Instruksi Desiminasi Pendidikan Kewarganegaraan 2 Kelas 11 Rima Yuliastuti Wijianto Budi Waluyo 2011

20 Pendidikan Kewarganegaraan XI atau pelatihan, penyebaran pamflet, baliho, dan media massa seperti surat kabar, radio, dan televisi. Sedangkan anggota legislatif, misalnya, mendesiminasi Undang- Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah diamandemen ke berbagai unsur masyarakat di seluruh Indonesia. Desiminasi lebih bersifat penyebarluasan informasi politik, sehingga kelompok sasaran memiliki pengetahuan tentang apa yang didesiminasi.

4. Motivasi

Motivasi politik merupakan suatu mekanisme sosialisasi politik untuk membentuk sikap, kalau bisa pada tahap perilaku, seseorang atau kelompok orang tentang suatu nilai-nilai, pengetahuan, kepercayaan-kepercayaan, sikap politik, dan harapan politik tertentu. Agen yang mampu melakukan motivasi adalah mereka yang memiliki suatu derajat kepercayaan tertentu terhadap orang atau kelompok orang yang dimotivasi seperti orang tua, pemimpin formal dan informal, dan kelompok rujukan atau mereka yang memiliki keahlian dan kompetensi sebagai motivator seperti orator, konselor, konsultan, dan lainnya. Motivasi politik tidak hanya ditujukan untuk perubahan sikap tetapi juga perilaku seperti yang diharapkan.

5. Penataran

Pada masa Orde Baru dahulu, kita telah diperkenalkan dengan suatu mekanisme sosialisasi politik bernama penataran, yang dimasyhurkan dengan nama penataran P4 Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila. Sesuai dengan namanya, penataran P4 merupakan suatu bentuk sosialisasi politik untuk menanamkan nilai-nilai, pengetahuan, kepercayaan-kepercayaan, sikap, dan perilaku yang sesuai dengan Pancasila. Terdapat sekian butir tuntunan nilai, sikap, dan perilaku yang dipandang Pancasilais, ditatar dalam suatu pertemuan yang relatif panjang untuk diwujudkan atau diimplementasikan ke dalam sikap dan perilaku keseharian. Berpijak pada pengertian sosialisasi politik dan cara-cara sosialisasi politik di atas, maka diperlukan sarana-sarana atau agen-agen sosialisasi politik sebagai sarana pendidikan politik. Sarana-sarana atau agen-agen sosiali- sasi politik tersebut antara lain sebagai berikut.

1. Keluarga

Keluarga merupakan primary group dan agen sosialisasi utama yang membentuk karakter politik individu oleh sebab mereka adalah lembaga sosial yang paling dekat. Peran ayah, ibu, saudara, memberi Sumber: www .google.com Gambar 1.12 Keluarga adalah agen sosialiasi politik paling utama. 21 Bab 1 Budaya Politik di Indonesia pengaruh yang tidak kecil terhadap pandangan politik satu individu. Tokoh Sukarno misalnya, mem-peroleh nilai-nilai penentangan terhadap Belanda melalui ibunya, Ida Ayu Nyoman Rai. Ibunya, yang merupakan keluarga bangsawan Bali menceritakan kepahlawanan raja-raja Bali dalam menentang Belanda di saat mereka tengah berbicara. Cerita-cerita tersebut menumbuhkan kesadaran dan semangat Sukarno untuk memperjuangkan kemerdekaan bagi bangsanya yang terjajah oleh Belanda.

2. Sekolah

Sekolah sebagai suatu sarana sosialisasi politik sudah merupakan hal yang wajar. Sekolah memiliki kewajiban untuk memberikan pengetahuan tentang dunia politik dan peranan para generasi muda di dalamnya. Sekolah juga membangun kesadaran kepada anak didik mengenai pentingnya hidup bernegara dalam bentuk pendidikan kewarganegaraan. Rasa setia kepada negara juga dapat dibangun dan ditumbuhkan dengan cara memberikan pemahaman tentang simbol-simbol negara, seperti lambang negara, bendera nasional, bahasa nasional, serta berbagai lagu kebangsaan dan perjuangan. Lebih jauh lagi, sekolah memberikan pandangan yang lebih konkret tentang lembaga-lembaga politik dan hubungan-hubungan politik. Siswa juga berlatih berorganisasi dan memimpin di sekolah. Hal-hal tersebut dapat menambah pengetahuan siswa terhadap dunia politik.

3. Peer group

Agen sosialisasi politik lainnya adalah peer group. Peer group masuk kategori agen sosialisasi politik primary group. Peer group adalah teman-teman sebaya yang mengelilingi seorang individu. Apa yang dilakukan oleh teman-teman sebaya tentu sangat memengaruhi beberapa tindakan individu di dalamnya. Tokoh semacam Mohammad Hatta banyak memiliki pandangan-pandangan yang sosialistik saat ia bergaul dengan teman-temannya di bangku kuliah di Negeri Belanda. Melalui kegiatannya dengan kawan sebaya tersebut, Hatta mampu mengeluarkan konsep koperasi sebagai lembaga ekonomi khas Indonesia di kemudian hari. Demikian pula pandangannya atas sistem politik demokrasi yang bersimpangan jalan dengan Sukarno di masa kemudian. Sumber: w w w .google.com Gambar 1.13 S o s i a l i s a s i p o l i t i k d a p a t d i l a k u k a n d i lingkungan pendidikan. Sumber: w w w .yahoo.com Gambar 1.14 Mohammad Hatta banyak memiliki pandangan-pandangan yang s o s i a l i s t i k s a a t i a b e r g a u l d e n g a n t e m a n - t e m a n n y a d i bangku kuliah di Negeri Belanda.