakan tekanan lunak pada tuturannya. Diksi yang digunakan penutur adalah bahasa populer, yakni bahasa kata-kata yang dikenal dan diketahui oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembahasan dari segi penanda pragmatik menggunakan aspek-aspek yang dijelaskan oleh Leech 1983. Aspek-aspek penanda pragmatik tersebut adalah aspek penutur dan lawan tutur, konteks tuturan, tujuan penutur, tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas, dan tuturan sebagai produk tindak verbal. Aspek penutur dan lawan tutur dalam cuplikan tuturan 18 adalah penutur merupakan laki-laki berusia 32 tahun, sedangkan mitra tutur laki-laki berusia 6 tahun. Penutur adalah ayah dari mitra tutur. Penutur merupakan nelayan pantai Trisik. Hubungan keakraban mereka adalah hubungan keluarga. Aspek kedua yang dipaparkan oleh Leech 1983 adalah konteks tuturan. Konteks tuturan pada cuplikan tuturan 18 adalah mitra tutur ingin pergi bermain bersama teman-temannya. Penutur menyuruh mitra tutur untuk makan terlebih dahulu, kemudian baru boleh bermain. Mitra tutur menolak suruhan penutur. Penutur mengancam mitra tutur agar mau makan. Aspek yang ketiga adalah tujuan penutur menyampaikan tuturannya. Tujuan penutur C20 adalah menyuruh penutur untuk makan, walaupun suruhannya harus disertai ancaman. Aspek yang keempat adalah tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas. Aspek ini membahas mengenai waktu dan tempat terjadinya tuturan. Cuplikan tuturan 18 terjadi di rumah penutur dan mitra tutur. Waktu tuturan tersebut terjadi pada siang hari. Aspek yang terakhir adalah aspek tuturan sebagai produk tindak verbal. Aspek ini membahas tindak verbal penutur dan tindak perlokusi mitra tutur. Tindak verbal penutur C5 adalah tindak verbal ekspresif. Tindak verbal ekprseif adalah tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang dirasakan penutur, berupa pernyataan kegembiraan, kesulitan, kesukaan, kebencian, kesenangan, dan kesengsaraan. Tindak perlokusi mitra tutur adalah mitra tutur melakukan apa yang diperintah penutur, karena mitra tutur sangat takut bila tidak mempunyai teman. Berdasar penanda pragmatik di atas, tuturan tersebut tergolong ke dalam subkategori mengancam. Setiap penutur memiliki maksud masing-masing dalam penyampaian tuturannya dan hanya penutur itu sendiri yang tahu. Penutur C5 memiliki maksud memaksa dalam tuturannya. Paksaan perlu dilakukan penutur karena mitra tutur memang susah untuk disuruh makan bila ia sudah bermain bersama teman-temannya.

4.3.3.8 Subkategori Mengusir