Subkategori Menagih Mengancam Muka Sepihak

4 Penanda Ketidaksantunan Pragmatik Tuturan C8 : Tuturan ini terjadi di rumah, tepatnya di ruang keluarga pada sore hari sekitar jam 3 sore, tanggal 28 April 2013. Penutur laki-laki, kakak berusia 23 tahun. MT laki-laki, adik berusia 12 tahun. Penutur sedang tidur di ruang keluarga. MT membangunkan penutur karena sudah sore dan MT disuruh oleh ibunya agar membangunkan penutur. MT membangunkan penutur dengan menendang-nendang kaki penutur. Tujuan penutur untuk menyuruh pergi MT karena telah mengganggu tidurnya. Tindak verbal tuturan C8 adalah tindak ekspresif. Tindak perlokusi MT adalah pergi meninggalkan penutur. 5 Maksud Penutur Tuturan C8 : penutur memiliki maksud mengusir.

4.2.3.9 Subkategori Menagih

Cuplikan tuturan 24 C11 P : “Pak, udah cair belum?” MT : “Belum.” Konteks C11: Tuturan terjadi di rumah pukul 09.00 WIB, tanggal 5 Mei 2013. MT pernah membuat janji dengan penutur akan membelikan sesuatu bila sudah mempunyai uang. Penutur menagih janji MT. 1 Wujud Ketidaksantunan Linguistik Wujud ketidaksantunan linguistik melecehkan muka subkategori menagih adalah berupa transkrip tuturan lisan tidak santun. Wujud ketidaksantunan linguistik tersebut sebagai berikut. Tuturan C11 : Pak, udah cair belum? 2 Wujud Ketidaksantunan Pragmatik Tuturan C11 : Penutur berbicara dengan orang yang lebih tua. Penutur menyampaikan tuturannya dengan cara sinis. Penutur tidak melihattahu kondisi keuangan MT. Penutur menagih janji kepada MT. 3 Penanda Ketidaksantunan Linguistik Tuturan C11 : Tuturan C11 mempunyai intonasi tanya. Penutur berbicara dengan nada sedang sinis. Tekanan lunak pada frasa udah cair belum . Diksi: bahasa nonstandar bahasa Jawa dan bahasa slang pada kata cair . 4 Penanda Ketidaksantunan Pragmatik Tuturan C11 : Tuturan terjadi di rumah pukul 09.00 WIB, tanggal 5 Mei 2013. Penutur laki-laki berusia 15 tahun, anak dari MT. MT laki-laki berusia 43 tahun, bapak dari penutur. MT pernah membuat janji dengan penutur akan membelikan sesuatu bila sudah mempunyai uang. Penutur menagih janji MT. Tujuan penutur untuk meminta uang kepada MT untuk membeli sesuatu. Tindak verbal tuturan C11 adalah tindak ekspresif. Tindak perlokusi MT adalah menanggapi pertanyaan MT. 5 Maksud Penutur Tuturan C11 : penutur memiliki maksud menagih janji MT. 4.2.3.10 Subkategori Mengejek Cuplikan tuturan 25 C12 P : “Jenggote koyo kowe, Pak.” MT : “Kok, kowa-kowe to, ora pantes.” Konteks C12: Tuturan terjadi di rumah, tepatnya di ruang keluarga. Penutur perempuan, anak dari penutur. MT laki-laki, ayah dari penutur. Penutur dan MT sedang menonton televisi di ruang keluarga. 1 Wujud Ketidaksantunan Linguistik Wujud ketidaksantunan linguistik melecehkan muka subkategori mengejek adalah berupa transkrip tuturan lisan tidak santun. Wujud ketidaksantunan linguistik tersebut sebagai berikut. Tuturan C12 : Jenggote koyo kowe, Pak. Jenggotnya seperti kamu, Pak. 2 Wujud Ketidaksantunan Pragmatik Tuturan C12 : Penutur berbicara dengan orang yang lebih tua. Penutur menyamakan MT dengan seseorang yang berada di TV. Penutur menyampaikan tuturannya dengan cara bercanda. Penutur menggunakan kata “kowe” kepada orang yang lebih tua bapak dari penutur. 3 Penanda Ketidaksantunan Linguistik Tuturan C12 : Tuturan C12 mempunyai intonasi berita. Penutur berbicara dengan nada sedang. Tekanan lunak pada kalimat Jenggote koyo koe, Pak . Diksi: bahasa nonstandar bahasa Jawa. 4 Penanda Ketidaksantunan Pragmatik Tuturan C12 : Tuturan terjadi di rumah, tepatnya di ruang keluarga. Penutur perempuan, anak dari penutur. MT laki-laki, ayah dari penutur. Penutur dan MT sedang menonton televisi di ruang keluarga. Tujuan penutur adalah mengejek MT menyamakan mitra tutur dengan apa yang dilihat penutur dalam TV . Tindak verbal tuturan C12 adalah tindak representatif. Tindak perlokusi MT adalah memperingatkan penutur. 5 Maksud Penutur Tuturan C12 : penutur memiliki maksud mengejek MT. 4.2.3.11 Subkategori Menasihati Cuplikan tuturan 29 C16 P : “Kalo memang niatnya masih mau sekolah, Bapak masih ingin ngragati. Kalo emang maunya nikah, bilang aja pengen nikah. Bapak nikahke.” MT : “Lho kok ngono, Pak Konteks C16: Tuturan ini terjadi saat di rumah dan pada saat situasi santai. Penutur menasihati MT menganai hubungannya dengan lawan jenis pacaran. MT merasa dirinya disalahkan dan sedang terpojok. 1 Wujud Ketidaksantunan Linguistik Wujud ketidaksantunan linguistik melecehkan muka subkategori menasihati adalah berupa transkrip tuturan lisan tidak santun. Wujud ketidaksantunan linguistik tersebut sebagai berikut. Tuturan C16 : Kalo memang niatnya masih mau sekolah, Bapak masih ingin ngragati biayai . Kalo emang maunya nikah, bilang aja pengen nikah. Bapak nikahke. 2 Wujud Ketidaksantunan Pragmatik Tuturan C16 : Penutur membuat pilihan yang memojokkan MT. Penutur menyampaikan tuturannya dengan cara kesal. Secara tidak langsung penutur telah menuduh MT lebih mementingkan pacaran daripada sekolah. 3 Penanda Ketidaksantunan Linguistik Tuturan C16 : Tuturan C16 mempunyai intonasi berita. Penutur berbicara dengan nada sedang. Tekanan keras pada frasa Bapak nikahke . Diksi: bahasa nonstandar campuran antara bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. 4 Penanda Ketidaksantunan Pragmatik Tuturan C16 : Tuturan ini terjadi saat di rumah dan pada saat situasi santai. Penutur laki-laki, ayah dari MT. MT perempuan, anak dari penutur. Penutur menasihati MT menganai hubungannya dengan lawan jenis pacaran. MT merasa dirinya disalahkan dan sedang terpojok. Tujuan penutur menasihati MT mengenai pendidikan atau pacaran. Tindak verbal tuturan C16 adalah tindak direktif. Tindak perlokusi MT adalah menanggapi nasihat dari penutur dengan sangkalan. 5 Maksud Penutur Tuturan C16 : penutur memiliki maksud memarahi. 4.2.4 Menghilangkan Muka Culpeper 2008 dalam Rahardi 2012 memberikan penekanan pada fakta ‘face loss’ atau ‘kehilangan muka’, kalau dalam bahasa Jawa mungkin konsep itu dekat dengan konsep ‘kelangan rai’ kehilangan muka. Jadi, ketidaksantunan dalam berbahasa itu merupakan perilaku komunikatif yang diperantikan secara intensional untuk membuat orang benar-benar kehilangan muka face loss, atau setidaknya orang tersebut ‘merasa’ kehilangan muka. Kategori ketidaksantunan yang mengancam muka sepihak memiliki empat subkategori, yaitu subkategori menyindir, mengejek, menegur, dan menyinggung. Berikut ini adalah analisis tuturan yang termasuk dalam subkategori tersebut.

4.2.4.1 Subkategori Menyindir