Bahasa Konteks dan Teks

konteks budaya dari teks sumber dan memadankannya dengan konteks budaya bahasa target.

2.2.2 Bahasa Konteks dan Teks

Jalan pemahaman tentang bahasa terletak dalam kajian teks. Istilah konteks dan teks, diletakkan bersama seperti ini, mengingat bahwa dua hal ini merupakan aspek dari proses yang sama. Teks yang menyertai teks itu adalah konteks. Namun, pengertian hal yang menyertai teks itu meliputi tidak hanya yang dilisankan dan ditulis, melainkan termasuk pula kejadia-kejadian yang non- verbal lainnya keseluruhan teks itu. Linguistik Sistemik Fungsional LSF merupakan salah satu aliran dalam mengungkapkan makna sebuah teks. Aliran ini mengembangkan suatu teori bahasa dengan memandang bahasa sebagai suatu proses sosial. Dengan kata lain, aliran tersebut mencari cara-cara bahasa yang digunakan manusia tersusun dalam konteks yang berbeda konteks situasi dan konteks budaya. Haliday dan Hasan 1985:5 menyatakan bahwa istilah teks tidak dapat dipisahkan dengan istilah konteks. Defenisi teks yang diajukan Halliday sangat beragam. Menurut Halliday dan Hasan 1985: 10, teks adalah “its language that is Functional’ selain itu, Halliday juga memberikan pengertian teks sebagai ‘essesntilly semantic unit’. Universitas Sumatera Utara Selanjutnya, konteks dijelaska sebagai text That is ‘with’ atau yang juga disebut’with the text’. Adapun yang dimaksudkan dengan ‘with’tersebut adalah segala sesuatu di luar yang diujarkan dan yang tertulis, termasuk aspek non verbalsehingga dikatakan sebagai keseluruhan lingkungan dimana teks itu ada atau diujarkan . Halliday 1985:23 menjelaskan teori fungsional bahasa melalui analisis suatu kalimat sebagai representasi fenomena dalam dunia nyata yang dipandang memiliki berbagai makna: 1 experiential meaning, yaitu makna sebagi ekspresi suatu proses, kejadian, tindakan, keadaan, atau aspek dunia nyata lainnya yang memiliki hubungan simbolik bahasa dilihat dari reflection, 2 Interpersonal Meaning bahasa dilihat dari action dan dari sudut proses interaksi sosial bukan secara berfikir tetapi cara berbuat. 3 Logical Meaning, 4 Tectual meaning, yaitu apa yang membuat sesuatu menjadi sebuah teks berkenaan dengan fungsi bahasa dalam teks, menghubungkan dirinya dengan konteks yakni situasi dan teks sebelumnya. Saragih 2006:232 juga mengatakan bahwa; konteks budaya dibatasi sebagai kegiatan sosial yang bertahap tertahap dan berorientasi tujuan. Dan Saragih, juga menegaskan bahwa teks merupakan kegiatan atau aktivitas sosial dengan pengertian bahwa teks wujud sebagai interaksi yang melibatkan dua sisi pelibat: pembicara atau penulis dan pendengar atau budaya. Tou 1992:32 juga memaparkan bahwa setiap kalimat dalam teks itu multifungsional, sehingga Universitas Sumatera Utara dapat menunjuk satu bagian atau unsur tertentu dan mengatakan bahwa unsur itu mempunyai fungsi atau tidak. Tou 1992:70 juga menegaskan bahwa teks adalah bahasa yang sedang melaksanakan tugas tertentu dalam konteks situasi. Dari teks dan konteksnya Halliday dan Hasan 1985: 12 mengusulkan kerangka kerja utuk mendeskripsikan konteks situasi tautan situasi dengan menggunakan kerangka kerja konseptual sederhan, disebut fungsional sistemik, yang terdiri atas tiga komponen utama, yaitu field, tenor,dan mode. Field atau medan merujuk pada apa yang sedang terjadi dalam teks dan sifat-sifat proses sosial: apa yang sedang dilakukan partisipan dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya, atau sebagai ‘the social action ‘. Tenor atau pelibat adalah’the role structure mengacu kepada siapa yang berperan di dalam kejadian sosial tersebut, sifat-sifat partisipan, status dan peran sosial. Mode atau sarana adalah’ the symbolic organization’ merujuk kepada bagian yang diperankan oleh bahasa. Konteks situasi yang diacu oleh penelitian ini dikembangkan oleh Halliday. Namun, Halliday bukan ahli yang pertama kali mencetuskan gagasan tentang konteks situasi. Beberapa ahli lain, seperti Malinowski, Firth, dan Hymes terlah terlebih dahulu menyatakan gagasan mengenai konteks situasi context of situation. Universitas Sumatera Utara Malinowski 1923, seorang antropolog, mengemukakan teori tentang konteks, jauh sebelum teori tentang teks. Teori tentang teks situasi yang dikemukakan Malinowski ini diawali dengan penelitian yang dilakukannya terhadap teks bahasa Kiriwinian di Kepulauan Trobriand, Pasifik Selatan. Malinowski bukan seorang linguis, tetapi ia memiliki ketertarikan yang sangat dalam terhadap bahasa sebagai objek penelitiannya. Malinowski menggunakan istilah konteks situasi untuk mengekspresikan seluruh lingkungan, termasuk lingkungan verbal dan situasi tempat teks diujarkan Santoso, 2003:6. Bahasa Kiriwinian yang digunakan sebagai data penelitian oleh Malinowski disebut juga bahasa pragmatik pragmatic language atau language in action. Seseorang tidak mungkin memahami seliruhh pesan yang ada dalam teks tersebut hanya dengan mengetahui situasi pada saat teks bahasa tersebut diujarkan walaupun teks tersebut telah direkam pada saat diujarkan. Ada lingkungan lain yang juga penting selain lingkungan pada saat terjadinya atau diujarkannya sebuah teks. Malinowski menyebutnya dengan konteks budaya, yaitu keseluruhan latar belakang sejarah budaya, yang berada di balik teks dan penutur teks tersebut. Pada saat Malinowski mengemukakan konsep tentang konteks situasi, dia menyatakan bahwa konsep tersebut hanya sesuai untuk studi terhadap bahasa ‘primitif’ seperti bahasa Kiriwinian saja. Akan tetapi, beberapa tahun kemudian Universitas Sumatera Utara Malinowski menyadari bahwa konsep tentang konteks situasi sangat penting untuk memahami bahasa-bahasa lain, selain bahasa seperti bahasa Kiriwinian. Bertolak dari konsep konteks situasi Malinowskki, Firth 1935 dalam Tou 1992:11 , seorang linguis kolega Malinowski, membangun teori linguistik umum yang tidak hanya berlaku terhadap teks-teks tertentu saja seperti yang dilakukan Malinowski, tetapi terhadap semua teks. Firth mengemukakan beberapa komponen kerangka kerja untuk mendeskripsikan konteks situasi yang dapat digunakan dalam studi tentang teks sebagian bagian dari teori linguistik umum. Komponen konteks situasi Firth meliputi hal-hal berikut ini. a. Partisipan dalam situasi the participants in the situation, yaitu orang atau personal yang terlibat dalam situasi serta peran-peran partsisipan tersebut. b. Aksi partisipan the action of the participant, yaitu apa yang partisipan lakukan, termasuk tindakan verbal dan nonverbal. c. Ciri-ciri relevan lain situasi other relevant features of the situation, yaitu objek-objek disekitarnya dan peristiwa, sikap partisipan terhadap apa yang terjadi. d. Akibat-akibat tindakan verbal the effects of the verbal action, yaitu apa yang dikatakan oleh partisipan sebagai akibat dari tindakan verbal sebelumnya. Universitas Sumatera Utara Dalam mengembangkan taksonomi bahasa, Hymes menggunakan teori deskriptif dengan penggunaan checklist yang mewajibkan peneliti punya catatan tentang komponen-komponen konteks situasi Hymes, 1972:59-65 dalam Tou 1992:12 sebagai berikut : a. Message form dan message content. Pesan yang dimaksud adalah ‘apa yang dikatakan dan bagaimana sesuatu dikatakan’. Untuk mendapatkan pesan yang bermakna diperlukan kemampuan pembicara dalam mengembangkan logika untuk mengekspresikan maksud. b. Setting, yang mengacu pada waktu dan tempat atau lingkungan fisik. c. Participants, yang terdiri dari pembicara, penyampai berita, lawan bicara, pendengar atau penonton. d. Purposes yang terdiri atas hasil outcomes dan tujuan goals. Outcomes sering didefinisikan sama dengan speech event yang mempunyai beberapa bentuk seperti dalam perjanjian pernikahan atau perdagangan, sedangkan goal lebih menekankan pada negosiasi dan strategi partsisipan untuk mencapai tujuan ends yang dikehendaki. e. Key adalah pelengkap nada, cara dan jiwa dalam komunikasi. Oleh sebab itu, Key akan melibatkan lingkungan, partisipan, dan bentuk pesan seperti pada olokan atau pembicaraan serious. Universitas Sumatera Utara f. Channels adalah saluran dalam berkomunikasi : komunikasi langsung, tertulis atau menggunakan media transmisi. g. Forms of speech. Bentuk ujaran yang berupa sumber bunyiverbal mempunyai ciri tersendiri pada setiap komunitas. Ada tiga kriteria yang diperlukan untuk mengenal jenis-jenis ujaran 1 sejarah bahasa, apakah ujaran disebut bahasa atau dialek, 2 ada atau tidaknya saling pengertian dalam menggunakan codes yang bermuara pada kenyataan bahwa beberapa ujaran adalah turunan dari bahasa lain dengan penambahan, penghilangan, perpuataran atau kombinasi, 3 spesialisasi penggunaannya tertuang dalam varieties domain:bahasa sehari-hari atau bahasa standar yang sering disebut dengan instrumentalities dan register situasi khusus. h. Norm of interaction menyangkut semua aturan dalam berbicara yang harus sesuai dengan karakter normatif. i. Norm of interpretation diperlukan apabila komunikasi terjadi pada penutur dari komunitas yang berbeda. j. Genres atau kategori-kategori pemakaian bahasa seperti puisi, bentuk surat atau ceramah. Genres sering dianalisis berdampingan dengan speech events, walaupun keduanya adalah hal yang berbeda. Halliday dan penerusnya juga mengangkat suatu pendekatan dengan memandang bahwa bahasa selalu bertautan dengan segi sosial dan budaya, atau Universitas Sumatera Utara teks tidak pernah terlepas dari konteksnya. Bertolak dari pandangan ini, Halliday lebih banyak menganalisis konteks situasi dan budaya dari titik teks tempat suatu bahasa digunakan. Konteks situasi yang diacu oleh penelitian ini dikembangkan oleh Halliday dan Saragih.Dari teks dan konteksnya, Halliday dan Hasan 1985:12 dalam Tou 1992:16 dan Saragih 2006:226 mengusulkan kerangka kerja untuk mendeskripsikan konteks situasi tautan situasi dengan menggunakan kerangka kerja koseptual sederhana, disebut fungsional sistemik, yang terdiri atas tiga komponen utama, yaitu field, tenor, dan mode. Field atau medan merujuk pada apa yang sedang terjadi dalam teks dan sifat-sifat proses sosial: apa yang sedang dilakukan partisipan dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya, atau sebagai ‘the social action’. Tenor atau pelibat adalah ‘the role structure’ mengacu kepada siapa yang berperan di dalam kejadian sosial tersebut, sifat-sifat partsisipan, status dan peran sosial. Mode atau sarana adalah ‘the symbolic organization’ merujuk pada bagian yang diperankan oleh bahasa. Hal ini menyangkut harapan partisipan dengan menggunakan bahasa dalam situasi tertentu: organisasi simbolik teks, status yang dimilikinya, fungsinya dalam konteks, saluran channel: tertulis atau lisan atau gabungan keduanya, sarana retoris: persuasif, ekspositoris, didaktis dan sejenisnya. Universitas Sumatera Utara Sudut pandang bahasa sebagai sistem semiotik yang mempunyai dua dimensi, isi content dan makna expression, pada tabel 7. Tabel 5 : Strata Bahasa dan Unit Analisis Language Folk names Technical terms Unit of analisis description Content Meanings discourse- semantics Text Wordings words structures Lexico-grammer Clause Expression Soundletter Phonologhygraphology PhonemeGrapheme Eggins, 1994: 81-82 Tanda tidak akan berarti apa-apa tanpa adanya makna yang menyertainya. Para linguis mendefinisikan “makna” sesuai dengan sudut pandang yang berbeda. Leech 1997:30 membagi makna berdasarkan nilai komunikatif Communicative Value karena dia memandang bahasa sebagai alat komunikasi yang merupakan sarana untuk menginterpretasikan lingkungan, mengklasifikasikan atau mengkonseptualisasikan pengalaman dan menentukan struktur tentang realitas yang digunakan untuk mempelajari dan mengamati masa kini dan masa yang akan datang. Makna yang diajukan Leech terdiri atas tujuh tipe makna, yaitu makna konseptual, makna asosiatif yang terdiri atas makna konotatif, makna stilistik, makna efektif, makna refleksif, makna kolokatif dan makna tematik. Universitas Sumatera Utara Tabel 6: Tujuh Tipe Makna Menurut Leech 1. Makna konseptual atau Pengertian Isi yang logis, kognitif atau denotatif 2. Makna Konotatif Yang dikomunikasikan dengan apa yang diacu oleh bahasa 3. Makna Stilistik Yang dikomunikasikan dari keadaan sosial mengenai penggunaan bahasa 4. Makna Afektif Yang terungkap dari perasaan dan tingkah laku pembicarapenulis 5.Makna efeksif Yang disampaikan melalui asosiasi dengan pengertian yang lain dari ungkapan yang sama Makna Asosiatif 6.Makna olokatif Yang disampaikan melalui asosiasi dengan kata yang cenderung terjadi pada lingkup kata yang lain 7. Makna Thematik Yang dikomunikasikan dengan cara pesannya disusun atas dasar urutan dan tekanan Djajasudarma 1999:6 merangkum pendapat dari beberapa ahli lingustik dan menyimpulkan makna kata dalam makna kognitif, yang terdiri atas makna denotatif dan makna deskriptif, makna konotatif, dan makna emotif. Makna Universitas Sumatera Utara konotatif dan makna emotif dibedakan karena makna konotatif memiliki makna negatif, sedangkan makna emotif mempunyai makna positif. Makna teks muncul sebagai bagian dari bahasa sebagai teks metalanguage yang dikembangkan oleh Halliday yang menjelaskan bahwa makna akan muncul apabila tanda-tanda atau simbol-simbol digunakan oleh masyarakat dalam berinteraksi dengan lingkungannya dan antar sesama masyarakat sebagai realisasi suatu konteks sosial Halliday dan Martin 1993 : 25. Semua teks dalam konteksnya akan memiliki medan field yang merujuk pada apa yang sedang terjadi, memiliki pelibat tenor yang mengacu pada siapa yang berperan dalam kejadian sosial dalam teks, dan mempunyai sarana mode yang merujuk pada bagian yang diperankan oleh bahasa. Dari ketiga faset dalam teks terdapat tiga makna yang menyertainya yaitu makna ide atau makna ideasional, makna antarpartisipan, dan makna tekstual. Ketiga makna teks di atas menjadi acuan kerja yang pertama dalam penelitian ini sebelum masuk pada makna denotatif dan konotatif dari teks-teks Halilian. Untuk mendeskripsikan makna diperlukan epistemologi atau suatu seni dalam menafsirkan makna bahasa. Hermeneutik yang secara tradisional digambarkan sebagai seni menafsirkan makna Howard, 2001 : 25 biasanya dimanfaaatkan dalam menggali makna. Universitas Sumatera Utara

2.2.3 Teori Fungsi Bahasa