Pergeseran Unit dalam Tataran Gramatikal

klausa Eggins 1994:6.Dengan demikian, teks Halilian memiliki sususnan kalimat seperti yang terdapat pada ciri bahasa tulis Pembahasan ini akan tergambar dalam konteks apa terjadi pergeseran makna shift dalam teks terjemahan. Untuk melihat dalam konteks apa terjadi pergeseran digunakan analisis pergeseran mikro micro shift analisys dan macro shift analisys.

4.2.1 Analisia Mikro Micro Shift Analisys

4.2.1.1 Pergeseran Unit dalam Tataran Gramatikal

Bahasa mempunyai; 1 bahasa sebagai sistem yang mempunyai struktur yakni memiliki pola sistem gramatikal dan berdasarkan pola-pola itulah bahasa digunakan sehingga bahasa dapat dibandingkan, dialihkan, dipelajari dan diajarkan, 2 bahasa merupakan sistem bunyi yang bersifat manasuka arbitrary dalam artian diciptakan secara manasuka, tidak memiliki makna, dan kemudian disusun pula secara manasuka sehingga menimbulkan kata yang membuat makna, dan 3 bahasa memungkinkan terjadinya komunikasi antar pribadi karena fungsinya sebagai alat menyampaikan atau menerima informasi. Bahasa sebagai suatu sistem yang berstruktur karena pengertian dasar pergeseran formal melibatkan perubahan bentuk gramatikal dari bahasa sumber ke dalam bahasa target. Mengikuti perspektif pertama di atas maka bahasa dimengerti sebagai Universitas Sumatera Utara suatu tingkah laku manusia yang berpola yang diatur dalam suatu sistem gramatikal berdasarkan apa hirarki suatu unit ditentukan. Berdasarkan posisinya dalam tataran gramatikal unit frasa misalnya, dapat mula-mula sekali didefinisikan sebagai unit yang setingkat lebih tinggi kedudukannya rank dari unit kata dan setingkat lebih rendah dari unit klausa. Posisi unit frasa di bawah ini unit klausa dalam hirarki gramatikal menunjukkan bahwa hubungan frasa terhadap klausa adalah berupa hubungan sintagmatik yakni eksponensial, dalam arti secara normal unit frasa merupakan eksponen atau menjadi pengisi elemen-elemen atau slot-slot pada struktur klausa. Pada tataran yang lebih tinggi klausa merupakan eksponen atau pendukung unsur struktur kalimat. Hubungan ini dapat misalnya dilihat dalam contoh berikut. 106 ”Adong do da sinuantunas ni dakkang na margoar si Sakkot” Kakakku mempunyai seorang anak yang bernama si Sakkot. Klausa di atas mempunyai struktur yang dibangun oleh rangkaian elemen atau slot Subjek + Predikat + Adverbial. Eksponen atau pengisi dari elemen S adalah sebuah frasa, yaitu unit frasa nomina. kakakku Pengisi elemen P juga yaitu frasa verba mempunyai seorang anak. Dan eksponen atau pengisi elemen A- nya, adalah bernama si Sakkot, sebuah frasa berpreposisi. Dengan demikian dapat selanjutnya dikatakan bahwa unit frasa adalah unit yang normalnya secara paradigmatic dan sintagmatik beroperasi sebagai eksponen atau pengisi elemen- elemen yang membangun struktur unit klausa. Universitas Sumatera Utara Padanan di atas tataran kata ini berupa tataran frasa. Dalam setiap bahasa menurut Nababan, ada kecenderungan bagi suatu kata untuk bersanding atau berkolokasi dengan kata lain, dan gabungan kata itu selanjutnya menghasilkan frasa. Hubungan sejenis juga dimiliki antara kata dan frasa. Hubungan kata terhadap frasa sejajar dengan hubungan frasa terhadap klausa, yakni sama-sama merupakan hubungan eksponensial. Namun demikian walaupun hubungan hubungan eksponensial unit kata terhadap unit frasa sejajar atau hubungan eksponesial unit frase terhadap unit kalusa seperti yang dikemukakan di atas, haruslah diingat bahwa tingkat pemerian hubungan kata terhadap frase adalah lebih rendah dari tingkat pemerian hubungan frase terhadap klausa. Hubungan kata terhadap frase dapat diilustrasi melalui contoh berikut. 107 a. ”Anggo na sian napa Sibualbuali do ho Oppung, ditanda ho de dakkang na manadohon au, Nan Condong Tuan Laen Bolon”, ning ankboru i, manaili tajom tu si Sakkot na mangilkil-ngilkil burangir”.NRB “Kalaulah engkau datang dari Sibualbuali, kata Oppung itu, tandanya kamu kepada kakakku Nan Condong Tuan Aji Laen Bolon, sambil melihat si Sakkot yang sedang mengunyah sirih. 108 b. “On do luai halak bujing na didokkon ni dainang i, madung songon na mardonok hira-harakki hian”, ning roha ni si Sakkot. Inikah bibi yang dikatakan mama itu, sepertinya sudah dekat perkiraanku “, katanya dalam hati.NRB Universitas Sumatera Utara Pada frase na contoh b terlihat bahwa rangkaian tiga buah elemen yang membangun struktur didokkon ni dainang. Elemen pemodifikasi M1 dan M2 dan inti I masing-masing diisi oleh sebuah kata, yaitu oleh artikel hira-hirakki hian, dan nomina halak bujing. Ini menandakan frase nomina itu berstruktur M1+M2+1. frase nomina napa Sibualbuali pada contoh a Anggo na sian napa Sibualbuali,yang membedakan eleman I pada contoh b. adalah bahwa pengisi elemen I frase pada contoh b. berupa nomina bentukan. Walaupun demikian dapat dikatakan bahwa frasa adalah unit yang elemen-elemen strukturnya secsara normal direalisasi oleh unit kata. Dengan memfokuskan perhatian pada unit kata maka penjelasan selanjutnyajuga bisa diberikan terhadap hubungan eksponensial morfem sebagai pendukung struktur kata melalui contoh kata didokkon tersebut yang memiliki stuktur bentukan di + kata dasar. Hubungan unit frasa terhadap klausa dan hubungan unit kata terhadap frasa seperti yang dikemukakan di atas adalah hubungan eksponensial normal, yakni hubungan yang merepukan konsekwensi dari kedudukan masing-masing dalam tataran gramatikal. Selain hubungan eksponensial yang normal seperti itu pada kenyataannya masih ada hubungan eksponensial yang lain yang dapat dikatakan sebagai hubungan eksponensial non-normal. Hubungan non-normal dalam hal ini dimaksudkan suatu unit bisa memiliki kondisi hirarki yang berbeda dibandingkan dengan hirarki gramatikal normal. Hubungan eksponensial non- Universitas Sumatera Utara normal unit klausa terhadap frase dapat misalnya diperlihatkan melalui contoh berikut. 109 Sonang roha ni si Sakkot mambege hata ni ina-ina I, songon na mandapot aek inuman di halak na manguas. BNH Struktur yang bergaris bawah dalam contoh 109 merupakan unit frasa yang bertruktur I + Qualifier Q. Meskipun secara normal elemen I-nya memang direalisasi oleh sebuah kata, yaitu, Sonang namun elemen Q-nya tidaklah demikian adanya. Pengisi elemen Q ini bukan sebuah kata, tetapi justru sebuah klausa, yaitu klausa relatif mambege hata ni ina-ina i.. Dari ilustrasi tersebut bisa dimengerti bahwa hubungan eksponensial non-normal unit klausa tersebut terhadapunit frasa bersangkutan ditunjukkan oleh beroperasinya unit klausa sabagai pengisi salah satu elemen struktur unit frasa, atau dengan kata lain beroperasinya sebuah unit yang lebih tinggi rank-nya di dalam sebuah unit yang lebih rendah. Di samping identitas berdasarkan kedudukan atau statusnya dalam tataran gramatikal serta berdasarkan sifat hubungannya terhadap unit-unit pada rank di atas dan di bawahnya, identitas unit bisa juga ditentukan melalui kriteria potensial. Penentuan identitas unit melalui kriteria potensial ini diilustrasikan dengan contoh-contoh berikut. 110 Raja bolon I parsonduknia dua. BNH 111 A : Horas? Universitas Sumatera Utara B : Horas Klausa pada contoh 111 ini berstruktur S + P + Komplemen. Dalam kondisi normalnya, seperti dikemukakan di muka, eksponen struktur klausa adalah unit frasa. Dengan demikian unsur Raja yang kalau berdiri sendiri hanya merupakan sebuah kata, berdasarkan potensinya sebagai pengisi elemen S dapat digolongkan sebagai sebuah frasa, yakni frasa potensial. Potensi ke-frasa-an dari kata Raja sebagai pengisi elemen S pada struktur klausa di atas lebih jauh dapat dipertegas dengan mengaplikasikan suatu tes terhadapnya, yaitu suatu tes yang disebut tes perluasan. Sebagai pengisi elemen S kata Raja dapat diperluas misalnya menjadi yang secara berturut-turut memang menjadi, Raja yang meminpin sebuah kerajaan frasa sejati dan klausa nomina dependen, bukan lagi frasa potensial. Begitu pula halnya dengan pengisi elemen K interesting yang memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi very interesting sehingga bukan lagi berwujud frasa potensial tetapi frasa adjektiva sejati. Lebih dari pada itu, dari segi potensinya untuk menjadi suatu satuan ujaran dalam komunikasi, sebuah kata atau frasa frasa nomina misalnya dapat pula berfungsi sebagai sebuah kalimat. Dasar pengkatagorian sebagai kalimat dalam hal ini bukan karena dipenuhinya kriteria struktur kalimat, tetapi hanya karena kata atau frasa tersebut dapat berfungsi sebagai satuan ujaran dalam komunikasi atau dalam wacana, khususnya sebagai respon terhadap suatu pertanyaan Universitas Sumatera Utara initiating speech. Dalam contoh 3 walaupun horas hanya merupakan sebuah ajektif, namun dilihat dari segi fungsinya dalam wacana, yaitu sebagai respon terhadapn pertanyaan Horas? Maka dapatlah dikatakan bahwa Horas merupakan sebuah kalimat, yaitu sebuah kalimat potensial, walupun statusnya memang dependen terhadap kalimat pertanyaannya. Identifikasi unit berdasarkan struktur internal menganggap bahwa suatu unit frasa misalnya adalah pembawa struktur tertentu yang berpola rangkaian elemen. Catford 1965 menilai kelas-kelas frasa yang penting adalah frasa verba yang beroperasi pada P di dalam struktur klausa, frasa nomina yang beroperasi pada A. Karena sebagian besar data penemuan makna berkonteks budaya muncul dalam bentuk frasa nomina.

4.2.1.2 Pergeseran Unit Kata