Takhta Suci ASEAN ASEAN

202 Pendidikan Kewarganegaraan XI Takhta Suci merupakan suatu subjek hukum dalam arti yang penuh. Oleh karena itu, Takhta Suci mempunyai kedudukan sejajar dengan negara. Kedudukan seperti itu terjadi terutama setelah diadakannya perjanjian antara Italia dan Takhta suci pada tanggal 11 Februari 1929, yang dikenal sebagai Perjanjian Lateran Lateran Treaty . Berdasarkan perjanjian itu, pemerintah Italia antara lain mengembalikan sebidang tanah di Roma kepada Takhta Suci. Dalam sebidang tanah itulah kemudian didirikan Negara Vatikan.

c. Palang Merah Internasional

Palang Merah Internasional PMI, yang berkedudukan di Jenewa, mempunyai tempat tersendiri dalam sejarah hukum internasional. Kedudukan Palang Merah Internasional sebagai subjek hukum internasional lahir karena sejarah masa lalu. Pada umumnya, kini Palang Merah Internasional diakui sebagai organisasi internasional yang memiliki kedudukan sebagai subjek hukum internasional, walaupun dengan ruang lingkup terbatas. Dengan kata lain, Palang Merah Internasional bukan merupakan subjek hukum internasional dalam arti yang penuh.

d. Organisasi Internasional

Kedudukan organisasi internasional sebagai subjek hukum internasional sekarang tidak diragukan lagi. Memang, pada mulanya belum ada kepastian mengenai hal tersebut. Organisasi internasional, seperti Perserikatan Bangsa- Bangsa dan Organisasi Buruh Internasional ILO mempunyai hak dan kewajiban yang ditetapkan dalam konvensi-konvensi internasional. Berdasarkan kenyataan ini, dapat dikatakan bahwa PBB dan organisasi internasional semacam itu merupakan subjek hukum internasional. Setidaknya, hal itu didasarkan pada hukum internasional khusus yang bersumberkan konvensi internasional.

e. Orang perseorangan individu

Orang perseorangan juga dapat dianggap sebagai subjek hukum internasional, meskipun dalam arti yang terbatas. Dalam perjanjian perdamaian Versailles tahun 1919, yang mengakhiri Perang Dunia I antara Jerman dengan Inggris dan Perancis bersama sekutunya masing-masing, sudah terdapat pasal-pasal yang memungkinkan orang perseorangan mengajukan perkara ke hadapan Mahkamah Arbitrase Internasional. Dengan demikian, sejak itu sudah ditinggalkan dalil lama bahwa hanya negara yang bisa menjadi pihak di depan suatu peradilan internasional. Sumber: w w w .google.com Gambar 5.3 Paus sebagai pemimpin tertinggi Takhta Suci. 203 Bab 5 Sistem Hukum dan Peradilan Internasional Dalam proses di muka Mahkamah Penjahat Perang yang diadakan di Nuremberg dan Tokyo, bekas para pemimpin perang Jerman dan Jepang dituntut sebagai orang perseorangan atau individu atas perbuatan yang dikualifikasikan sebagai kejahatan terhadap perdamaian, kejahatan terhadap kemanusiaan, dan kejahatan perang atau pelanggaran terhadap hukum perang dan permufakatan jahat.

f. Pemberontak dan pihak dalam sengketa belligerent

Menurut hukum perang, dalam beberapa keadaan tertentu, pemberontak dapat memperoleh kedudukan dan hak sebagai pihak yang bersengketa belligerent. Akhir-akhir ini muncul perkembangan baru yang mirip dengan pengakuan terhadap status pihak yang bersengketa dalam perang. Namun, perkmbangan baru tersebut memiliki ciri lain yang khas. Perkembangan baru tersebut adalah, adanya pengakuan terhadap gerakan pembebasan, seperti Gerakan Pembebasan Palestina PLO. Pengakuan terhadap gerakan pembebasan sebagai subjek hukum internasional tersebut merupakan perwujudan dari suatu pandangan baru. Pandangan baru tersebut terutama dianut oleh negara-negara dunia ketiga. Mereka mendasarkan diri pada pemahaman, bahwa bangsa-bangsa mempunyai hak asasi seperti: hak menentukan nasib sendiri; hak secara bebas memilih sistem ekonomi, politik, dan sosial mandiri; dan hak menguasai sumber kekayaan alam di wilayah yang didiaminya. 1. Bagilah siswa di kelas Anda menjadi beberapa kelompok. 2. Setiap kelompok mendaftar orang perseorangan atau individu di negara Indonesia yang sekiranya patut dijadikan subjek hukum internasional atas perbuatan yang dikualifikasikan sebagai kejahatan terhadap perdamaian ataupun kejahatan terhadap kemanusiaan. 3. Orang perseorangan atau individu yang sekiranya patut dijadikan subjek hukum internasional tersebut dapat Anda daftar dari zaman dahulu zaman kerajaan hingga zaman sekarang. Individu tersebut haruslah seseorang yang cukup terkenal atau ternama di zamannya. 4. Sertakan argumen kelompok Anda mengapa individu tersebut patut dijadikan subjek hukum internasional. 5. Presentasikan hasil kerja kelompok Anda di depan kelas. Kelompok yang lain akan memberikan persetujuan atau penolakan terhadap daftar orang perseorangan atau individu yang patut dijadikan subjek hukum internasional yang dibuat oleh kelompok Anda tersebut. 6. Guru akan memberikan evaluasi dan penilaian hasil kerja kelompok Anda. Tanggap Sosial