Dari segi garis keturunan menerapkan sistem Patrilineal, masyarakat Angkola ditandai dengan marga yang dominan seperti Harahap, Siregar, pane
dengan rumpun marganya. Dalam sejarah mencatat bahwa sebelum Indonesia merdeka, wilayah
pemeintahan di Tapanuli Selatan dahulunya bernama Afdeling dipinpin seorang Residen dengan pusat pemerintahan di Padang Sidempuan, membawahi 3 order
Afdeling dan masing-masing dipimpin oleh Controlleur, seterusnya membawahi Order Distrik yang dpimpin oleh Asisten Demang. Order Afdeling di bawah
Afdeling, antara lain Angola dan Sipirok berpusat di Sidempuan, Order Afdeling Padang Lawas di Sibuhuan, dan Order Afdeling Mandailing di Kota Nopan.
2.1.3.3 Terjemahan Sebagai Objek Peninjauan Beberapa Bidang Ilmu
Terjemahan sebagai transformasi antarbahasa merupakan gejala yang menyita perhatian para pakar beberapa bidang ilmu: psikologi, etnografi, ilmu
sastra, ilmu bahasa dan lain-lain. Terjemahan merupakan masalah substansial bagi pakar psikologi karena keistimewaan peranan orientasi, pemahaman,
pengetahuan, penerjemah dalam proses penerjemahan. Sedangkan bagi pakar etnografi, terjemahan adalah objek yang menarik untuk pengamatan di bidang
yang disebut “semantik etnografis”, yang mencakup masalah luas sehubungan dengan adanya perbedaan budaya, dengan adanya ide yang bermacam-macam
Universitas Sumatera Utara
tentang dunia sekitar. Lain halnya dengan ilmu sastra. Bagi ahli sastra, masalah terjemahan adalah masalah keunggulan artistik penerjemah, kemampuannya
menyampaikan ragam sastra individual pengarang dan mempertahankan citra dasar dan isikarya sastra yang diterjemahkan atau dapat disebut dengan belles-
letters seorang estitikus yang mengenal dan mempelajari ilmu keindahan. Hanya saja, terjemahan ragam sastra tidak mungkin berdiri sendiri, tetapi berkaitan
dengan terjemahan ragam bahasa lainnya dalam kaidah-kaidah universal Arti terjemahan bagi ilmu bahasa merupakan sumber data-data yang
sangat menarik bagi ilmu linguistik, terutama sekali bagi linguistik perbandingan contrastive linguistics. Bentuk hubungan timbal balik korelasi antara linguistik
terjemahan dan linguistik perbandingan terletak pada kepentingan-kepentingan dan tujuan masing-masing pihak. Namun, bersamaan dengan itu, kita melihat
adanya persamaan antara kepentingan-kepentingan perbandingan bahasa dengan tujuan linguistik terjemahan, karena teori terjemahan mengkaji hubungan-
hubungan antar bahasa. justru karena keterkaitan dengan kajiannya sendiri inilah, maka linguistik terjemahan pun mempuyai fungsi yag bisa dijadikan arahan
linguodidaktis, yakni pengajaran bahasa asing lewat terjemahan dengan tujuan, di antaranya, untuk mengatasi interferensi dan menggalakkan semantisasi kontrastif.
Teori terjemahan adalah bagian integral dari linguistik perbandingan. Hal ini di tulis, oleh seorang ahli teori terjemahan dari Amerika, E. Nida 1975:40.
Universitas Sumatera Utara
Pendapat yang senada disampaikan juga oleh pakar teori terjemahan dari Inggris, J. Catford yang menganggap teori terjemahan sebagai cabang linguistik
perbandingan, karena teori terjemahan mengkaji korelasi antarbahasa. Karena itu dapat dikatakan bahwa linguistik terjemahan dijadikan bagian integral dari
linguistik perbandingan. Persoalannya ialah, bahwa tugas-tugas linguistik perbandingan hanya
sama sebagian dan bukannya sepenuhnya dengan tugas-tugas teori terjemahan. Linguistik perbandingan mempunyai hubungan langsung dengan teori terjemahan,
tapi tidak lebih banyak ketimbang hubungan antara hubungan linguistik perbandingan dengan teori dan praktik pengajaran bahasa asing. Objek kajian
linguistik perbandingan adalah perbandingan sistem-sistem bahasa leksikal, grmatikal dan stilistis stylistic. Sedangkan yang penting bagi teori terjemahan
ialah tidak hanya perbandingan sistem-sistem bahasa, tapi juga pengungkapan pelaksanaan kontekstual sehubungan dengan adanya perbedaan sistem-sistem
bahasa tersebut. Kecuali itu, teori terjemahan mempunyai tugas khusus yang tidak mungkin bisa diputuskan oleh linguistik perbandingan, yakni dijelaskan
meknisme proses terjemahan, menentukan semua faktor yang mempengaruhi pemutusan penerjemahan dan menerangkan logika pemutusan tersebut.
Wajarlah, ketika analisis ilmiah tentang proses terjemahan menuntut jalan keluar: ke estetika aesthetics, psikologi, etnologi, geografi dan ke ilmu paduan.
Universitas Sumatera Utara
Tugas ini bagi linguistik terjemahan menjadi ringan berkat adanya hubungan erat antara linguistik kontemporer dengan bidang-bidang ilmu tersebut. Hubungan erat
seperti itu memperluas ruang kerja penelitian linguistik terjemahan di bawah arahan antar disiplin ilmiah antar cabang ilmu.
Salah satu dari arahan itu ialah sosiolinguistik sociolinguistics dan yang dekat dengan sosiolinguistik – etnolinguistik etnolinguistics. Perhitungan faktor-
faktor sosiolinguistik dan etnolinguistik mempunyai arti khusus dalam penerjemahan ke dalam bahasa-bahasa dari bangsa-bangsa yang berada pada
tahap perkembangan budaya dan sosial yang berbeda-beda. Bukankah terjemahan berarti tidak hanya kontak-kontak antar sistem bahasa, tapi juga berarti kontak-
kontak antar budaya dan antar peradaban yang berbeda-beda. Dalam proses terjemahan tidak kecil arti yang diperoleh dari diferensiasi sosial bahasa. dalam
hal ini, yang sangat berdaya guna sekali untuk teori terjemahan ialah data-data dari beberapa penelitian sosiolinguistik.
Perhitungan faktor-faktor psikologi yang memberi pengaruh pada proses terjemahan tidak sedikit, artinya dalam membantu untuk mengerti penerjemahan.
Peranan faktor-faktor itu kadang-kadang disebut unsur-unsur subjektif yang mempengaruhi proses terjemahan. Perbedaan antara pendekatan terhadap bahan-
bahan dalam linguistik perbandingan dan dalam teori terjemahan terletak dalam hal, bahwa dalam menggunakan hasil-hasil terjemahan sebagai objek untuk
Universitas Sumatera Utara
generalisasi, linguistik perbandingan tidak memasukkan ke dalam pengamatannya semua unsur-unsur subjektif yang ada, tapi hanya memusatkan perhatiannya pada
ketaatasasan objektif, yang memberi ciri-ciri khas pada korelasi antar sistem yang dibandingkan. Sebaliknya, teori terjemahan tidak bisa sepenuhnya
mengabstrakkan unsur-unsur subjektif yang menjadi pemeran serta ujaran dwi bahasa dalam proses terjemahan: penulis teks asli sender, penerima pembaca
teks asli translator dan penerima pembaca teks terjemahan receptor. Sedangkan pengaruh-pengaruh estetika pada proses terjemahan besar
artinya dalam penerjemahan bellea-lettres, karena faktor-faktor itu merupakan objek pengamatan khusus dalam teori terjemahan ragam sastra, kendati faktor-
faktor seperti itu bisa mempunyai arti tertentu dalam teori terjemahan ragam bahasa yang lain, seperti ragam surat kabar, ragam jurnalistik, bahkan ragam
ilmiah dan lain-lain, karena karya terjemahan ragam sastra tidak merupakan karya cipta tersendiri dengan peraturan tersendiri. Hal ini menunjukkan, bahwa faktor-
faktor teori terjemahan suatu ragam bahasa yang lain, mengingat setiap peraturan terjemahan ragam bahasa yang satu mempunyai kesamaan ciri-ciri umum dengan
peraturan terjemahan ragam bahasa yang lain, yakni berasakan distribusi komplementer. Ini juga berarti, bahwa suatu bidang ilmu bisa mempunyai
hubungan langsung atau tidak langsung dengan bidang ilmu lain.
Universitas Sumatera Utara
Kalau menganggap terjemahan salah satu ragam bahasa, misalnya ragam sastra, merupakan “ciptaan murni” yang tidak mengenal hukum linguistik
terjemahan, maka bisa disimpulkan bahwa penyusunan teori umum terjemahan tidak mungkin dilakukan, karena teori yang disusun hanya untuk terjemahan
ragam bahasa tertentu tidak bisa disajikan teori umum. Teori umum linguistik terjemahan mencakup semua jenis kegiatan terjemahan, berupaya untuk
mengungkapkan peraturan-peraturan yang menyangkut terjemahan pada umumnya, tak pandang akan adanya spesifikasi ragam bahasa yang satu, maupun
yang lain. Sedangkan prinsip karya cipta atau bukan karya cipta terdapat dalam
setiap terjemahan ragam apapun, meski saling hubungan antara mereka bisa berubah tergantung pada genre terjemahan masing-masing. Di satu pihak, ada
terjemahan ragam dokumen resmi, seperti undang-undang, terjemahan ragam ilmiah yang mempunyai peraturan lebih ketat, di pihak lain, ada terjemahan
ragam sastra: prosa, puisi, drama yang peranannya tidak mencatat peraturan ketat. Tugas linguistik terjemahan adalah menyusun teori umum terjemahan
yang terdiri dari bagian-bagian yang khusus. Teori umum terjemahan merupakan pengarahan antar disiplin ilmiah – berdasarkan ilmu linguistik – yang erat
berhubungan dengan linguistik perbandingan, psikolinguistik, sosiolinguistik, etnolinguistik, geografi linguistik. Yang dimaksud disini sebenarnya ialah
Universitas Sumatera Utara
suplemen teori linguistik ke jenis terjemahan tertentu menurut ragam bahasanya. Karena itu, bisa dikatakan, bahwa teori umum linguistik terjemahan merupakan
cabang linguistik aplikasi. Yang terakhir ini tidak hanya mencakup linguistik komputasi computational linguistics, tapi juga mencakup setiap bidang
penggunaan teori bahasa untuk memutuskan tugas-tugas konkret. Teori umum terjemahan mempunyai objek kajian sendiri proses
terjemahan das Ubersetzen, the translating dalam bentuk keseluruhan dengan memperhitungkan semua faktor yang mempengaruhinya. Tentu saja, setiap
cabang teori terjemahan, misalnya teori terjemahan ragam sastra, teori terjemahan ragam jurnalistik, teori terjemahan ragam ilmiah mengkonkretkan dan
memperdalam peraturan-peraturan umum teorinya. Hal ini bisa dimengerti, karena ke dalam teori umum terjemahan tercakup semua yang umum untuk semua
jenis terjemahan yang bermacam-macam ragam bahasanya. Sedangkan perincian ragam bahasa yang satu, maupun yang lain akan tercermin dalam teori terjemahan
khusus. Dengan demikian, teori linguistik terjemahan, yang berdasarkan pada ilmu
linguistik dan merupakan cabang dari linguistik aplikasi, terdiri dari teori terjemahan, baik yang umum, maupun yang khusus. Teori terjemahan secara
skematis ditunjukkan di tabel 1.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1 Teori terjemahan secara skematis
Moentaha Salihen, 2006:9
Teori terjemahan
Umum Khusus
No Ragam 1
2 3
4 5
Sastra Jurnalistik
Surat kabar koran Ilmiah
Dokumetasi resmi Dasar
Arahan
Ilmu Linguistik
2.1.3.4 Hakikat Terjemahan