Analisis Pelibat Tenor dalam Teks Halilian

4.3.1.2 Analisis Pelibat Tenor dalam Teks Halilian

Pelibat dalam Terjemahan sebagian besar mempunyai hubungan informal, yaitu hubungan manusia dan perkawinan pada Teks NPR dalam cerita tersebut istrinya si Sakkot adalah putri dari kayangan. Pelibat dalam tiap Teks dapat diuraikan sebagai berikut. I Teks NPR a. Pelibat dalam teks adalah si Sakkot mencari bujingnya dan mereka ketemu. Dalam pertemuan itu bujingnya yang bernama Nai Pandan Rumare Bulan bercerita tentang tujuh anak namborunya dari tulangnya yang bernama Sutan Batara Guru. Tujuh anak namborunya tinggal di kayangan. Setiap setahun sekali ketujuh anak namborunya ini mandi di kampung ini.Kalau ada rezeki setahun tidak berapa lama. Kita buat agar ia teringat untuk kemari. Bujing si Sakkot mengatakan agar ia mengambil satu selendang yang dipakai anak namborunya ketika mandi agar ia tidak dapat terbang kekayangan. Dari ketujuh putri itu yang terambil si Sakkot adalah baju si Tapi mombang, karena hari telah senja maka saudara-saudaranya meninggalkannya. Pendek ceritanya si Sakkkot dengan Tapi Mombang menikah. b. Pelibat si Sakkot mempunyai kontak informal. Semua pelibat mempunyai frekuensi pertemuan yang tinggi karena sirkumstasial terletak di perkampungan. Frekuensi kontak antarkeluarga tergolong tinggi yang terlihat dari proses verba: bujingnya mencarikan jalan keluar untuk si Sakkot agar mendapatkan boru tulangnya.dalam kalimat; “tai bope amang”ning Nai Universitas Sumatera Utara Pandan Rumare Boru menambai, tabaen usahona dohot aji-aji ni halak Dairi, anggo adong rasokimu, ro do halaki i muse, Huingot – ingot jolo guru- guruan na diajarkon Dja Kuliling tu au nabaruon”. Terjemahannya; Tapi meskipun begitu , Nak”,kata Nai Pandan Rumare Boru, kita berusaha dengan jampi-jampi orang Dairi. Kalau ada rezekimu, mereka akan datang lagi ke sini. Kuingat-ingat dulu ilmu yang diajarkan Dja kuliling kepadaku baru-baru ini”. S39 Di pihak lain, pelibat Nai Pandan Rumare Boru mempunyai power, kesaktian yang lebih tinggi dari manusia lain. Hal tersebut terlihat dari proses verba dari aktivitasnya yaitu memberitahukan kepada pelibat si sakkot dan pelibat manusia menjalankan apa yang ditunjukkan dan dikatakan pelibat Nai pandan Rumare Boru. II Teks BVD a. Pelibat dalam Teks BNH adalah partisipan dalam tabel 14, pelibat atau tenor pada teks, yaitu BNH, putri raja yang dilarikan raja jin dan ketemu dengan si Sakkot. Jin merupakan pemimpin dan orang sakti, Power, baik kekuatan secara fisik maupun kesaktian, sehingga harus bergantung pada seorang putri raja. . Data; Au pe da “, ning anak boru I muse, songon ho do on do, manusia biasa. Madung adong sapulu taon inda mangecet dohot jolma. Nabaruaon, au dilojongkon Jihin Si Rata Butuha, hatiha au bujing-bujing, Hutakku Universitas Sumatera Utara sabotulna di sadu do”, ning ia muse laho manudu tu sibola habitcaran, di lambung Aeknabara”. Terjemahan; Perempuan itu mengatakan bahwa, ia pun manusia biasa. Sudah ada sepuluh tahun ia tidak berbicara dengan manusia. Aku dilarikan Jin Si Rata Butuha ketika anak gadis. Kampungku disebelah Timur di dekat Aeknabara. b. Pelibat BVD terbagi dua menjadi dua kelompok, pelibat manusia dan pelibat si raja Jin, pada kalimat selanjutnya dapat dipastikan bahwa kontak pertemuan partisipan tergolong tinggi. Di pihak lain kontak antara keluarga si Tigor yang mencari si sakkot yang beberapa hari tidak pulang. Dari data; Mula-mula disapaan akka dongan-dongania, ise parpudi midaan. Anggo pandokkon ni amanng nia, ia kehe maisoban, tai nabinoto ia bagi na tudia. Nada dipaboa hian bagi natudia ia. Si baginda mandok diida ia do si Tigor kehe tu Aek Sagala maroban tali balati. Atco ulang pajala-pajelu barita na so tarida ima mulai ari Minggu manyogot tanggal 24 Mai 1938. Harana adong na mandokkon pasuo do ia parpudi di saba Latcat, tai arina ari Sabtu. Terjemahannya; Ditanya teman-temannya, siapa yang terakhir melihat si Tigor? Kalau orang tuanya mengatakan ia pergi mencari kayu bakar, tapi tak tahu entah kemana ia pergi. Ia pergi tidak memberitahu kemana. Si Baginda mengatakan melihat si Tigor pergi ke arah Aek Sagala membawa tali belati. Si Tigor tidak kelihatan mulai pagi tanggal 24 Mai 1938. Ada yang melihat si Tigor di sawah Latcat, hari Sabtu. Universitas Sumatera Utara Pelibat si orang kampung mempunyai kontak formal. Semua pelibat mempunyai frekuensi pertemuan yang tinggi karena sirkumstasial kampung terletak di Desa. Frekuensi kontak antarkeluarga tergolong tinggi yang terlihat dari proses verba: mencari si Tigor yang tidak pulang beberapa hari. Seperti dala teks di atas. Pelibat si orang kampung mempunyai kontak formal. Semua pelibat mempunyai frekuensi pertemuan yang tinggi karena sirkumstasial kampung terletak di Desa. Frekuensi kontak antarkeluarga tergolong tinggi yang terlihat dari proses verba: mencari si Tigor yang tidak pulang beberapa hari. Seperti dala teks di atas.

III. Teks Halilian BNH

Pelibat dalam Halilian BNH yaitu Raja Bolon dan ke dua istrinya yang bernama boru namora yang kedua boru dari Salagundi. Raja sebagai pemegang kekuasaan sebagai pelibat yang tinggi Raja pertama. Pelibat yang lain adalah anak dari Raja Sutan Murik Meden Tinamboran dan Sutan Sialang Jongjongan. Modalitas dalam teks ada yang menunjukkan suatu keharusan yang wajib dilakukan oleh partisipan tertentu yaitu seperti dalam data; Nada pola mandok bago aha, bulus lakka Orang Kaya Patantan Simanjojak pagaung alang simangido manopot datu na dao ni pardalanan piga-piga ari. Dung lalu di bagas na bayo Datu I, lalu jalop do halahi bolkas mangadop tu raja bolon di bagas siomagodang di Gala-gala Ayer Anjung Julu. Marluhut ma akka si solkot mandongani Raja dohot boru na mora mangadop Bayo Datu i. Dung parjolo-jolo Universitas Sumatera Utara dipasikkop aha – aha na porlu sibaenon tu Datu Bolon. Terjemahannya; Tidak membantah, dengan iklas Orang Kaya Patantan pergi mendapatkan orang pintar dengan perjalanan beberapa hari S35. Tiba di rumah orang pintar di sampaikannyalah pesan raja K15. Pesan raja langsung ditanggapi dan mereka menghadap Raja di rumah kebesaran di Gala-Gala Anyar Anjung Julu S36. Semua kaum famili berkumpul menemani Raja beserta istrinya Boru Na Mora untuk menemani orang pintar dukun K16. Raja sudah mempersiapakan apa yang diperlukan untuk dukun orang pintar itu K17. Status mengacu kepada posisi pelibat atau kedudukan pemakai bahasa dalam interaksi. Status memberikan peran bagi seorang partisipan. Selanjutnya, peran itu menentukan status seseorang. Status di tentukan oleh beberapa unsur seperti umur, jenis kelamin, bentuk fisik, ras, pengetahuan, jabatan, atau kedudukan sosial. Status dua pelibat dalam satu interaksi dapat sama atau tidak sama. Dalam status sama hubungan antarpelibat berada pada posisi seimbang atau sama. Misalnya, dua orang bersahabat dan sebaya membicarakan pengalaman masing-masing akan berinteraksi dengan status sama. Dalam hubungan status tidak sama, satu partisipan lebih tinggi dari pada partisipan lain. Perbedaan ini dapat berupa perbedaan umur satu lebih tua dari yag lain, pengetahuan satu lebih berpengetahuan dalibatan emosi yang lain, atau kedudukan sosial satu lebih tinggi status sosialnya dari yang lain. Misalnya pembicaraan atasan dengan bawahan merupakan interasi dengan status tidak sama. Dalam ketiga teks ini menggambarkan kedudukan sosial yang lebih tinggi seperti kahanggi, mora, dan anak boru. Universitas Sumatera Utara Teks pada BVD, status yang ditemukan berdasarkan data, bahwa dalam hubungan status tidak sama satu partisipan lebih tinggi daripada partisipan lain.Terlihat pada data 86 dan 87., bahwa status guru lebih tinggi dari partisipan yang lain. . Frekuensi kontak antarkeluarga Si Kondar gelar Rajanya Sutan Sialang Djongdjongan adiknya punya perasaan tidak enak terhadap kerajaan kakaknya Sutan Murik Meden Tinamboran tergolong rendah yang terlihat dari data dalam teks,: Ia harajaan si Kondar goar nui Rajana Sutan Sialang Djongdjongan sai tongtong di bagasan parasan na hurang denggan mangaligi harajaon ni angkangna Sutan Murik Meden Tinamboran, songon api di bagasan guapak, songon tukkol di bagasan ngadol, inda tarida di ruar tai matungotngot di bagasan. Hara ni, sai dilului ia do dalan bia atco ia makkuasoi harajaan ni angkangnia i di pudi ni ari. Teks Target: Raja Sutan Sialang Djongjongan punya perasaan tidak enak melihat Kerajaan kakaknya Sutan Murik Meden Tinamboran, seperi bunyi pepatah orang Angkola “Songon api dibagasan guapak, songon tukkol di bagasan ngadol” artinya seperti orang yang sakit gigi, ia sakit kalau melihat orang yang lebih dari nya. Tapi orang tidak tahu bahwa ia sakit gigi kalau melihat keadaan orang lebih daripada dia. Tidak kelihatan dari luar tapi busuk di dalamnya. Ia berpikir bagaimana menguasai kerajaan kakaknya di suatu hari nanti. Teks pada BVD, status yang ditemukan berdasarkan data, bahwa dalam hubungan status tidak sama satu partisipan lebih tinggi daripada partisipan lain.Terlihat pada data 86 dan 87., bahwa status guru lebih tinggi dari partisipan yang lain. Pelibat sebagai unsur konteks situasi secara ringkas mengacu kepada siapa yang ikut serta dalam satu interaksi. Pelibat dalam teks BVD mencakup beberapa unsur yakni formalitas, status, afeksi affection, dan kontak.

I. Formalitas

Universitas Sumatera Utara Formalitas merupakan tata cara ketelibatan partisipan dalam interaksi yang sudah ditentukan sebelumnya. Formalitas mencakupi pengaruh suatu institusi terhadap aturan interaksi. Dengan keadaan demikian, unsur isi, yakni arenakegiatan menjadi penentu utama pada tingkat atau kadar formalitas kadar interaksi. Jika suasana atau arena tempat terjadinya interaksi terinstitusi yang ketat, tingkat formaitas menjadi tinggi. Sebaliknya, jika suasana atau arena bersifat santai dan ramah tamah, tingkat formalitas itu rendah. Tingkat formalitas berada pada kontinum dengan + formal di satu sisi dan - formal di sisi lain. Misalnya, dalam satu upacara resmi, seperti memberi sambutan dalam upacara nasional, yang berarti situasi + formal pemandu acara protokol sudah menentukan berbagai aspek yang akan di bicarakan, seperti siapa berbicara dengan siapa, kapan berbicara dan tentang apa yang di bicarakan. Berbeda dengan upacara itu, dua orang yang berbicara mengenai pengalaman masing- masing atau hobi masing-masing menunjukkan situasi - formalitas, yang berarti kedua pelibat dalam interaksi itu bebas berbicara dan hampir tidak ada yang mengatur apa yang harus di katakan. 87 Teks Sumber Si Budogol, sabotulna goarnia si Abdul do. Si Abdul maruba manjadi si Addul, dungi maruba manjadi si Budogol. Mula-mula mandokkon ia si Budogol ima gurunia. Mangaligi si Addul on inda jungada jop roha ni guru i. Ipon gorsing, muko takkurisihon, pakeannia pe hondal. Tarlobi-lobi di sikola tarmasuk ma danahon danak nabodo. Teks Target Universitas Sumatera Utara Si Budogol sebenarnya nama si Abdul dan berubah menjadi si Budogol. Gurunyalah yang pertama menyebutnya menjadi si Budogol. Si Abdul ini tidak disenangi guru karena gigi kuning, kurus, pakaiannya kumal dan di sekolah termasuk anak yang bodoh. 88 Teks Sumber Guru di maso halak si Budogol, pakeanna ias bottar, marsipatu, marjas sanga mardasi. Sudena guru-guru i mangihutkon paraturan ni Bolanda. Akkon totop rapi, ias. Maksudna atco tarida sangap. Sabalikna, murid-murid na songon dia anak ni parsaba, muko kapur-kapuron, pat pe songoni, takkurisihon. Muda diida do pakeanna, abitna dibaen sian mariken, simura arga. Na ‘dong na mambaen sonang ni roha. Jadi dao ma parsalisihan ni guru dohot murid. Harani i, guru- guru di Angkola nagarangan mandorapi, manijuri baba ni murid, manyipakkon, manggodol sanga manjebet hurum ni murid. Teks Target Guru pada masa si Budogol, pakaiannya putih,bersih, bersepatu, berjas dan berdasi Guru itu semua mengikuti pada peraturan Belanda, tetap rapi. Supaya kelihatan gagah. Sebaliknya,murid-murid seperti anak petani, muka berlumpur, kaki bersisisk. Pakaiannya dari perca yang murah harga, tidak ada yang membuat senang hati. Antara guru dan murid terlihat perbedaannya K69. Karena itu, guru-guru di Angkola garang dan suka menampari, meludahi mulut murid, menyipak, mencubit pipi murid. Berdasarkan teks BVD temuan yang diperoleh, bahwa Formalitas merupakan tata cara ketelibatan partisipan dalam interaksi ,yang mencakupi pengaruh suatu institusi terhadap aturan interaksi. Dengan keadaan demikian, formalitas, seperti arenakegiatan, pada teks BVD memiliki tingkat formalitas yang tinggi. Tingkat formalitas berada pada kontinum + formal. Arenakegiatan pada teks BVD menggambarkan pendidikan pada masa penjajahan Belanda.

II. Status dalam teks Terjemahan

Status dalam teks BVD ini mengacu pada posisi pelibat atau keddukan pemakai bahasa dalam interaksi. Status oleh beberapa unsur seperti umur, jenis Universitas Sumatera Utara kelamin bentuk fisik, pengetahuan, jabatan, atau kedudukan sosial sangat menentukan dalam budaya Angkola. Data 89 Teks Terjemahan BVD Dungi muse, anggo pado adatna, na sai didokkon-dokkon goar ni ama-ama sanga ina-ina, songon i goar ni guru- guru. Anggo na hum hara ni na tarpaksa, na sai didokkon-dokkon goar ni na dipatobang. Angkon pattun do iba tu natobang- tobang. Guru-guru di Sipirok na so markolong ni roha tu murid-muridna digoar- goar halak do i, na manggoar-goari muridna sandiri. Bope na sude guru-guru i margoar nadigoari ni anak sikola, tai leng bahat juo ma. Biasona guru-guru na jahat tu murid. Bia ma he ‘ttong. Inda adong jop ni roha ni guru tu murid. Sebenarnya menurut adatnya tidak boleh disebut-sebut nama-nama orang tua dan guru-guru kalau tidak terpaksa. Harus santun kepada orang-orang yang tua. Guru-guru di Sipirok kalau tidak sayang kepada muridnya akan dicerita- ceritakan orang. Semua guru-guru itu digelari murid tapi lebih banyak adalah guru-guru yang tidak disengani mereka. Bagaimanalah tidak ada senangnya guru itu kepada murid.

III. Afeksi dalam teks Teks Terjemahan

89 Teks Sumber Na natarcaritohon sude bagi na bia sonangna dilala si Tigor. Songon i muse roha ni si Bonur totop marusaho bia na sadengganna ulang mangido mulak bayo i sian jolonia. Si Tigor tidak dapat bercerita karena senangnya di rumah si Bonur. Mereka sama-sama senang dan takut kehilangan, hal ini tergambar dari tingkah laku si Bonur ia tetap berusaha agar si Tigor tidak meminta pulang. Afeksi dalam teks BVD menunjukkan keterlibatan emosi. Hubungan antarpelibat dapat berada pada afeksi positif dengan pengertian bahwa keduanya saling mencintai atau meyukai atau afeksi negatif, yaitu hubungan antara pelibat yang saling membenci, berseteru, atau bermusuhan. Berinteraksi dengan orang yang di cintai tidak sama caranya dengan orang yang tidak di sukai atau di benci. Universitas Sumatera Utara Dengan sifatnya yang demikian, afeksi menentukan pemakaian bahasa sebagai kontinum dengan + interpersonal di satu sisi dan - ideational di sisi lain. Dengan interaksi + interpersonal berarti dua terlibat dalam interaksi penuh kesukaan atau kebencian, yang sebahagian besar melibatkan unsur emosi. Data nomor 89, interaksi antara dua orang berpacaran dapat lebih mengarah kepada keterlibatan makna interpersonal. Berbeda dengan itu, interaksi antara dua orang pakar dalam bidang kepakaran mereka akan melibatkan ciri + ideational.

IV. Kontak dalam Teks Terjemahan Kontak mengacu kepada keseringan. Hubungan antara dua pelibat dalam

interaksi berada pada kontinum dengan + sering di satu sisi kotinum dan - sering di sisi lain. 90 Teks Sumber Sian parcarito ni anak boru i habotoan ma bahaso ia sabotulna ia boru ni raja do. Hatiha ia bujing-bujing, rupa ia ma na jumeges di luat i. Di sada hatiha, ro ma jihin Si Rata Butuha mangalojongkon ia, dibaen ia dongan saripe nia. Tai nada ra anak boru on. Mula-mula disippan ia anakboru on dibagasan ni kaco, dipaboan-boan ia tu topi ni laut. Huhul-kuhul disippan ia di toru ni laut. Asal ma sonang roha ni anak boru on, bagi aha pamilinia, dioloi jihin i, Na parpudi dibaenkon ma di sia sada inganan na jeges, ima inganan na sannari na di inganan di dia halahi mangecet. Teks Target Berdasarkan cerita perempuan itu ternyata ia anaknya Raja. Ia gadis sangat cantik. Ia dilarikan jin si Rata perut dan dijadikan istri tapi ia tak mau. Karena ia tak mau maka disimpanlah ia di dalam kaca, dan jin tetap membawa-bawanya ketepi laut. Kadang-kadang disimpannya di bawah laut. Jin membuat kan rumah yang bagus dan apa yang dimintanya tetap diberikan, asalkan senang hati anak perempuan ini. Ia dibuatkannya tempat tinggal yang bagus, itulah tempat sekarang mereka bercerita. Universitas Sumatera Utara 92 Teks umber Tai biasi totop poso ning si Tigor. “Totop songon bujing-bujing na marumur salapan bolas tu sambilan bolas taon?” Teks Target “Si Tigor bertanya mengapa masih tetap muda dan tetap seperi anak gadis berumur delapan belas ke sembilan belas tahun ? Dalam teks data 91 dan 92 BVD memiliki kontak dua orang partisipan dalam satu teks yang baru pertama kali di lakukan atau - sering berbeda dengan kontak antara pelibat yang sudah sering berjumpa. Baru pertama berjumpa ternyata si Tigor sudah berani mengungkapkan perasaannya. Kontak yang terjadi antar pelibat termasuk kontak informal yang terlihat dari pemilihan vokatif dukun ‘kamu’ dan pemilihan sirkumstansial pertemuan antarpelibat, yaitu di rumah Raja. Frekuensi pertemuan antarpelibat dukun dan Raja tidak tergolong sering karena mereka tinggal di desa yang berbeda. 4.3.1.3 Analisis Mode dalam Teks Halilian Cara atau mode menunjukkan bagaimana peran bahasa dalam interaksi. Secara rinci, cara menunjukkan peran bahasa dalam satu interaksi, harapan pelibat terhadap peran bahasa dalam suatu situasi, status bahasa dan mediun atau saluran channel. Unsur yang membangun cara terdiri atas keterencanaan planning, jarak, dan medium, atau saluran.

I. Keterencanaan

Data 90 dalam Teks Terjemahan BVD Universitas Sumatera Utara Tep, ninna, naburagan, di bulan April taon 1983, markabotulan di Bulan Kolang, sanga di Bulan Kurung, bulan attara Bulan Ari Rayo dohot bulan Oji, dihatiha habis bas dope eme di Sipirok, kehe mada si Tigor mai soban tu aek Sulum, opat kilometer sian Sipirok tu Tarutung. Tai di tongan dalan, muba pikirannia. “Tagonananma au kehe tu siamun, mamolus Sigiringgiring, lalu manaripari Aek Sagala”, ningi rohania. Harupe dalan jumatjat, tai dumonok paisobanan. Dungi muse, aturanna, nanggo pola landit dalan. Ma songon na hiang diida dalan i. Boti pe’ttong, biasona, muda laho manyabi bagi tartar sabulannai, nanggo nonat be, mulai ma ari logo. Napola marpikir ginjang, manigor ia mambelok tu siamun. AL-Kisah di bulan April tahun 1938, kebetulan jatuh di bulan tengah, atau di bulan diantara bulan Zulkaedah, di antara bulan hari Raya Idulfitri dan bulan Haji, saat padi mulai keluar di Sipirok. Si Tigor pergi mencari kayu bakar ke sungai Sulum, empat kilometer jaraknya dari Sipirok ke Tarutung. Akan tetapi di tengah jalan ia berubah pikiran. “Lebih baik aku membelok ke sebelah kanan, melewati Sigiringgiring, dan menapaki Sungai Sagala”, katanya dalam hati. Walaupun jalan yang ia lewati lebih buruk, tetapi lebih dekat dilalui. Jalan tidak terlalu licin karena sudah agak kering disebabkan musim hujan telah berganti dengan musim panas. Kebiasaan sebulan lagi musim panen cuaca panas. Keterencanaan menunjukkan persiapan yang di lakukan untuk mewujudkan teks. Interaksi dapat terjadi dengan skenario yang telah direncanakan lebih dahulu dan dapat pula terjadi tanpa rencana, terjadi apa adanya, atau berlangsung secara spontan. Dengan pengertian ini keterencanaan berada pada kontinum dengan + disatu sisi - terencana di sisi lain. Dengan + terencana berarti bahwa interaksi di rencanakan sebelumnya, seperti dalam ketika teks yang sebelumnya sudah di siapkan secara tertulis untuk di bicarakan dan di publikasikan. Berbeda dengan itu, ciri - terencana menunjukkan bahwa interaksi atau teks merupakan aktivitas spontanitas dua pelibat, seperti yang tergambar pada data.

II. Jarak

ia ma he’ttong baenon, rupa madung sibat di na mardunia on do. Muda taradong di iba, kecet pe mur bahat. Na pola maralang-alang iba makkuling gogo di lopo- lopo. Bisa muse iba mandok sipaingot tu halak, on na tusi on na tuson Bope na so Universitas Sumatera Utara tutu nadidokkonan i, halak pe na bagi aha didokkon na manangihon kalak. Anggo hum na ditangihon, napola hatcit di lala. Tai muda batcing mata ni na mambegesa, nama murdangol dilala. Hohom kohom iba, didokkon halak iba si longas. Songon na didokkon halak Hutasuhut i, sip muap bau, makkuling muap et. Tarsongon i ma si Tigor, sai hohom kohom. Saba sibaenon pe na sadia, nadilehen kalak. Tarpaksa ma ia sai kehe mai soban atco bisa manyambung ngolu. Anggo sabotulna, na mai soban on pe nanggo nataromo. Pas-pas mai i bisa manobusi dahanon dua tolu takar. Giot manggotti sattut pe maol. Tai benna so adong pangomoan nadong haimbaran, bia jo labuna. Holi-holi pe mapukpuk, na diomo so suada.pepatah Bagaimana mau dibuat sudah sifat kehidupan, kalau ada pada kita, bicarapun semakin banyak dan bersama orang anyakpun kita tidak segan apa yang mau dikatakan. Kita dapat memberikan nasehat kepada orang lain tentang apa yang mau dikatakan walaupun yang kita katakan tidak benar tetapi sakit hati orang yang mendengar. Kalau orang susah lebih banyak diamnya. Seperti yang dikatakan orang Hutasuhut, diam bau sekali, berbicara bau kotoran. Seperti itulah si Tigor, selalu diam saja. Orang yang memberikan sawah untuk dipakaipun tidak banyak, karena itulah dia pergi mencari kayu bakar untuk menyambung hidupnya. Hasil dari mencari kayu bakar itu tidak seberapa cukup untuk memberi beras dua atau tiga takaran. Mau mengganti sendal pun susah karena tidak ada uang. Bekerja keras pun dilakukan sampai tulang keropos tetapi hasilnya tak ada.pepatah Jarak mengacu kepada umpan balik feedback yang saling di berikan antarpelibat atau antarpemakai bahasa dan keterbabitan atau keikutsertaan bahasa dengan realitas yang di wakilinya. Yang di gunakan mengukur jarak antarpelibat dalam satu interaksi adalah umpan balik, yakni apakah umpan balik yang di berikan seorang pelibat dapat langsung di tanggap oleh pelibat lainnya atau tidak. Dalam interaksi bersemuka kedua pelibat dapat secara langsung dan segera memberi dan menanggap umpan balik. Berbeda dengan keadaan itu, interaksi antara dua orang yang melalui surat menghasilkan umpan balik yang di lakukan secara tidak langsung dan tidak segera atau dengan waktu lebih lama. Dalam keadaan yang lain interaksi tidak memerlukan umpan balik langsung, seperti khatib yang menyampaikan khotbah di mesjid atau pendeta yang memberikan khotbahnya di gereja. Tanggapan dari jamaah atau jemaat di mesjid dan di gereja Universitas Sumatera Utara itu tidak di harapkan. Dengan keadaan ini jarak berada pada kontinun dengan ciri + jarak waktutempat di satu sisi, yang berarti faktor waktutempat sangat menentukan dalam memberikan umpan balik seperti intraksi melalui walkie talkie yang membutuhkan waktu selang untuk mendapatkan umpan balik dan dengan ciri - jarak waktutempat di sisi lain, yang berarti faktor waktutempat tidak menghalangi pelibat dalam memberikan umpan balik seperti interaksi bersemuka. Berdasarkan analisis dan data teks BVD, apakah umpan balik yang di berikan seorang pelibat dapat langsung di tanggap oleh pelibat lainnya atau tidak. Dalam interaksi bersemuka kedua pelibat dapat secara langsung dan segera memberi dan menanggap umpan balik berdasarkan data. Keterkaitan bahasa dengan realitas menunjukkan tingkat teks atau bahasa dengan kegiatan yang di lakukan. Dengan kata lain, keterbabitan ini menujukkan jarak teks dan realitas yang di wakili. Secara rinci, dapat di katakan bahwa di satu sisi teks yang di gunakan dapat langsung mewakili aktivitas yang berlangsung, seperti teks BVD yang secara langsung meliput satu kejadian yang terjadi pada masyarakat dahulu. Di sisi lain jarak antara teks dan aktivitas dapat sangat jauh seperti dalam teks BVD yang membicarakan ulasan tentang tentang kehidupan manusia. Peristiwa penggunaan teks pada saat kegiatan berlangsung di katakan bahasa sebagai aksi dan pemakaian bahasa yang tidak meunjukkan kegiatan yang berlangsung di sebut bahasa sebagai refleksi. Antara aksi dan refleksi adalah bahasa sebagai rekonstuksi. Kriteria yang di gunakan mengukur tingkat keterbabitan bahasa adalah kontinum dengan + jarak semantik di satu sisi yang Universitas Sumatera Utara berarti terdapat jarak antara teks dan aktivitas yang di lakukan dan - jarak semantik dengan pengertian tidak ada jarak antara teks dan kegiatan yang di lakukan. III. Medium dan Saluran dalam Teks Terjemahan Medium atau saluran menunjukkan sarana yang di realisasikan bahasa. Medium terdiri atas dua unsur yang merupakan kontinum, yaitu lisan dan tulisan. Di sau sisi kontinum terdapat teks lisan dengan pengertian bahwa bahasa di realisasikan oleh bunyi atau suara dengan intonasi, seperti pada peristiwa bercakap-cakap, berdiskusi, berbalas pantun, bersyair, atau bertengkar, yang umumnya merupakan kegiatan bersemuka. Unit realisasinya adalah bunyi atau fonem. Di sisi lain kontinum itu, terdapat bahasa tulisan yang di kodekan oleh goresan, garis, huruf, gambar, atau tanda pada kertas, batu seperti batu bersurat, pelepah daun tumbuhan, kulit kayu, kulit hewan atau bambu seperti aksara bahasa batak pada buluh suraton atau aksara Lombok pada daun lontar. Unit realisasinya adalah huruf atau gambar. Antara bahasa lisan dan tulisan terdapat variasi teks yang melibatkan keduanya dengan proporsi yang berbeda. Misalnya, wawancara membabitkan bahasa lisan dan tulisan karena di samping berbicara pewawancara juga membuat catatan atau tulisan mengenai isi pembicaraan. Demikian juga mencatat berita telepon membabitkan kedua medium lisan dan tulisan. Legenda Turi-Turian ni halak Angkola penelitian ini merupakan bahasa tulis satu arah monolog, yaitu dari pencerita kepada pendengar dengan dialog di Universitas Sumatera Utara dalamnya, yaitu dialog antarpelibat, seperti dialog antara manusia dengan manusia , manusia dengan jin, manusia dengan orang pintar. Bahasa tulis pada teks Halilian juga dapat diketahui dari beberapa penanda bahasa tulis, seperti pemakai partikel dan pemenggalan suku kata. Penanda bahasa tulis tersebut adalah sebagai berikut:

4.4 Konteks Budaya Teks Halilian Konteks Budaya dibatasi sebagai kegiatan sosial yang bertahap dan