4
Pendidikan Kewarganegaraan XI
Dari beberapa pengertian mengenai budaya politik di atas, maka
dapat diamati bahwa budaya politik menunjuk pada orientasi dari tingkah
laku individu atau masyarakat terhadap sistem politik. Almond dan
Verba mengungkapkan bahwa masyarakat mengidentifikasikan diri
mereka terhadap simbol-simbol dan lembaga-lembaga kenegaraan
berdasarkan orientasi yang dimilikinya. Dengan adanya orientasi
tersebut, maka masyarakat memiliki dan mempertanyakan tempat dan
peranan mereka dalam sistem politik. Hal ini selaras dengan salah satu makna dari budaya politik itu sendiri, yaitu orientasi masyarakat terhadap objek politik.
Adapun yang dimaksud dengan objek politik adalah hal yang dijadikan sasaran dari orientasi masyarakat. Objek politik yang dijadikan sasaran tersebut meliputi tiga
hal sebagai berikut. 1. Objek politik umum atau sistem politik secara keseluruhan, meliputi sejarah bangsa,
simbol negara, wilayah negara, kekuasaan negara, konstitusi negara, lembaga- lembaga negara, pimpinan negara, dan hal lain dalam politik yang sifatnya umum.
2. Objek politik input, yaitu lembaga atau pranata politik yang termasuk proses input dalam sistem politik. Lembaga yang termasuk dalam kategori objek politik input
ini, misalnya, partai politik, kelompok kepentingan, organisasi masyarakat, pers, dukungan, dan tuntutan.
3. Objek politik output, yaitu lembaga atau pranata politik yang termasuk proses output dalam sistem politik. Lembaga yang termasuk dalam kategori objek politik
output ini, misalnya, birokrasi, lembaga peradilan, kebijakan, putusan, undang- undang, dan peraturan.
Lebih jauh lagi Almond dan Powell menyatakan bahwa orientasi seseorang terhadap sistem politik dapat dilihat dari tiga komponen, yaitu orientasi kognitif, afektif,
dan evaluatif dalam Larry Diamond, 2003: 207.
1. Orientasi kognitif
Orientasi kognitif meliputi berbagai pengetahuan dan keyakinan tentang sistem politik. Contoh yang berkaitan dengan aspek pengetahuan misalnya tingkat
pengetahuan seseorang mengenai jalannya sistem politik, tokoh-tokoh pemerintahan, kebijakan yang mereka ambil atau simbol-simbol yang dimiliki oleh
sistem politiknya secara keseluruhan seperti ibukota negara, lambang negara, kepala negara, batas negara, mata uang, dan lain-lain.
Sumber: Majalah Men’
s Obsession, T ahun 2005
Gambar 1.1
Tuntutan masyarakat terhadap pemilihan kabinet merupakan salah satu contoh budaya politik.
5
Bab 1
Budaya Politik di Indonesia
Cerdas dan Kritis 2.
Orientasi afektif
Orientasi afektif menunjuk pada aspek perasaan atau ikatan emosional seseorang terhadap sistem politik. Seseorang mungkin memiliki perasaan khusus
terhadap aspek-aspek sistem politik tertentu yang dapat membuatnya menerima atau menolak sistem politik itu secara keseluruhan. Dalam hal ini, sikap-sikap
yang telah lama tumbuh dan berkembang dalam keluarga atau lingkungan hidup seseorang umumnya cenderung berpengaruh terhadap pembentukan perasaan
seseorang tersebut.
3. Orientasi evaluatif
Orientasi evaluatif berkaitan dengan penilaian moral seseorang terhadap sistem politik. Selain itu, orientasi ini juga menunjuk pada komitmen terhadap
nilai-nilai dan pertimbangan-pertimbangan politik dengan menggunakan informasi dan perasaan tentang kinerja sistem politik. Dalam hal ini, norma-norma yang
dianut dan disepakati bersama menjadi dasar sikap dan penilaiannya terhadap sistem politik.
Perlu disadari bahwa dalam realitas kehidupan, ketiga komponen ini tidak terpilah-pilah tetapi saling terkait atau sekurang-kurangnya saling memengaruhi.
Misalnya, seorang warga negara dalam melakukan penilaian terhadap seorang pemimpin, ia harus mempunyai pengetahuan yang memadai tentang si pemimpin.
Pengetahuan itu tentu saja sudah dipengaruhi, diwarnai, atau dibentuk oleh perasaannya sendiri. Sebaliknya, pengetahuan orang tentang suatu simbol politik, dapat membentuk
atau mewarnai perasaannya terhadap simbol politik itu.
Pada akhirnya, dengan memahami budaya politik, kita akan memperoleh paling tidak dua manfaat, yaitu sebagai berikut.
1. Sikap-sikap warga negara terhadap sistem politik akan mempengaruhi tuntutan- tuntutan, tanggapannya, dukungannya serta orientasinya terhadap sistem politik
itu. 2. Dengan memahami hubungan antara budaya politik dengan sistem politik, dapat
dimengerti maksud-maksud individu yang melakukan kegiatan sistem politik atau faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya pergeseran politik.
1. Carilah referensi lain selain tokoh-tokoh di atas yang mengulas tentang pengertian budaya politik.
2. Gabungkan menjadi satu dengan beberapa pengertian budaya politik yang telah Anda pelajari di atas sehingga tersusun sebuah kliping.
3. Simaklah dengan cermat beberapa pengertian budaya politik tersebut dan bandingkan.