Tahap pengesahan ratification Pendidikan dan masyarakat
157
Bab 4
Hubungan Internasional
untuk dipelajari, apakah isimateri sudah memenuhi kehendak atau tidak atau apakah utusan yang telah diberi kuasa penuh tidak melampaui batas-batas
wewenangnya. Jika isimateri itu telah dianggap memenuhi atau sesuai dengan kepentingan nasional dari negara yang bersangkutan, maka negara dengan
persetujaun Badan Perwakilan Rakyat mengesahkan atau menguatkan perjanjian yang yang telah ditandatangani oleh wakil-wakil yang berkuasa
penuh itu. Tindakan pengesahanpenguatan disebut ratifikasi
Pada intinya, ratifikasi mengandung dua pengertian, yaitu sebagai berikut. 1 Persetujuan secara formal terhadap perjanjian yang mengeluarkan
kewajiban-kewajiban internasional setelah ditandatangani. 2 Persetujuan terhadap rencana perjanjian supaya menjadi suatu perjanjian
yang berlaku bagi masing-masing negara peserta. Tujuan dilakukan ratifikasi adalah memberi kesempatan kepada negara-
negara peserta guna mengadakan perjanjian serta pengamatan secara saksama, apakah negaranya dapat diikat oleh perjanjian itu atau tidak.
Ratifikasi sebagai suatu tindakan dari negara untuk menguatkan atau mengesahkan isi perjanjian yang telah ditandatangani. Hal tersebut melalui
prosedur yang berlaku di masing-masing negara.
Prosedur ratifikasi ada dua tahap, yaitu sebagai berikut. 1 Penandatanganan naskah perjanjian oleh badan eksekutif, kemudian
disampaikan kepada legislatif untuk meminta persetujuan. 2 Selanjutnya oleh badan eksekutif dibuat piagam ratifikasi. Bagi perjanjian
bilateral, diadakan pertukaran piagam ratifikasi. Sedangkan perjanjian multilateral, piagam ratifikasi diserahkan kepada pihak negara
penyimpan yang telah ditentukan dalam perjanjian.
Pembuatan dan pengesahan perjanjian internasional antara Pemerintah Indonesia dengan pemerintah negara-negara lain, organisasi internasional
dan subjek hukum internasional lain adalah suatu perbuatan hukum yang sangat penting karena mengikat negara dengan subjek hukum internasional lainnya.
Oleh sebab itu pembuatan dan pengesahan suatu perjanjian internasional dilakukan berdasarkan undang-undang. Hal ini kemudian yang menjadi alasan
perlunya perjanjian internasional diatur dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000.
Dalam Pasal 4 UU No. 24 Tahun 2000 itu disebutkan bahwa pembuatan pembuatan perjanjian internasional antara Pemerintah RI dengan negara lain
dan organisasi internasional dilaksanakan berdasarkan kesepakatan dan dengan itikad baik. Selain itu, Pemerintah RI berpedoman pada kepentingan
nasional dan berdasarkan prinsip-prinsip persamaan kedudukan, saling menguntungkan, dan memerhatikan, baik hukum nasional maupun hukum
internasional yang berlaku. Dalam undang-undang itu ditegaskan pula bahwa
158
Pendidikan Kewarganegaraan XI
pembuatan perjanjian internasional dilakukan melalui tahap penjajakan, perundingan, perumusan naskah, penerimaan, dan penandatanganan.
Kemudian diikuti dengan pengesahan perjanjian internasional, jika memang dipersyaratkan oleh perjanjian internasional tersebut.
3 . 3 .
3 . 3 .
3 . P P
P P
Pe mba e mba
e mba e mba
e mbata la n P ta la n P
ta la n P ta la n P
ta la n Pe r e r
e r e r
e r ja njia n I nte r na siona l ja njia n I nte r na siona l
ja njia n I nte r na siona l ja njia n I nte r na siona l
ja njia n I nte r na siona l
Menurut Konvensi Wina 1969, perjanjian internasional dapat batal karena hal-hal seperti berikut ini.
a. Terjadi pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan hukum nasional oleh salah satu peserta pasal 46 dan 47.
b. Jika terdapat unsur kesalahan berkenaan dengan suatu fakta atau keadaan pada waktu perjanjian itu dibuat pasal 48.
c. Jika terdapat unsur penipuan oleh salah satu peserta terhadap peserta lain pasal 49.
d. Jika terdapat kelicikan terhadap mereka yang menjadi kuasa penuh dari negara peserta pasal 50.
e. Jika terdapat unsur paksaan kepada seorang peserta kuasa penuh pasal 51 dan 52.
f. Jika pada waktu pembuatan perjanjian tersebut ada ketentuan yang
bertentangan dengan suatu kaidah dasar asas ius cogent pasal 53.
4 . 4 .
4 . 4 .
4 . Be r Be r
Be r Be r
Be r a khir ny a khir ny
a khir ny a khir ny
a khir nya P a P
a P a P
a Pe r e r
e r e r
e r ja njia n I nte r na siona l ja njia n I nte r na siona l
ja njia n I nte r na siona l ja njia n I nte r na siona l
ja njia n I nte r na siona l
Perjanjian internasional dinyatakan berakhir karena sebagai berikut. a. Telah tercapai tujuan perjanjian.
b. Habis masa berlakunya. c. Salah satu pihak peserta perjanjian punah.
d. Persetujuan dari peserta untuk mengakhiri perjanjian itu. e. Diadakan perjanjian baru antarpeserta dan isinya meniadakan perjanjian
terdahulu. f.
Telah dipenuhi syarat-syarat tentang pengakhiran perjanjian itu sendiri. g. Perjanjian diakhiri secara sepihak oleh salah satu peserta dan diterima pihak
lain. Selain tersebut di atas, masih ada beberapa hal atau kejadian yang dapat
memengaruhihapusnya suatu perjanjian karena tidak diatur secara tegas dalam perjanjian yang dibuat. Kejadian tersebut dapat berupa hal-hal sebagai berikut.
a. Pembatalan sepihak atau pengunduran diri atas suatu perjanjian. Dalam
Konvensi Wina 1969 dinyatakan, “Pembatalan atau pengunduran diri dapat dilakukan oleh salah satu peserta, asalkan telah disepakati oleh peserta
lainnya.” Dalam hal ini, peserta yang mengundurkan diri harus
159
Bab 4
Hubungan Internasional
Bermusyawarah Bermusyawarah
memberitahukan maksudnya itu, sekurang-kurangnya satu tahun sebelum tanggal pembatalan. Bagi perjanjian bilateral, maka berakhirlah perjanjian
mereka yang dibuat. Akan tetapi, pada perjanjian multilateral hanya berakhir bagi peserta yang mengundurkan diri.
b. Pelanggaran perjanjian oleh salah satu pihak adalah pelanggaran yang cukup berat. Dengan kata lain, pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan yang
dapat diperlukan bagi tercapainya tujuan perjanjian sehingga menimbulkan beberapa persoalan.
c. Perubahan yang mendasar terhadap keadaan asas rebus sigstantibus, yaitu perubahan yang mendasarfundamental dalam keadaan yang bertalian dengan
perjanjian itu. Hal tersebut jika tiba-tiba terjadi perubahan yang berkaitan dengan perjanjian, padahal sebelumnya tidak menduga sama sekali pada waktu
pembuatan perjanjian. Akibat dari keadaan itu, dapat mengakhiri perjanjian yang mengikatnya.
1. Bentuklah siswa di kelompok Anda menjadi beberapa kelompok. 2. Tiap kelompok membuat paper atau makalah yang bertemakan Pentingnya
Perjanjian Ekstradisi Pelaku Kejahatan Internasional bagi Suatu Negara
. 3. Presentasikan makalah kelompok Anda dan adakan diskusi formal dengan
kelompok lain sebagai peserta diskusi. 4. Catatlah kritik dan saran dari peserta diskusi sebagai bahan perbaikan makalah
kelompok Anda. 5. Setelah makalah selesai diperbaiki, kumpulkan kepada guru untuk dinilai.
C C
C C
C ..... P P
P P
Perw erw
erw erw
erwak ak
ak ak
akilan Ne ilan Ne
ilan Ne ilan Ne
ilan Neg g
g g
gar ar
ar ar
ara di Luar Ne a di Luar Ne
a di Luar Ne a di Luar Ne
a di Luar Neg g
g g
geri eri
eri eri
eri
Seluruh kegiatan dalam hubungan antarbangsaantarnegara pada hakikatnya adalah diplomasi, yaitu usaha memelihara hubungan antarnegara. Kegiatan diplomasi
dilaksanakan oleh para diplomat, yaitu orang-orang yang menjadi wakil resmi suatu negara dalam hubungan resmi dengan negara lain.
Para diplomat tersebut dalam mengadakan hubungan internasional dapat dibedakan menjadi dua, yaitu perwakilan dalam arti politik dilaksanakan oleh perwakilan
diplomatik dan perwakilan dalam arti nonpolitik dilaksanakan oleh perwakilan konsuler. Dalam menjalankan tugasnya, para wakil resmi suatu negara tersebut
memiliki kekebalan diplomatik.
160
Pendidikan Kewarganegaraan XI
1. 1.
1. 1.