2.1.3.5.4 Teknik terjemahan translation techniques
Kelompok ini mencakup bermacam-macam teknik:
2.1.4.1 Terjemahan Harfiah
Literal Translation
Terjemahan yang hasil realisasinya berada di bawah standar, yakni di bawah hasil terjemahan yang cukup menyampaikan informasi teks BP ke dalam
teks BS dengan mematuhi norma-norma BS. Biasanya, terjemahan harfiah atau
terjemahan lurus dilakukan di tingkat kata, yaitu penerjemahan kata demi kata,
sehingga tidak jarang mengasilkan terjemahan semu, misalnya:
I have quite a few friends.
Saya mempunyai sama sekali tidak banyak teman.
Padahal terjemahan yang benar: teman-teman saya tidak sedikit, yang merupakan terjemahan di tingkat RK: “quite a few” –tidak sedikit, sehingga
dengan demikian, contoh terjemahan yang benar kalimat bahasa Inggris di atas jelas merupakan terjemahan adekuat. Misalnya satu contoh lagi:
He is regular ass; Dia adalah keledai regular, Di sini, penerjemahannya dilakukan di tingkat morfem, yakni morfem
tingkat perbandingan degree of comparison: soon-er-lebih cepat, lat-er-lebih lambat, yang melanggar norma-norma gramatikal bahasa Indonesia. Seharusnya,
Universitas Sumatera Utara
kalimat bahasa Inggris tersebut diterjemahkan di tingkat kata: cepat atau lambat- cuaca akan berubah, sehingga merupakan terjemahan yang adekuat.
Seperti yang pernah dikatakan sebelumnya, terjemahan di tingkat kata bisa dilakukan, kalau susunan kalimat teks BP sangat sederhana dan hal ini
menunjukkan, bahwa terjemahan harfiah pun bisa menghasilkan terjemahan yang adekuat.
2.1.4.2 Substitusi
substitusion Termasuk kedalam terjemahan harfiah ialah teknik substitusi, karena
penerjemahannya dilakukan di tingkat kata. Substitusi ialah proses terjemahan
yang realisasinya dilakukan melalui jalan dari bentuk BP ke bentuk BS dengan
melewati makna.
Dalam praktiknya, substitusi sebagai jenis terjemahan harfiah jarang sekali digunakan. Pertama-tama, proses substitusi dilaksanakan atau berlangsung dalam
terjemahan otomatis otomat-mesin atau yang dalam bahasa Inggris disebut “automaticmachine translation”. Wajar kalau mesin tidak memperhatikan
makna, tidak “mengerti” makna dan melaksanakan proses terjemahan pada dasar
padanan-padanan formal antara satuan-satuan dua bahasa yang telah ditugaskan sebelumnya dengan melewati makna, yaitu cukup dengan jalan substitusi saja.
Unsur-unsur substitusi ditemukan juga dalam terjemahan yang dilakukan manusia flesh-and-blood translation.
Universitas Sumatera Utara
Kalau makna satuan-satuan bahasa yang satu atau yang lain tidak dikenal oleh penerjemah dan dia harus menerjemahkannya, maka penerjemah
menggunakan padanan-padanan formal antara satuan-satuan BP dan BS yang telah ditetapkan sebelumnya. Misalnya, penerjemah menemukan dalam teks yang
harus dialihbahasakan istilah “Dutchauction” “lelang belanda”, yakni penjualan
dimuka umum dengan harga terus diturunkannya sedikit demi sedikit sementara belum ada pembelinya,tapi karena penerjemah tidak tahu maksud istilah tersebut,
dia lantas melihat di kamus bahasa Inggris- bahasa Indonesia dan menemukan ekuivalensi RK “Dutchauction”. Mengingat kamus tersebut tidak memberi arti
lain untuk istilah “Duchauction”, penerjemah yakin, bahwa penerjemahan dalam kamus itu adalah satu-satunya yang mungkin dan mengalihbahasakan
“duchauction” sebagai “lelang Belanda”, meski maksud ungkapan tersebut tetap
belum juga jelas baginya. Dengan demikian, penerjemahan dilakukan pada dasar padanan-padanan formal satuan-satuan BP dan BS yang telah ditetapkan
sebelumnya, yakni dengan jalan substitusi. Padanan-padanan formal antara satuan-satuan kedua bahasa, tentu saja,
ditetapkan dengan didasari makna, tapi hal ini adalah kenyataan waktu lampau dan bukannya pada waktu berlangsungnya proses terjemahan. Dengan kata lain,
baik manusia yang menyusun program untuk terjemahan otomatis, maupun penyusun kamus, yang menetapkan padanan-padanan makna satuan-satuan BP
Universitas Sumatera Utara
dan BS, berangkat dari makna-makna satuan-satuan tersebut. Bagi penerjemah mesin atau manusia, padanan-padanan itu adalah padanan-padanan yang sudah
ditugaskan sebelumnya, sehingga penerjemah pada waktu berlangsungnya proses terjemahanan tidak perlu lagi memperhatikan makna.
2.1.4.3 Terjemahan Bebas free translation