Terjemahannya “Kalau saya Nek, aku ini orang yang datang dari kampung yang sedih, kampung yang tidak bisa terbangun. Mimpi saja. Perjalananku ini
adalah perjalanan yang ingin pergi ke simarlanda-landa kemudian ke simarlundu- lundu, mencari orang yang tidak dikenal, menempuh tanpa tujuan. Tapi beginilah
Nek, saya ini seperti anak muda pengelana yang kesasar, disitu ada ke situlah nyangkutnya. Telah banyak rintangan kulewati, telah banyak perkampungan
kulewati, tapi teman curahan hatipun tak ada.” Tipe penerjemahan ini mengutamakan pencarian padanan yang paling
dekat dengan pesan dalam bahasa sumber dan kemudian diungkapkan dalam bahasa target secara wajar dan alami.
2.1.5 Makna dalam Teks Terjemahan
Konsep makna teks terjemahan dalam penelitian ini adalah makna yang muncul dalam teks. Oleh sebab itu, konsep makna dari teks terjemahan dimulai
dengan makna teks dalam konteksnya, yaitu konteks situasi dan budaya. Makna teks dibagi dalam tiga fase, yaitu makna ide, makna antarpelibat, dan makna
tekstual Halliday dalam Saragih, 2006. Karena berdasarkan peran bahasa sebagai bagian dari semiotik makna setiap tanda muncul dimulai dari komponen
penanda atau komponen ‘yang mengartikan’ yang wujudnya berupa rangkaian bunyi atau dalam bentuk tulis berupa ‘kata’ Saragih 2006. Kemudian
komponene penanda adalah komponen ‘yang diartikan’ yang wujudnya berupa
Universitas Sumatera Utara
pengertian atau konsep . Pengertian atau konsep tersebut ada hanya dibenak manusia. Oleh sebab itu diperlukan ‘relasi’ untuk menghubungkan ‘yang
diartikan’ dengan ‘yang mengartikan’ untuk membentuk makna. Makna yang muncul dalam bahasa itu sendiri dinamakan makna denotatif atau makna literal,
sedangkan makna konotatif muncul karena faktor di luar bahasa non-linguistik seperti faktor sosial dan faktor budaya.
Dalam pemakaian sehari-hari, kata makna digunakan dalam berbagai bidang maupun konteks. Makna juga disejajarkan dengan arti, gagasan, konsep
pesan, informasi maksud, firasat, isi dan pikiran 1985:50. Berdasarkan uraian di atas, teks terjemahan akan melandaskan analisis
makna pada makna teks terlebih dahulu karena objek penelitian adalah teks terjemahan yang menuju pada makna denotatif dan konotatif dari setiap tanda
yang dimiliki kekhasan bagi masyarakat Angkola. Makna tanda tersebut berhubungan erat dengan nilai yang terdapat dalam teks Halilian karena sistem
tanda yang ada dalam suatu masyarakat bahasa tercermin dalam bentuk lingual dan konfigurasi bentuk lingual itu dalam suatu rangkaian struktur bahasa
Djajasaudarma, 1997:13 Berangkat dari hakekat berbahasa sebagai proses penyampaian makna,
Bolinger dalam Aminuddin 1985:53 mengartikan makna sebagai hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama olepemakai bahasa
Universitas Sumatera Utara
sehingga dapat dimengerti. Pendapat ini sejalan dengan konsep signifiant ‘yang mengartikan ‘ signifie’yang diartikan’ dari de Saussure, di satu pihak dan hakekat
bahasa sebagai suatu konvensi dan media komunikasi di lain pihak. Batasan makna dalam pembahasan ini, makna ialah hubungan antara
bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama olehpemakai bahasa bahasa sehingga dapat saling dimengerti. Makna harus dikaitkan dengan latar
belakang sosial, budaya dan pendidikan penutur. Setelah mengetahui konsep makna maka selanjutnya perlu dikemukakan
bagaimana menentukan suatu makna karena pada prinsipnya penerjemahan selalu mulai dengan analisis makna teks sumber sebelum bisa dialihkan ke dalam bahasa
target. Begitu juga dengan analisis terjemahan di mana analisis makna merupakan inti dari kajian. Makna dapat dapat ditentukan melalui dua pendekatan, yakni 1
pendekatan analitik atau referensial yang mencoba mencari inti makna melalui penguraian atas komponen utama, dan 2 pendekatan operasional yang mengkaji
makna kata dalam penggunaan word in action. Makna dapat dikaji dalam tiga jenis tataran, yakni 1 tataran mikrolinguistik, 2 tatanan makrolinguistik, dan
3 tataran stilistik. Dalam tataran mikrolinguistik makna bersesuaian diantara item dalam
struktur linguistik seperti pada tataran fonologis, morfologis, dan sintaksis dan struktur serupa dalam dunia non-simbolik. Tataran makrolinguistik mempelajari
Universitas Sumatera Utara
makna dalam hubungannya dengan faktor-faktor di luar linguistik, yakni kemampuan menunjukkan paralelisme antara struktur linguistik dan non-
linguistik sementara tataran linguistik memandang makna sebagai keseluruhan lingkungan dimana suatu bentuk bisa sesuai
Cara pertama mengambil makna kata sebagai konstruk, yang dalam konstruk tersebut makna kalimat dan komunikasi bisa dijelaskan. Pada cara yang
kedua, makna kalimatlah yang diambil sebagai dasar dan kata-kata dianggap sebagai penyumbang yang sistematik terhadap makna kalimat. Sementara itu cara
yang ketiga baik makna kata maupun makna kalimat dijelaskan dalam batas-batas penggunaannya pada tindak komunikasi.
Frawley 1992:17-54 mengemukakan lima pendekatan terhadap makna, yakni 1 makna sebagai acuan reference yang memandang terdapat hubungan
langsung dan konstan antara tanda acuan dalam setiap konteks, 2 makna sebagai bentuk logika logical form dengan alasan bahwa logika berkenaan dengan
kebenaran, kesimpulan inference dan isi suatu ekspresi yang memiliki cara yang eksplisit dan teliti dalam mengungkapkan isi ekspresi. Dalam pendekatan ini
makna dapat diungkapkan melalui pencermatan terhadap bentuk logika atau melalui interpretasi melalui sebuah model, 3 makna sebagai konteks dan
penggunaan yang menganggap makna suatu ekspresi adalah fungsinya dalam penggunaan atau dengan kata lain ditentukan oleh konteks sebagaimana yang
Universitas Sumatera Utara
dianut oleh para linguis yang mendalami kajian wacana dan pragmatik, 4 makna sebagai budaya yang mengganggap bahwa budaya dan bahasa berbeda satu sama
lain maka makna linguistik ditentukan oleh konteks dimana peristiwa bicara itu terjadi, dan 5 makna sebagai suatu struktur konsep.
Halliday 1985:16-23 mengatakan bahwa teori fungsional bahasa melalui analisis sebagai representasi fenomena dalam dunia nyata yang dipandang
memiliki berbagai dimensi makna: 1 expreriental meaning, yakni makna sebagai ekspresi suatu proses, kejasian, tindakan, keadaan, atau aspek fenomena
dunia nyata lainnya yang memiliki hubungan simbolik bahasa dilihat sebagai reflection, 2 interpersonal meaning di mana bahasa dilihat sebagai action dan
dari sudut proses interaksi sosial bukan sebagai cara berpikir tetapi cara berbuat interaksi antara speaker dan addressee, logical meaning dalam pengertian bukan
hubungan logika formal tetapi hubungan dimana logika formal tersebut berasal yang diekspresikan dalam grammar sebagai bentuk lain dari parataksis dan
hipotakstis termasuk hubungan koordinasi, aposisi, pengandaian dan kalimat tidak langsung, dan 4 textual meaning yakni apa yang membuat sesuatu menjadi
sebuah teks berbeda dengan contoh kata buatan berkenaan dengan fungsi bahasa dalam membentuk teks, menghubungkan dirinya dengan konteks yakni situasi dan
teks sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
2.1.6 Kesepadanan