Hubungan Leksikal dalam Teks Halilian

sapaninggalkonki, leng likkas do huida di sadu. Patutt ma’ttong songon na sarupa toppa munu. Terjemahannya; Ketika kutinggalkan mereka sehat saja di sana. Pantaslah seperti yang mirip wajah kalian. 9 sian dari, 10laludan konjungsi ”na” ditemukan ada yang tidak menjadi konjungsi tetapi menyakan tidak. Seperti data di bawah ini: Na da pola leleng manigor ma halahi maridi di Lubuk parkatimbungan, mamayak baju habang na dijagoi akka ulok, pandoit altong dohot na asing-asing. Terjemahannya; Tidak berapa lama langsung mereka mandi di Lubuk Parkatimbungan, meletakkan bajunya, baju tersebut dijagai ular dan serangga yang berbisa dan lai-lain. Dan ”na” yang bergaris tebal adalah sebagai konjungsi.11 muda kalau S65, 12 Atco agarS54. III Halilian BNH 1 nayang, 2anggokalau, 3 mayang, 4siandari, 5 nayang, 6ima itulah, 6mudakalau, 7salainselain, 8 humketika datanya; Hum lalu barita i tu raja i manigor ma dipangido ia tu orang kaya olat-olat, anakboru si tambai na hurang. Terjemahannya; Ketika sampai berita itu ke raja langsunglah dimintanya ke orang kaya olat-olat, agar perempuan itu menambahi apa yang kurang.

4.4.1.1.7 Hubungan Leksikal dalam Teks Halilian

Hubungan leksikal selain untuk mendapatkan kohesi suatu teks juga dapat dijadikan sebagai dasar untuk mengungkapkan makna, seperti pada contoh ini.

I. Halilian NPR

1. Abit kain, 2jengga gori,3 gaopisang, 4utte mukkur jeruk purut, 5 ambaroba anak burung, 6harambir kelapa, 7 aekair, 8 bulung botik daun pepaya, 9lasiak cabe, 10torung terong. 11 bayountuk panggilan laki-laki, Universitas Sumatera Utara 12porlakperkebunan, 13halak orang, 14 oppungnenek, 15 bujing makcik. 16 amanganak, 17 bagas, 18 ratterantai, 19 omasemas, 20pamatangbadan, 21 koris keris, 22bagasrumah, 23 pingganpiring.

II. Halilian BVD

1sobankayu, 2abitkain, 3gupakparang, 4amangorangtua, 5 halakorang, 6 saba sawah,7timbakotembakau, 8hayubatang kayu yang besar, 9 bujing-bujing anak gadis, 10 emepadi, 11 anak boruperempuan, 12igunghidung, 13mukomuka, 14ikkayusayur, 15lasiakcabai, 16harambirkelapa, 17 patisantan, 18juhutdaging, 19bulungdaun, 20 silalat daun ubi, 21ihanikan, 22arongarang, 23jolmaorang, 24 ama- amaorang yang sudah berkeluarga, 25bagasrumah, 26pingganpiring, 27aekair, 28 bulungdaun, 29bayopanggilan untuk anak laki-laki. III Halilian BNH 1 Bagindagelar seseorang, 2bagasrumah, 3horbokerbau, 4Kudokuda, 5parsondukistri, 6anggiadik, 7siappudananakpaling kecil, 8halakorang, 9opu-opunenek-nenek, 10 Dikot nama seseorang, 11Datuuntuk orang yang pandai mengobati, 12 sereemas, 13bayoanak laki-laki, 14na moraanak terhormat 15pamatangbadan, 16tambounglaba-laba yang sudah mati,17sopotempat peritirahatan, 18harto pusakoharta pusaka, 19jagar- jagaranak muda, 20handangkandang, 21raja panusunan bulung, Universitas Sumatera Utara 22rajapangondian, 23 raja ni mora, 24parina-inagelar untuk perempuan yang tua-tua, 24atcimuntimun.25jolmaorang,26obukrambut, 27ulukepala, 28anak boru tidak dapat diterjemahkan artinya.,29anggiadik, 30bayoanak laki-laki, 31donganteman. Dari hubungan leksikal nomina seperti ketiga teks , terdapat leksikal yang khas dimiliki oleh masyarakat Angkola namun tidak terakomodir, seperti ambaroba, siantunas, tamboung, karena leksikal tersebut hanya muncul satu kali. Namun, dalam pembentukan taksonomi hubungan leksikal dengan perimbangan bahwa bahasa yang digunakan dalam Halilian adalah bahasa sehari- hari. Terdapat pemakaian leksikal yang tidak sama seperti pada kata leksikal soban dan hayu pemakaian ini dilihat dari konteks situasinya karena makna leksikalnya tidak sama, begitujuga dengan leksikal pada anak boru.

4.5 Faktor-Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Pergeseran

Analisis yang dilakukan tidak berhenti pada pemerian deskriptif tentang pergeseran unit, struktur dan kelas yang terjadi tetapi juga mencoba memperkirakan aspek kemengapaan, yakni faktor-faktor apa saja yang memungkinkan terjadinya pergeseran tersebut. Penjelasan berikut mencoba memberi argumentasi terhadap mengapa terjadi pergeseran secara linguistik dan non-linguistik. Faktor lain yang barangkali dapat memberi gambaran lebih jelas atas terjadinya pergeseran dalam terjemahan adalah pernyataan bahwa setiap bahasa bersifat arbitrer manasuka, terutama yang berarti bahwa suatu konsep atau Universitas Sumatera Utara