Data 86 I
Q M I
Q Anak boru gendang dengan doal di kerajaan
Prep N N
N N Def. N
FP FN
FN Data 85
I Q
M I Q
anak pahoppu
karena anak lah senang hati nya
N N Adj NP
N N Artikel Indef
N Prep
FN FN
4.2.1.5 Pergeseran Kelas
Istilah kelas dalam pergeseran formal di sini dimaksudkan pengelompokan anggota suatu unit berdasarkan fungsinya di dalam struktur unit yang dibangun dari
susunan serangkaian elemen. Kalau struktur klausa dibangun dari elemen S, P, K, A, di mana unit yang berfungsi sebagai eksponen dari elemen tersebut adalah frasa,
maka frasa bisa diklasifikasikan berdasarkan elemen struktur klausa yang didudukinya, yang yakni klausa verbal FV yang beroperasi pada atau sebagai
Universitas Sumatera Utara
eksponen P dalam struktur klausa, FN pada S atau K, dan seterusnya. Pengamatan terhadap data yang berhasil dikumpulkan, pergeseran kelas terlihat pada kasus
pergeseran kelas kata N. pergeseran kelas kata yang berhasil diidentifikasi menyangkut pergeseran N menjadi proN seperti yang bisa dilihat pada beberapa
kasus berikut:
TS 87 “Tai bope songoni Amang”, ning
Nai pandan Rumare Boru manambai, “tabaen usahona dohot
aji-aji ni halak Dairi,anggo adong rasokimu, rodo halak i. NPR
88 Mangua inda giot ho mamiyona
”Bittot”. Aha? Bittot? Na kolot ma daho. BVD
89 Guar ni Raja mamanyatu tu
Baginda Napal Hatoguan harana ia pe madung raja di huta on. BNH
TT 87 “Nai Pandan Rumare”, Berkata,
kita buat usaha-usaha seperti mendukuninya, kalau rezeki mu
datangnya ia nanti pada mu. NPR
88 Mengapa tak mau memanggilnya
“bodoh”. ”apa?, bodoh? Kolot amat sih
BND 89 Kata Raja menempel pada nama
Baginda Napal Hatoguan karena perannya sebagai Raja juga di
kampung. BNH
Data 87 di atas menunjukkan pergeseran N menjadi ProN amang menjadi mu sedangkan dalam data 88 N Bittot dan 89 Baginda dalam teks sumber
menjadi bodoh dan pintar dalam teks target. Pada dasarnya pergeseran N menjadi ProN bukanlah istimewa karena N dan ProN secara sintaksis memiliki ciri-ciri
sintagmatik yang sama. Secara sintagmatik N dan ProN menduduki fungsi yang sama dalam struktur klausa. Amang dalam contoh 87 menduduki S dalam bahasa sumber
Universitas Sumatera Utara
dan padanannya mu sebuah ProN juga menduduki fungsi yang sama S. secara semantic antara amang dan mu, adalah koreferensial.
Kata budaya yang terekam semuanya tergolong dalam kelas Nomina N, oleh karenanya pergeseran bentuk mengarah pada frasa Nomina FN. Frasa Nomina
padanan muncul dalam kategori frasa yang memiliki struktur bervariasi mencakup IM, dan IQ. Secara deskriptif wujud pergeseran N menjadi FN.
1 N FN: IM Dalam penerjemahan N bermakna budaya dalam bahasa sumber ke dalam
bahasa target telah terjadi pergeseran menjadi FN yang memiliki struktur MI seperti yang diperlihatkan oleh sejumlah data berikut. Berdasarkan struktur internalnya,
pergeseran N menajdi FN terealisasi dalam dua struktur: a struktur FN minimal yang memiliki M sebagai pemodifikasi awal dan b struktur FN yang memiliki lebih
dari satu pemodifikasi awal Mn... Berikut adalah sejumlah data yang memperlihatkan pergeseran N menjadi FN: MI.
TS 90 Ganjo Mabuk, on ma bayo na
sian ngoluna di bagasan habetengan ni rohaBNH.
91 Bayo na ditudunia i pe, hohom,
bia na lepe sajo cicungutna. BNH
92 Baju habang i dibaen sian sutra
na lobi jeges dohot na lobi halus. NPR
TT 90 Si Ganjo Mabuk itulah laki-laki
yang sepanjang hidupnya orangnya garang.
91 Laki-laki yang dituduh itu pun
diam, loyo dan cemberut tidak berani berkata. BNH
Universitas Sumatera Utara
92 Baju terbang yang terbuat dari
sutra sangat cantik dan sagat halus NRP
Dalam contoh di atas terlihat pergeseran N menjadi FN yang memiliki struktur internal MI. nomina Ganjo Mabuk berpadanan dengan FN Ganjo Mabuk
sepanjang hidupnya. Ilustrasi tersebut menunjukkan pergeseran mengarah pada terbentuknya FN yang minimal karena masing-masing hanya memiliki satu M,
Walaupun telah terjadi pergeseran unit dari kata menjadi frasa namun pergeseran tersebut masih memiliki karakteristik yang sama baik dalam bahasa sumber maupun
dalam bahasa target karena berfungsi dan beroperasi pada slot yang sama, yakni S dan C pada tataran klausa dan I pada tataran frasa padanan. Perlu dicatat bahwa
dalam contoh 92 makna definit tidak dinyatakan secara formal dengan penanda definit misalnya itu yang berpadanan dengan i tetapi makna definit pada contoh
tersebut diidikasikan oleh perelatifan melalui klausa relatif. Penandaan N dalam data juga menunjukkan variasi struktur internal FN target.
Sejumlah data memperlihatkan pergeseran formal N menjadi FN yang memiliki lebih dari satu elemen M dengan model N FN: Mn.. Mi I. Fenomena
yang dapat dilihat dalam ilustrasi berikut;
Universitas Sumatera Utara
93 Abiti pe leng hadang mai di abara i,
jadi ulos hatiha modom, jadi gobak- gobak dipardalanan
94 Toppana tar songon toppa ni jadi-
jadian. BVD 95 Bia ma he’ttong baenon, rupa madu
sibat di na mardunia on do. Muda taradong di iba, kecet pe mur bahat.
Na pola maralang-alang iba makkuling gogo di lopo-lopo. Bisa
muse iba mandok sipaingot tu halak, on na tusi on na tuson , bope na so
tutu nadidokkonan i, halak pe na bagi aha didokkon na manangihon kalak.
Anggo hum na ditangihon, napola hatcit di lala. Tai muda batcing mata
ni na mambegesa, nama murdangol dilala. Hohom kohom iba, didokkon
iba si longas. Songon na didokkon halak Hutahut i, sip muap bau,
makkuling muap et. Tarsongon ima si Tigor, sai hohom kohom. Saba
sibaenon pe na sadia Marbola pe ia, nadilehen kalak. Tarpaksa ma ia sai
kehe mai soban atco bisa manyambung ngolu. Anggo
sabotulna, na mai soban on pe nanggo nataromo. Pas-pas mai i bisa
manobusi dahanon dua tolu takar. Giot manggotti sattut pe maol. Tai
benna so adong pengomoan nadong haimbaran, bia jo labuna. Holi-holi pe
mapukpuk, na diomo so suada.BVD
93Kain sarung tersampir di bahunya, jadi selimut diwaktu tidur, dan juga
menjadi selimut di dalam perjalanan diwaktu hari dingin, dan saat
membawa kayu bakar. BVN
94 Raut mukanya seperti wajah jadi – jadian. BVD
95 Apalah mau dikata rupanya sudah
memang sifat dunia ini, kalau kehidupan kaya, komburpun kita pun
banyak. Tidak segan-segan cerita dengan suara keras-keras. Bisa pula
memberi nasehat kepada orang mengenai ini dan itu walaupun apa
yang dibilang itu tidak benar, orang yang mendengarpun tak bilang apa-
apa, tapi kalau kita miskin mau cerita kita tak mau orang mendengar. Kalau
tak di dengar sakitnya tak seberapa, tapi kalau yang mendengar itu
menatap kita dengan tajam sungguh sedih perasaan. Kita
diam-diam dibilang orang si longas seperti apa
yang di bilang orang Hutasuhut itu, diam salah, ngomong salah, semua
serba salah. Begitulah si Tigor diam- diam saja, karena sawah yang
dikerjakan pun tidak seberapa hasilnya. Mau menyewa pun si tigor
tidak diberi orang . Sebab itulah dia mencari kayu bakar biar dapat
menyambung hidup. Sebenarnya yang cari kayu bakaar pun tidak
terandalkan, hanya pas-pasan untuk dapat membeli beras dua dan tiga
muk, mau ganti pakaian pun sulit . Tetapi karena tak ada pekerjaan yang
lain terpksalah itu pun dilakukan walaupun tenaga habis terkuras.
BVD
Universitas Sumatera Utara
96 “Marsapa ma jolo au tu ho bayo”,
ning anakboru i, adong ke he bayo parkotang i lilu do ho?NPR
97 “ Paboa jadi”, ning si Sakkot, laho
got mardalan tu sopo, ”nadong bako nai bako panakko.NPR
98 Namboru i manotnoi bohi ni
parmaennia i mangaligi bagi tar bia parubahan ni muko i. NPR
99 Di sada hatiha tarbarita ma sada
bayo datu, datu Na Jurangga Di langit, bayo datu na lobi malo
manondung dohot na lobi malo mangaligi halangan ni na so
marrasoki. BNH
100 Doppak so tu Sipirok ia marbagas,
dung marbagas do ia tu Panggulangan 101Hira-hira habis sapangidupan
timbako bakkal, mulai ma manuat si Tigor tu pambuatan soban mangadop
tu Aek Sagala dalan tu Rambe Sihasur.BVD
96 “Saya ingin bertanya kepada
engkau anak muda”, kata perempuan itu, apakah engkau seorang pengelana
yang kesasar? NPR
97 Adukanlah “Kata si Sakkot, sambil
berjalan ke rumah gubuk tempat peristirahatan, saya keturunan kami
pencuri.NPR
98 Mertua perempuan melihati kening
menantunya, ia ingin mengetahui apakah ada perubahan diraut
wajahnya.
99 Pada suatu hari terdengarlah berita
ada satu dukun yaitu dukun Na Jurangga Di Langit, dukun ini mampu
melihat halangan orang yang belum diberi rezeki keturunan.BNH
100 Sebelum ia berumah tangga ke
Sipirok, dia sudah berumah tangga ke Panggulangan. BVD
101 Kira-kira habis sebatang rokok,
mulailah si Tigor menuruni tempat pengambilan
kayu bakar, yang
mengarah mengahadap ke Aek sagala jalan ke rambe sihasur.BVD
Contoh 93, 94, dalam data di atas memperlihatkan pergeseran formal N menjadi FN yang memiliki struktur di atas minimal dengan kehadiran M lebih dari
satu. N pada dua contoh pertama 93 dan 94 bergeser menjadi FN dengan struktur M
1
M
2
I. Pada contoh 93 struktur FN kain sarung dibangun oleh elemen M
1
dan M
2
yang sama-sama direalisasikan oleh adjektif tidur untuk M
1
dan diwaktu hari dingin untuk M
2
. Pada contoh 94 M
1
direalisasikan oleh adjektif jadi – jadian
Universitas Sumatera Utara
ormal tersebut: tetapi pada contoh 94 bahkan telah terjadi pergeseran normal N menjadi FN yang
memiliki struktur komponen yang lebih banyak. Kedua contoh ini memperlihatkan perluasan struktur FN target menjadi M
3
M
2
M
1
I.
2 N → FN: IQ
Selain pergeseran formal N menjadi FN yang memiliki struktur M
n.
M
1
I, yakni perluasan struktur ke arah kiri di depan elemen I data padanan juga
menunjukkan pergeseran N menjadi FN yang berstruktur IQ di mana perluasan elemen ke arah ke kanan di belakang dari I. korpus berikut memberikan ilustrasi
kasus pergeseran f
Universitas Sumatera Utara
102 Memang tarsusa mada ngolu ni halaki, tarlobi-lobi dihatiha haleon
pardangolan parkatcitan marsiadu marsisolatan dohot modom, anggo
na hatiha modom sonang, I pe huhul jotjot do ia tarsonggot dibaen
nipi na jatjat, arokku, ima mambaen si Tigor sai parkohom-
kohom.BVD
103 “Rupa na mangolu on, nanggo
totop dibagasan parkacittan”, ning roha ni si Tigor”.BVD
104 ”Bia pe so bia, hurang sonang ma
dilala si Tingor tinggal di bagas ni halak hum turangan mangan sajo.
Mangan na perei dohot mamake pakean na dilehen, hurang tamana
dilala ia, bope na mangalehenna I dohot ias ni roha. Hara ni i, sai
dilului ia do aha sibaenon sanga sikarejohonnia, ulang hum so
sajo.”BVD 102 Memang susahlah penghidupan
mereka terlebih-lebih ketika paceklik, kesusahan, kemiskinan
saling beruntun, kalau pun tidak saling berdesakan. Waktu tidurlah
mereka merasa senang, itupun terkadang sering tersentak gara-
gara mimpi jelek. Aku pikir itu yang membuat si Tigor jadi
pendiam.BVD
103 Si Tigor berpikir bahwa hidup ini
tidak selamanya di dalam kesusahan. BVD
104 Si Tigor kalau tinggal di rumah
orang merasa kurang tenang kalau tanpa kerja hanya di beri makan
saja. Makan prei dan memakai pakaian yang diberikan, kurang sreg
dia rasa walaupun yang memberikan itu dengan hati yang ikhlas. Karena
itu, dia selalu mencari apa yang bisa dia perbuat atau apa yang bisa
dia kerjakan jangan hanya bertopang dagu atau diam
saja.BVD
Di samping memilki struktur padanan yang sama, catatan penting yang
bisa dibuat dari kedua data tersebut diatas adalah tiga N halak, arokku sebagai I diikuti oleh Q yang berupa frasa deskriptif, yakni berturut-turut pardangolan
parkatcitan marsiadu marsisolatan menjelaskan kata ngolu ni halaki, menjelaskan elemen I, menjelaskan kata ngolu.
Paling sedikit terdapat dua hal penting yang bisa diidentifikasikan dalam kasus pergeseran formal yang ditunjukkan oleh ketiga data di atas. Pertama,
elemen Q dari ketiga FN tersebut di atas pada data Aku pikir contoh 102,
Universitas Sumatera Utara
ngolu ni halaki, tarlobi-lobi dihatiha haleon pardangolan parkatcitan marsiadu marsisolatan dohot modom pada contoh 103, mangolu on, nanggo totop
dibagasan parkacittan”, ning roha ni si Tigor”. pada contoh 104, dan hurang
sonang ma dilala si Tingor tinggal di bagas ni halak hum turangan mangan sajo.
adalah tataran unit setingkat frasa seperti contoh 103 dan klausa pada contoh 104 yang beroperasi pada tataran frasa sehingga hubungan eksponensialnya
bersifat tidak normal dalam sebuah struktur frasa. Di samping itu semua unit pengisi Q tersebut identik dengan kasus sebelumnya yakni memberi deskripsi
kepada I. kedua, ditinjau dari sudut hubungan langsung ngolu ni halaki elemen
M, social pada contoh 103 dan parkacittan pada contoh 103 nampaknya mamiliki hubungan lebih langsung dengan I dibandingkan Q dengan I sehingga
dalam struktur FN pada ke dua contoh ini memiliki elemen I yang diisi oleh frasa.
Dengan demikian dalam contoh 103, ngolu ni halaki, elemen Q lebih cenderung dianggap mendeskripsi kehidupan daripada hanya social . Perspektif
ini menempatkan social. Kalau demikian halnya contoh 102 mungkin juga contoh 103 merupakan FN yang memiliki struktur IQ saja.
4.2.2 Analisis Pergeseran Makro Macro Shift Analisis
Analisis mikro berada pada ranah kalimat sebagai unit yang terbesar dalam deskripsi sintaktik sedangkan analisis makro di lain pihak berada pada lingkup
ranah teks. Yang menjadi focus dalam analisis makro mencakup tekstur, budaya, gaya dan retorik yang mengakibatkan timbulnya pergeseran selain tataran
sintaksis. Pembicaraan selanjutnya akan terfokus pada fenomena pergeseran
Universitas Sumatera Utara