Interprestasi data Membuat kesimpulan
3.2 Data Penelitian dan Sumber Data Penelitian
3.2.1 Data Penelitian
Data penelitian ini adalah yang bersumber dari teks Halilian.
3.2.2 Sumber Data Penelitian
Objek penelitian ini berupa terjemahan teks karya sastra fiksi berbahasa Indonesia. Sebagai teks sumber bahasa Angkola dan teks terjemahannya dalam
bahasa Indonesia sebagai teks target. Hal ini, beranggapan dari pemikiran bahwa karya sastra adalah produk penggunaan bahasa, maka karya sastra, apapun
wujudnya genre, dapat dipahami selaras dengan hakekat bahasa itu sendiri, yakni sebagai suatu sarana untuk mengkomunikasikan pesan pengarangnya
kepada pembaca. Dengan demikian, walaupun karya sastra merupakan suatu hasil karya imajinatif namun karya tersebut muncul melalui proses kreatif
termasuk kreatif berbahasa. Kreatif berbahasa merupakan hasil kemampuan retorik pengarang yang mampu bisa dipandang sebagai perfomance identik
dengan parole ysng memiliki nilainya tersendiri yang memiliki objek dalam penelitian linguistik maupun prakmatik. Hasil karya sastra tersebut adalah hasil
terjemahan. Karya sastra tidak saja menunjukkan prilaku sosial manusia tetapi
Universitas Sumatera Utara
juga proses sosialisasi, dan berbicara tidak saja pengalaman individu tetapi juga makna dari pengalaman tersebut .
Dalam penelitian ini objeknya adalah teks terjemahan yang berupa fiksi. Genre fiksi ini dilihat sebagai suatu upaya komunikasi kebahasaan karena teks
fiksi tersebut mengkomunikasikan cerita dengan menggunakan bahasa. Menurut Tarigan 1992:7 teks fiksi dapat dikaji sebagai suatu tindak bahasa yang terjadi
pada dua tataran: 1 tataran luar fiksi dan 2 tataran dalam fiksi. Komunikasi pada tataran luar fiksi merupakan upaya menyampaian amanat tertentu dari
pengarangnya melalui isi fiksi itu yang di tunjukkan kepada suatu publik pembaca yang diperkirakan pengarang. Sementara itu, komunikasi pada tataran
dalam fiksi adalah pencapaian cerita dari pencerita kepada pembacanya. Identik dengan apa yang dikatakan Tarigan 1992 bahwa genre fiksi adalah suatu upaya
komunikasi kebahasaan. Penelitian “Kajian Terjemahan Teks Bahasa Angkola”, ini fiksi adalah mengkaji teks yang ditulis oleh penerjemah dan sekaligus dilihat
sebagai kegiatan komunikasi. Teks fiksi yang dijadikan objek kajian terjemahan adalah:
1. Terjemahan “Baginda Napal Hatoguan” Karya . Abdurrahman Ritonga
2. Terjemahan “Nai Pandan Rumare Bulan” Karya Abdurrahman Ritonga.
3. Terjemahan “Bittot Van DE Longas“Mega Hitam Pulau Kaahyangan”
dalam buku kumpulan Turi-turian ni Halak Angkola, berjudul “Halilian”.
Universitas Sumatera Utara
Dasar pemilihan terjemahan teks bahasa Angkola- Indonesia penulis menganggap bahwa teks ini telah mewakili budaya daerah Angkola. Dan telah
diterbitkan oleh Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Propinsi Sumatera Utara 2006. Walaupun cukup banyak dilakukan penerjemahan dari bahasa Indonesia ke
dalam bahasa Inggris tetapi penerjemahan Angkola - Indonesia ini jumlahnya sangat terbatas, apalagi tentang karya mite dibandingkan dengan kajian tentang
penerjemahan Inggris-Indonesia. Yang lebih penting adalah hasil kajian penerjemahan Angkola-Indonesia ini bisa memberikan kontribusi yang lebih
berarti bagi dalam rangka pengenalan budaya dan apresiasi listas bahasa dan budaya.
Secara intrinsik, semua teks fiksi cerpen tersebut homogen dalam pengertian ketiga bentuk fiksi tersebut termasuk genre yang sama, yakni prosa
naratif yang dibangun oleh elemen struktur tema dan latar belakang sosial budaya Angkola. Di samping itu semua karya tulis itu ditulis oleh pengarang etnis
Angkola yang sekaligus pendukung budaya Angkola sehingga bisa diasumsikan bahwa semua makna berkonteks budaya Angkola yang tersirat maupun tersurat
dalam penceritaan adalah refleksi realitas yang ada di lingkungannya dan tidak asing baginya. Secara teoritis pengarang tidak bisa lepas dari pengaruh timbal
balik dari lingkungan sosial budayanya karena karyanya diwujudkan melalui menanggapi realitas, berkomunikasi denngan realitas dan menciptakan kembali
Universitas Sumatera Utara
realitas yang ada di sekitarnya. Peneliti sendiri juga suku Angkola sehingga dalam kedudukan sebagai pendukung budaya Angkola sendiri peneliti tidak mengalami
masalah dalam mengidentifikasi makna berkonteks budaya Angkola yang tercermin dalam fiksi yang menjadi objek kajian serta sekaligus bisa
membandingkan representasi makna berkonteks budaya Angkola dalam bahasa sumber dengan padanannya dalam bahasa Indonesia sebagai bahasa target.
Karya sastra cerpen bersifat transaksional karena yang dipentingkan ialah isi komunikasi. Di samping itu wacana sastra pada umumnya bersifat umum public
karena diciptakan oleh sastrawan tidak untuk dinikmati sendiri saja tetapi untuk dibaca dalam hal ini sastra tulis oleh umum. Ciri lainnya adalah hubungan
antara pengarangpencerita dan pembacanya bersifat khas, pelibat dapat hadir dapat juga tidak, dapat dibaca pada waktu dan tempat yang jauh jaraknya dari
waktu dan tempat penciptaannya. Berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki oleh karya sasra berupa cerpen tersebut bisa diasumsikan bahwa penerjemah dalam proses
penerjemahan tidak mengalami masalah dengan isi teks yang diterjemahkan serta dalam menentukan sasaran pembaca terjemahan sepanjang penerjemah memiliki
kemampuan membaca teks dalam bahasa sumber dan pembaca sasaran terjemahan merupakan penutur bahasa target. karena antara pengarang teks dan
pembaca terjemahan hanya terdapat perbedaan atau kesenjangan budaya saja.
Universitas Sumatera Utara
Semua teks tersebut diterjemahkan oleh penutur asli bahasa target Angkola. Secara praktis, penerjemahan yang dilakukan oleh penutur asli bahasa
target bisa diharapkan bahwa keterbacaan, ketepatan accuracy, kejelasan clarsity, dan kewajarankealamian naturalness pemakaian bahasa pada hasil
penerjemahan lebih baik daripada penerjemah yang kemampuan bahasa Angkolanya merupakan bahasa perolehan acquired language. Walaupun
pengetahuan terhadap bahasa sumber yang memuaskan merupakan persyaratan yang tidak bisa ditawar-tawar bagi setiap penerjemah, namun Nida 1964:150
memandang penguasaan mutlak bahasa target lebih penting daripada pengetahuan tentang bahasa sumber dengan pertimbangan bahwa sejumlah data tentang bahasa
sumber bisa diperoleh melalui kamus, komentar atau tanggapan dan risalat teknis tetapi tidak bisa menggantikan penguasaan mutlak bahasa target. Pendapat senada
juga dikemukakan oleh Perez 2001 yang meyakini bahwa pilihan terhadap bahasa sumber dan bahasa target dalam penerjemahan selalu ada tetapi pilihan
yang tepat adalah penerjemah selalu mengalihkan suatu teks ke dalam bahasa ibu. Alasan pemilihan teks tersebut sebagai bahan kajian adalah bahan tersebut
diyakini cukup representatif untuk dijadikan sumber data kajian karena data tersebut telah terwakili. Data penelitian ini adalah teks sumber dan teks target
dipandang sebagai sumber data
Universitas Sumatera Utara
3.3 Analisis Data 3.3.1 Prosedur Penelitian