218
Pendidikan Kewarganegaraan XI
mempertemukan pihak-pihak yang bersengketa. Selain itu, pihak tersebut mengusulkan dalam bentuk syarat umum dilakukannya penyelesaian.
Tetapi, ia sendiri secara nyata tidak ikut serta dalam pertemuan. Demikian pula, ia tidak melakukan suatu penyelidikan secara saksama atas beberapa
aspek dari sengketa tersebut.
Sebaliknya, dalam penyelesaian sengketa internasional dengan menggunakan mediasi, pihak yang melakukan mediasi memiliki suatu
peran yang lebih aktif. Ia ikut serta dalam negosiasi serta mengarahkan pihak-pihak yang bersengketa sedemikian rupa sehingga penyelesaian
dapat tercapai, meskipun usulan-usulan yang diajukannya tidak berlaku mengikat terhadap para pihak yang bersengketa.
Ruang lingkup jasa-jasa baik dan mediasi sebenarnya agak terbatas. Dalam kedua metode tersebut ada kekurangan prosedur untuk
melakukan penyelidikan atas fakta hukum secara mendalam. Oleh karena itu, di masa mendatang, kemungkinan besar kedua metode tersebut akan
menjadi semacam langkah pendahuluan atau sebagai bantuan terhadap cara penyelesaian khusus, seperti konsiliasi, penyelidikan, dan
penyelesaian melalui PBB.
3 Konsiliasi
Istilah konsiliasi mempunyai arti yang luas dan sempit. Dalam pengertian luas, konsiliasi mencakup berbagai ragam metode di mana
suatu sengketa diselesaikan secara damai dengan bantuan negara-negara lain atau badan-badan penyelidik dan komite-komite penasihat yang tidak
berpihak. Dalam pengertian sempit, konsiliasi adalah suatu penyelesaian sengketa internasional melalui sebuah komisi. Komisi tersebut membuat
laporan beserta usul kepada para pihak yang bersengketa tentang penyelesaian sengketa. Usulan tersebut tidak memiliki sifat mengikat.
Komisi konsiliasi diatur dalam Konvensi The Hague 1899 dan 1907 untuk Penyelesaian Damai Sengketa-sengketa Internasional. Komisi
tersebut dapat dibentuk melalui perjanjian khusus antara para pihak yang bersengketa. Tugas komisi tersebut adalah menyelidiki serta melaporkan
fakta, dengan ketentuan bahwa isi laporan itu bagaimanapun tidak mengikat para pihak dalam bersengketa.
4 Penyelidikan
Penyelidikan sebagai suatu cara menyelesaiakan sengketa secara damai yang dilakukan dengan tujuan menetapkan suatu fakta yang dapat
digunakan untuk memperlancar suatu perundingan. Kasus yang sering diselesaikan dengan bantuan metode ini umumnya adalah kasus-kasus
yang berkaitan dengan sengketa batas wilayah suatu negara. Untuk itu Komisi Penyelidik dibentuk untuk menyelidiki fakta sejarah dan geografis
menyangkut wilayah yang disengketakan.
219
Bab 5
Sistem Hukum dan Peradilan Internasional
Gelora Nasionalisme
d. Penyelesaian di bawah naungan organisasi PBB
Organisasi PBB yang dibentuk pada tahun 1945 didirikan sebagai pengganti Liga Bangsa-Bangsa. Organisasi ini telah mengambil alih sebagian
besar tanggung jawab untuk menyelesaikan sengketa-sengketa internasional. Salah satu tujuan organisasi itu adalah menyelesaikan perselisihan
antarnegara. Melalui pasal 2 Piagam PBB, anggota-anggota PBB harus berusaha menyelesaikan sengketa-sengketa mereka melalui cara-cara damai
dan menghindarkan ancaman perang atau penggunaan kekerasan. Sehubungan dengan penyelesaian sengketa internasional, tanggung jawab
penting beralih ke tangan Majelis Umum dan Dewan Keamanan, sesuai dengan wewenang luas yang dipercayakan kepada keduanya. Majelis Umum
diberi wewenang merekomendasikan tindakan-tindakan untuk penyelesaian damai atas suatu keadaan yang dapat mengganggu kesejahteraan umum atau
hubungan-hubungan persahabatan di antara bangsa-bangsa.
Insiden Penyerempetan Kapal RI dan Malaysia 2005
Pada Jumat 8 April 2005 pagi, Kapal Republik Indonesia Tedong Naga Indonesia menyerempet Kapal Diraja Rencong Malaysia sebanyak tiga kali di perairan Karang
Unarang, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur. Aksi tersebut terpaksa dilakukan karena KD Rencong berkali-kali melakukan manuver yang membahayakan pembangunan
mercusuar Karang Unarang.
Pra-Insiden Insiden penyerempetan kedua kapal ini merupakan bagian dari pertikaian perbatasan
di kawasan Ambalat yang kaya minyak dan gas. Petronas, perusahaan minyak Malaysia, secara sepihak memberikan konsensi kepada perusahaan minyak Shell di Blok Ambalat
Malaysia mengenalnya sebagai Blok XYZ. Malaysia mengklaim wilayah Ambalat adalah miliknya, menurut peta yang diterbitkan
pemerintah Malaysia tahun 1979. Peta tersebut memicu protes dari berbagai negara tetangganya, termasuk Indonesia.
Indonesia memprotes klaim sepihak itu dan memperketat keamanan di perairan Ambalat dengan menempatkan sejumlah kapal perang. Kemudian Indonesia juga merencanakan
pembangunan mercusuar di Karang Unarang supaya lebih memperkuat kedaulatannya di sekitar perbatasan itu. Beberapa kali kapal perang Indonesia berhadapan dengan kapal
perang Malaysia di perairan Karang Unarang. Puncak ketegangan adalah insiden penyerempetan ini.
Detail Insiden Sebelumnya, KRI Tedong Naga sudah berkali-kali memperingatkan KD Rencong agar
segera meninggalkan wilayah perairan Karang Unarang. Namun, peringatan tersebut tidak
220
Pendidikan Kewarganegaraan XI dihiraukan kerana KD Rencong menganggap pembinaan di mercusuar adalah merusak
kedaulatan Malaysia. Bahkan, KD Rencong melakukan manuver-manuver yang membahayakan pembangunan mercusuar. Misalnya, kapal tersebut melaju cepat sehingga
menimbulkan gelombang tinggi di sekitar lokasi pembangunan mercusuar. Akhirnya, KRI Tedong Naga mendekati KD Rencong untuk mengusir keluar dari wilayah perairan yang
dipertikaikan.
Dalam upaya tersebut terjadi tiga kali serempetan yang menyebabkan lambung sebelah kanan kapal Malaysia yang umurnya sudah tua dan berkarat di beberapa bagian itu rusak.
Sedangkan KRI Tedong Naga hanya tergores catnya di bagian lambung sebelah kiri. KD Rencong kemudian bergerak menuju pangkalannya di Tawau, Malaysia.
Pasca-Insiden Sehari setelah insiden, tak terlihat lagi kapal perang Malaysia yang memasuki kawasan
perairan yang dipersengketakan itu. Sedangkan pada hari Minggu, dua hari setelah insiden, hanya terlihat sebuah kapal patroli polisi Malaysia yang berlayar normal sekitar 3 mil dari
perairan Karang Unarang. KRI Tedong Naga yang pada pagi hari kembali mulai melakukan patroli bersama KRI Hiu tidak mengalami gangguan dari kapal-kapal Malaysia.
Tanggapan dari Pihak Indonesia Menurut Kepala Staf Gugus Tempur Laut Armatim Kolonel Laut Marsetio, tindakan
Komandan KRI Tedong Naga memutuskan untuk menghalau KD Rencong adalah benar, karena kapal itu sudah memasuki 9,5 mil laut dari Pulau Batik, yang termasuk wilayah
yang dipertikaikan. Pihak Indonesia mengklaim bahwa tindakan itu dibenarkan juga berdasarkan UNCLS
United Nations Convention on the Law of the Sea tahun 1982 yang menyatakan bahwa suatu negara berwenang untuk mengusir suatu kekuatan asing apabila ia mulai
mengganggu kedaulatan suatu negara. Pada 12 April, pemerintah Indonesia melalui Departemen Luar Negeri telah mengirimkan
nota protes resmi kepada Malaysia atas peristiwa penyerempetan kedua kapal.
Tanggapan dari Pihak Malaysia Sedangkan Angkatan Laut Malaysia membantah bahwa salah satu kapal perangnya
bertabrakan dengan kapal perang Indonesia di perairan sekitar Karang Unarang. Menurut Kepala AL Malaysia, kedua kapal itu hanya bersentuhan satu sama lain serta tidak ada
seorang pun yang terluka dan tidak ada kerusakan pada kapal tersebut. Pada 13 April, Perdana Menteri Malaysia Abdullah Badawi menyatakan pemerintahnya
tidak akan menarik mundur kapal perangnya dari perairan Ambalat. Menurut Badawi, Malaysia mempunyai alasan yang kuat untuk mempertahankan kedaulatan di Ambalat
yang dianggapnya sebagai wilayah Malaysia. Malaysia tidak pernah mengakui klaim Indonesia terhadap kawasan tersebut, dengan itu Malaysia menganggap bahwa UNCLS
tidak boleh diterapkan dalam kejadian ini.
Sumber:
www.wikipedia.com
Umpan Balik
Bagaimana? Adakah komentar yang ingin Anda ungkapkan sehubungan dengan peristiwa di atas? Coba ungkapkanlah secara lisan