Kesepadanan Kajian Pustaka .1 Pengantar

2.1.6 Kesepadanan

Terjemahan sebagai salah satu bentuk komunikasi selalu ditandai oleh adanya kekurangan di sana-sini. Dengan kata lain, penyampaian informasi melalui karya terjemahan tidak akan selalu sempurna. Meskipun demikian pasti ada kesamaan atau kemiripan antara konsep bahasa sumber dan bahasa sasaran. Walaupun penerjemahan adalah usaha mengalihkan amanat dari bahasa sumber dengan cara menemukan padanan berupa suatu bentuk bahasa dalam bahasa target. Padanan equuivalence dipahami “accuracy”’ “adequacy”’ “correctness”, corespondence”’ “fidelity”’ atau “identity” Venuti, 2000:5. Padanan adalah suatu bentuk dalam bahasa target dilihat dari segi semantik sepadan dengan suatu bentuk bahasa sumber. Popovic dalam Nababan 2008:94 membedakan empat tipe padanan, 1 padanan linguistik, padanan paradigmatik, padanan stilistik, dan padanan tekstual sintagmatik. Sedangkan Eugene Nida membedakan dua tipe kepadanan: 1 padanan formal dan kepadanan dinamik dalam Nababan 2008:94. Kesepadanan formal pada dasarnya dihasilkan dari proses penerjemahan yang berorientasi pada bahasa sumber dan diarahkan untuk mengungkap sejauh mungkin bentuk dan isi dari pesen asli. Oleh karena itu dalam proses penerjemahan segala usaha ditujukan untuk memproduksi elemen formal termasuk 1 unit gramatikal, ketatasaaan penggunaan kata dan 2 makna yang sesuai dengan konteks teks Universitas Sumatera Utara sumber. Berlawanan dengan kesepadanan formal, kesepadanan dinamis berorientasi pada prinsip kesepadanan efek yang diperoleh melalui pemusatan perhatian dalam penerjemahan lebih utama ke arah tanggapan penerima dan mencapai tingkat kealamian pesan bahasa sumber. Dalam kaitannya dengan perpadanan, Catford mengidentifikasikan dua kesepadanan, yaitu 1 kesepadanan formal formal equivalence yang selanjutnya dirubah ke dalam istilah korespondensi formal formal correspondence dan 2 kesepadanan tekstual textual equivalence yang terjadi bila suatu teks atau sebagian dari teks bahasa target dalam situasi tertentu sepadan dengan teks atau sebagian teks bahasa sumber da konsep kesepadanan. House dalam desertasi Putra Yadnya 2004 membedakan kesepadanan ke dalam kesepadanan semantik dan pragmatik dan berargumentasi bahwa, dari segi fungsi, kedua teks sumber dan teks target haruslah sebanding. Konsep kesepadanan yang lebih rinci dikemukakan oleh Baker 1992 dalam Nababan 2008:94, membedakan lima tipe padanan yaitu padanan pada tataran kata, padanan di atas tataran kata, padanan gramatikal, padanan tekstual, padanan pragmatik. Dia melihat pengertian kesepadanan dalam berbagai tataran dalam hubungannya dengan proses penerjemahan termasuk berbagai aspek penerjemahan yang mengitegrasikan pendekatan linguistik dan komukatif. Universitas Sumatera Utara Penerjemahan itu sendiri menyangkut pemilihan padanan berupa unit bahasa sumber yang paling mendekati dalam bahasa target. Berdasarkan pada tingkat unit bahasa yang akan diterjemahkan Riazi 2003 dalam desertasi Putra Yadnya 2004 mengelompokkan pendekatan terhadap penerjemanhan menjadi 1 penerjemahan pada tataran kata word for word translation, 2 penerjemahan pada tataran kalimat, dan 3 penerjemahan konsepsual unit terjemahan bukan pada tingkatan kata atau kalimat. Secara garis besar terdapat beberapa kemungkinan kesepadanan dalam penerjemahan, yakni 1 sepadan sekaligus berkorenspondensi, 2 sepadan tapi bentuk tidak berkorespondensi, dan 3 sepadan dan makna tidak berkorespondensi karena beda cakupan makna. Catford 1978:27 dalam Putya Yadnya desertasi 2004; mengatakan bahwa pengertian padanan tekstual dan korespondensi formal. Padanan tekstual adalah teks atau bagian teks bahasa target yang mengandung pesan yang sama dengan teks atau bagian teks bahasa sumber. Korespondensi formal memiliki pengertian kesesuaian struktur teks sumber dengan teks sasaran. Kesesuaian struktur ini terjadi bila unsur kedua bahasa memiliki kategori yang sama kedudukan masing-masing sebagai bahasa sumber dan target. Baker dalam Nababan 2008:95, membedakan tipe padanan. a Padanan pada Tataran Kata Universitas Sumatera Utara Penguraian atau penganalisisan kata berdasarkan unsur-unsur yang membentuknya dimaksudkan untuk mengetahui unsur-unsur makna yang diungkapkan pada bagian permukaan surface. Dalam konteks penerjemahan, analisis terhadap kata baik pada struktur permukaan dengan menerapkan analisis struktural dan menerapkan analisis komponen makna. b Padanan di atas Tataran Kata Padanan di atas tataran kata ini adalah berupa tataran frasa. Dalam setiap bahasa menurut Nababan, ada kecenderungan bagi suatu kata untuk bersanding atau berkolokasi dengan kata lain, dan gabungan kata itu selanjutnya menghasilkan suatu frasa. Contoh dalam bahasa Angkola yang dikutip dari data adalah ”Anggo na so dong do hadamean rap marsiholongan, gumonan ma hulakkahon lakkakku”, ning rohania di bagasan. “hum harani pinggan marbadai na marsaripe. Bisaona, anggo halak, dakdanak do pangudutan tali holongan, tai anggo au dakdanak do mambaen parsirangan”’ ning roha si Tapi Mombang Suro. Artinya, “Kalau tidak ada lagi kedamaian dan kasih sayang, lebih baik kucari jalanku sendiri”, katanya dalam hatinya, “gara-gara piring piring berkelahi suami istri. Bisaanya, kalau orang lain anaklah yang mempererat kasih sayang, tetapi untukku, anaklah yang membuat perceraian. Universitas Sumatera Utara Kata-kata seperti rap marsiholongan dan pangudutan tali holongan memiliki pada pada tingkat frasa seperti dalam data bahasa Angkola yang berkonteks budaya sedangkan pada bahasa Indonesia frasa “saling menyayangi kamu” dan begitu juga dengan frasa dakdanak do pangudutan tali holongan anak merupakan tali ikatan. c Padanan Gramatikal Padanan gramatikal menurut Nababan, mirip dengan padanan linguistik sintagmatik karena ke dua jenis padanan itu memusatkan perhatiannya pada kesamaan konsep antara bahasa sumber dan bahasa sasaran. Pembahasan tentang padanan gramatikal selalu dikaitkan dengan tatabahasa yang dibagi ke dalam dua dimensi utama yaitu; morfologi dan sintaksis. Penyesuaian struktur di satu pihak akibat perbedaan karakteristk bahasa sumber dan bahasa target dan keinginan dan bahkan keharusan mempertahankan keutuhan pesan serta mengusahakan keterbacaan dan kealamihan teks target dilain pihak akan menghasilkan berbagai tipe padanan. Dapat disimpulkan bahwa terjemahan menurut Catford, 1965:7 yang menyatakan bahwa terjemahan yang sepadan secara tekstual sama seperti apa yang dikatakan Nida dalam Nababan 2008:94 yaitu dinamis dan sekaligus berkorespondensi. Maksudnya adalah 1 terjemahan yang sepadan namun bentuk Universitas Sumatera Utara tidak berkorespondensi, 2 terjemahan yang sepadan tetapi maknanya tidak berkorespondensi akibat perbedaan cakupan makna. Untuk itulah pemakaian istilah padanan ideal dalam menghindari istilah padanan mutlak, sebab dalam penerjemahan teks suatu bahasa sumber ke dalam teks target yang tidak serumpun hampir tidak tercapai kesepanan mutlak.

2.1.7 Pergeseran shifs dalam Penerjemahan