Konstruksi Analisis Kesepadan dan Pergeseran

Dan Sibarani, Robert mengatakan bahwa secara garis besar fungsi bahasa tersebut terbagi dua yaitu fungsi mikro dan makro. Fungsi mikro ini Sibarani juga membagi dengan beberapa bagian yaitu fungsi nalar, fungsi emosi, fungsi komunikatif, fungsi perekam, fungsi pengidentifikasian, fungsi fatis, fungsi memberi rasa senang. Fungsi makro adalah sebagai fungsi idesional, fungsi interpersonal, fungsi estertika bahasa, fungsi tekstual dan fungsi sosiologis. Berdasarkan beberapa pendapat dapat dikatakan bahwa bahasa di dalam masyarakat adalah wujud untuk memenuhi kebutuhan manusia. Apa yang dilakukan oleh para ilmuawan seperti di atas pada pokoknya adalah menyusun kerangka konseptual di luar masalah kebahasaan, yaitu memandang bahasa dari luarnya, dan memakainya sebagai kisi untuk menafsirkan berbagai cara orang menggunakan bahasa.

2.2.4 Konstruksi Analisis Kesepadan dan Pergeseran

Bahasa memiliki fungsi premis yaitu sebagai alat interaksi sosial di dalam masyarakat, karena bahasa tidak dapat dipisahkan dari semua kegiatan, maka bahasa adalah sarana bagi masyarakat pengguna untuk saling berkomunikasi. Jika ada bahasa tentu ada masyarakat penguna. Manusia dalam mengunakan bahasa dilatarbelakangi motivasi dan tujuan tertentu. Bahasa menjalanka fungsi dalam budaya. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan permasalahan penelitian, jangkauan penelitian ini dalam menganalisis pergeseran adalah pada tataran pergeseran mikro dan makro. Penerapan teori dalam kajian ini dilakukan manasuka dalam pengertian bahwa suatu teori diaplikasi secara parsial sendiri atau secara simultan bersama teori lainnya sesuai dengan tingkat kompleksitas permasalahan dan peranan teori-teori tersebut untuk menjelaskan dan memberi pembenaran teoritis dalam menganalisis subtansi kajian. oleh karena itu penerapan teori terjemahan, semantik dan budaya Analisis teks terjemahan memandang teks target sebagai suatu wacana, yaitu suatu teks yang memiliki suatu struktur dan tekstur tertentu sebagai ciri tekstual yang memungkinkan situasi wacana menjadi koheren tidak saja dengan dirinya sendiri tetapi dengan konteks situasinya. Analisis teks terjemahan dalam tautan situasi dan budaya dilakukan dengan mencari variabel register filed, mode dan tenor. Berdasarkan anaisis leksikogramatkal, semantik, dan prakmatik. Ketiga fase register dijadikan patokan untuk mendapatkan makna teks. Teks terjemahan tersebut dianalisis tema, tipe padanan, dan pergeseran. Kerangka kerja dalam mengkaji teks digunakan teori Halliday. Sedangkan, Universitas Sumatera Utara pergeseran dianalisis dengan menggunakan teori Shifts yaitu mencakup, lexico- gremmar, semantik, dan pragmatik. Analisis pergeseran lexico- grammar bertujuan untuk menemukan unit, struktur, dan kelas. Analisis pergeseran semantik bertujuan untuk mengetahui perluasan dan penyempitan makna. Sedangkan, pergeseran pragmatik bertujuan untuk menemukan kohesia dan koherensi. Dengan demikian, dalam kaitannya dengan terjemahan harus diingat pula bahwa makna sebuah variasi dapat berubah sesuai dengan tujuan atau maksud. Konsekuensi kajian harus mempertimbangkan prinsip-prinsip pragmatik disamping semantik dan leksikogramar. Berdasarkan hal tersebut analisis pergeseran prakmatik dalam terjemahan hanya dapat dilakukan dengan mempertimbangkan konteks situasi dan budaya dari teks sumber dan menyesuaikannya dengan konteks situasi dan budaya teks target. Universitas Sumatera Utara Tabel 8: Kontruk Analisis Kesepadan dan Pergeseran dalam Teks Terjemahan Fiksi Halliandari Bahasa Angkola ke Bahasa Indonesia Konteks Budaya Konteks situasi Teks Terjemahan Lexico-grammar Semantik Pragmatik Tema dan struktur lingual teks Terjemahan Linguistik sistematik fungsional Feld – mode – tenor Halliday VARIASI PADANA PERGESERAN SHIFTS Formal: Unit, Struktur, dan Komponen Komponen Semantik: Pragmatik Perluasan Kohesi dan kelas Penyempitan Koherensi Universitas Sumatera Utara Analisis terjemahan makna pada tabel 10, di atas memandang teks bahasa sumber sebagai suatu wacana, yakni suatu teks yang memiliki suatu struktur dan tekstur tertentu sebagai ciri tekstual yang memungkinkan situasi wacana menjadi koheren tidak saja dengan dirinya sendiri tetapi dengan konteks situasinya. Menurut Halliday 1985: 69 teks adalah unit semantik yang direalisasikan dalam unit leksikogramatikal dan selanjutnya diaktualisasikan sebagai unit fonologis atau otografis teks sebagai unit semantik dibentuk dengan makna – makna walaupun berwujud kata – kata atau kalimat. Secara utuh, teks harus dilihat sebagai produk. Teks sebagai produk merupakan suatu keluaran output, yakni suatu yang dapat dicatat dan dipelajari, memiliki konstruksi yang dapat direpresentasikan secara sistematis. Dengan demikian teks merupakan suatu produk dari makna sosial dalam konteks situasi field, mode atau tenor tertentu dan konteks situasi terbungkus dalam teks melalui hubungan sistematik antara lingkungan sosio-kultural di satu pihak dan pengorganisasian fungsi bahasa pragmatik dan tindak tutur di pihak lain. Pada tahapan ke dua, dilakukan interpretasi bilingual. Tahapan ke tiga adalah sintesis berupa rekonstruksi representasi semantik ke dalam teks bahasa target melalui penyusunan kalimat – kalimat terjemahan dan memperkirakan teks target dengan mempertimbangkan aspek keterbacaan teks. Fokus disertasi ini adalah Kesepadanan dan Pergeseran dalam Teks Terjemahan Universitas Sumatera Utara Fiks Halilian dari Bahasa Angkola ke Bahasa Indonesia sehingga kedudukan teori semantik dalam kajian terjemahan sebagai bidang ilmu terapan lebih bersifat sebagai means dibandingkan sebagai goal. Dengan demikian kajian padanan dan pergeseran makna dalam teks terjemahan fiksi Halilian Angkola ke Indonesia ini, menempatkan teori semantik sebagai sarana, yakni pisau analisis untuk membedah fenomena pengalihan makna seperti kesepadanan, dan pergeseran makna untuk mampertahankan hakekat kajian sebagai kajian terjemahan bukan kajian semantik. Berbekal pemikiran bahwa suatu padanan mutlak tidak akan tercapai maka pengalihan suatu makna kata dari bahasa sumber ke dalam bahasa target akan menimbulkan masalah pergeseran makna meluas, menyempit, penghalusan, bahkan sampai perubahan total. Begitu pula halnya dengan kasus kesepadanan dan pergeseran terjemahan teks fiksi Halilian bahasa Angkola ke dalam bahasa Indonesia.

2.2.5 Defenisi Operasional