ditunjukkan oleh kalimat topik padanan “ pencuri bapak Dja Gokkon. Item leksikal “Uda” dalam teks sumber secara tekstual memiliki hubungan kohesif
lokal, yakni hubungan intra kalimat sedangkan padanannya “Bapak” secara
pragmatik disamping memiliki hubungan lokal intra kalimat juga berfungsi sebagai piranti formal yang memiliki hubungan koherensi yang bersifat global,
yakni hubungan inter-kalimat yang membentuk kesatuan dan koherensi teks secara keseluruhan berupa tema. Teks sumber cerpen tidak sekedar berbicara
tentang Uda sebagai keadaan tetapi Uda sebagi proses.
4.2.2.2 Pergeseran Komponen Semantik
Tidak bisa disangkal bagi bahwa setiap kegiatan penerjemahan terfokus pada makna. Seorang penerjemah dituntut mampu mengalihkan makna yang
terdapat dalam teks bahasa sumber ke dalam bahasa target. Proses pengalihan makna tidaklah berjalan langsung dan otomatis seperti yang bisa dilihat dalam
kamus dwibahasa karena sampai batas-batas tertentu memerlukan penyesuaian adjustment. Penyesuaian semantic inilah yang dianalisis sebagai pergeseran
semantic baik yang bersifat wajib maupun manasuka. Pergeseran semantic menyangkut perluasan, penyempitan, dan penyimpangan makna serta modulasi
modulation, yakni pergeseran sudut pandang atau perspektif sebagai konsekuensi dari strategi pemadanan. Fenomena pergeseran makna penyempitan,
perluasan, dan penyimpangan dalam proses pemadanan makna berkonteks budaya ke dalam bahasa Indonesia yang berhasil diindentifikasikan dapat
diilustrasikan melalui diagram berikut:
Universitas Sumatera Utara
Penyempitan makna Perluasan makna Penyimpangan makna
Penyempitan makna Perluasan makna Penyimpangan makna
Dalam penerjemahan ketiga cerita pendek ke dalam bahasa Indonesia juga dikemukakan data yang membuktikan telah terjadi pergeseran makna menyangkut
perluasan, penyempitan , dan penyimpangan makna serta modulasi modulation. Perluasan makna yang berhasil diindentifikasikan memiliki kecenderungan
sebagai pergeseran makna yang bersifat spesifik menjadi yang bersifat generik yang tercermin dalam sejumlah data berikut:
Dalam penerjemahan ketiga cerita pendek ke dalam bahasa Indonesia juga dikemukakan data yang membuktikan telah terjadi pergeseran makna menyangkut
perluasan, penyempitan , dan penyimpangan makna serta modulasi modulation. Perluasan makna yang berhasil diindentifikasikan memiliki kecenderungan
sebagai pergeseran makna yang bersifat spesifik menjadi yang bersifat generik yang tercermin dalam sejumlah data berikut:
TS TS
108 Anggo musum panen di saba halak 108 Anggo musum panen di saba halak
di huta sudena kehe tu saba giot di huta sudena kehe tu saba giot
menyabi menyabi
TT 108 Jika musim panen di sawah
orang kampungnya semua turun
ke sawah untuk memotong padi.
Walaupun dalam contoh 108 penerjemahan kata manyabi dengan memotong padi mengindikasikan suatu padanan yang hampir sempurna dan
menunjukkan telah terjadi perluasan makna karena manyabi dalam budaya bahasa Angkola berasosiasi dengan ramai-ramai di sawah dan makan bersama
dalam panen pemotong padi sedangkan makna orang yang melakukan pekerjaan dalam bahasa Indonesia lebih umum dan melingkupi makna pelaku saja
Contoh lain yang lebih menarik dari pergeseran makna ke arah medan makna yang lebih luas adalah pergeseran yang terjadi pada pemadanan kelompok
Universitas Sumatera Utara
kata yang tergolong dalam produk pertanian yang disajikan dalam data 4.2.3 di depan. Padanan yang dihasilkan mengindikasikan bahwa dalam transfer makna
eme, gabah, dan padi penerjemah mengganti kata-kata tersebut dengan kata yang mirip dalam kebudayaan bahasa target Indonesia dan menerjemahkan
pengertiannya. Ketiga kata tersebut pada dasarnya mendapat padanan beras untuk lebih mendekati ketepatan medan makna, penerjemah melakukan eksplikasi
dengan memberikan batasan modifier untuk menbedakan makna padi, dengan gabah dan padi, dahanon dalam bahasa Angkola, untuk padanannya beras. Ini
berarti makna bahasa sumber telah bergeser menjadi lebih luas dalam bahasa target Indonesia, yakni dari makna spesifik menjadi makna yang lebih generic.
Dari alternative kesepadanan yang diilustrasikan oleh Vern maka pergeseran ke arah perluasan makna kelompok kata ini bisa didiagramkan seperti berikut:
1. padi 2. gabah
3. beras 4. dedak
Ketiga makna tersebut dibedakan dalam bahasa Angkola, tetapi variasi padanannya kata beras dan nasi secara semantic berbeda. Baik bahasa sumber
maupun bahasa target sama-sama memiliki konsep produk pertanian tersebut oleh karena itu dari sudut strategi pemadanan ketiga kata tersebut dialihkan melalui
penggunaan kata-kata yang berhubungan sinonim dan penggunaan kata-kata yang memiliki hubungan generic-spesifik. Kata beras bersifat spesifik Data lain
yang menunjukkan perluasan makna adalah pemadanan lumbung itu ke data berikut:
Universitas Sumatera Utara
TS 109 Eme I ma di baen tu lumbung.
TT 109 Padi itu sudah di simpan di dalam
lumbung.
Dalam bahasa Indonesia konsep lumbung dibentuk melalui dua kompponen makna + bangunan dan tempat penyimpanan produk pertanian.
Padanan utama kata kan lumbung, kata ini memiliki medan makna yang lebih luas karena konsep tempat penyimpanan tidak saja dibentuk oleh komponen
makna + bangunan dan + tempat penyimpanan hasil produk pertanian. Untuk mendapatkan ketepatan padanan kata lumbung penerjemah menerapkan srtategi
modifikasi yakni membatasi pengertian kata tempat dengan pemodifikasi beras sebagai deskrifsi fungsi. Dengan kata lain, dalam bahasa target lumbung
diungkapakan sebagai “bangunan yang berfungsi untuk menyimpan produk pertanian seperti berupa beras”.
4.3 Analisis Keterkaitan Konteks Situasi dan Budaya dalam Teks Terjemahan
4.3.1 Konteks Situasi Teks-Teks Terjemahan
Konteks adalah aspek-aspek internal teks dan segala sesuatu yang secara internal melingkupi teks, maka konteks secara garis besar dapat dibedakan
menjadi dua yaitu konteks bahasa dan konteks luar bahasa extra linguistic contenxt disebut ”konteks stuasi” dan ”konteks budaya Saragih, 2003:4.
Konteks merupakan dasar bagi inferensi. Yang dimaksud inferensi di sini adalah proses yang harus dilakukan oleh komunikan pendengarpembacamitra tutur
Universitas Sumatera Utara