Bidang pertahanan dan keamanan
116
Pendidikan Kewarganegaraan XI -
Penegakan hukum law enforcement
lebih banyak berlaku bagi masyarakat
bawah, baik secara politik maupun ekonomi.
- Peraturan tentang hak-hak
asasi manusia terabaikan demi stabilitas dan
pencapaian tujuan negara. hidup dalam
ketakutan serta tertekan.
3.
Transparan
- Informasi yang diperoleh
satu arah, yaitu hanya dari pemerintah.
- Masyarakat sangat diba-
tasi dalam memperoleh segala bentuk informasi.
- Tidak ada atau sulit bagi
masyarakat untuk memo- nitor atau mengevaluasi
penyelenggaraan peme- rintahan.
Pemerintah sangat tertutup dengan
segala keburukannya,
sehingga masyarakat tidak banyak tahu
apa yang terjadi pada negaranya.
4.
Daya tanggap
- Proses pelayanan
sentralistik dan kaku. -
Banyak pejabat memposisikan diri sebagai
penguasa. -
Layanan kepada masya- rakat masih diskriminatif,
konvensional, dan berte- le-tele tidak responsif.
Banyaknya pejabat yang memposisikan
diri sebagai penguasa, segala
layanan sarat dengan korupsi,
kolusi, dan nepotisme.
5.
Berorientasi konsensus
- Pemerintah lebih banyak
bertindak sebagai alat kekuasaan negara.
- Lebih banyak bersifat
komando dan instruksi. -
Segala macam bentuk prosedur lebih bersifat
formalitas. -
Tidak diberikannya peluang untuk
mengadakan konsensus dan musyawarah.
Banyaknya pejabat yang memposisikan
diri sebagai penguasa, segala
layanan sarat dengan korupsi,
kolusi, dan nepotisme.
117
Bab 3
Keterbukaan dan Keadilan 6.
Berkeadilan
- Adanya diskriminasi
gender dalam penyelenggaraan
pemerintahan.
- Menutup peluang bagi
dibentuknya organisasni nonpemerintah atau LSM
yang menuntut keadilan dalam berbagai segi
kehidupan.
- Banyak peraturan yang
masih berpihak pada gender tertentu.
Arogansi kekuasaan sangat dominan
dalam menentukan penyelenggaraan
pemerintahan.
7.
Efektivitas dan efisiensi
- Manajemen
penyelenggaraan negara bersifat konvensional dan
terpusat up down.
- Kegiatan
penyelenggaraan negara lebih banyak digunakan
untuk acara-acara seremonial.
- Pemanfaatan sumber daya
alam dan sumber daya manusia tidak
berdasarkan prinsip kebutuhan.
Negara cenderung salah urus dalam
mengelola sumber daya alam dan sum-
ber daya manusianya sehingga banyak
pengangguran dan tidak memiliki daya
saing.
8.
Akuntabilitas
- Pengambilan keputusan
didominasi oleh pemerintah.
- Swasta dan masyarkaat
memiliki peran yang sangat kecil terhadap
pemerintah.
- Pemerintah memonopoli
berbagai alat produksi yang strategis.
- Masyarakat dan pers
tidak diberi kesempatan untuk menilai jalannya
pemerintahan. Dominasinya peme-
rintah dalam semua lini kehidupan, men-
jadikan masyarakat- nya tidak berdaya
mengontrol apa saja yang telah dilakukan
pemerintahannya.
118
Pendidikan Kewarganegaraan XI 9.
Bervisi strategis
- Pemerintah lebih puas
dengan kemapanan yang telah dicapai.
- Sulit menerima perubahan
terutama berkaitan dengan masalah politik,
hukum, dan ekonomi.
- Kurang mau memahami
aspek-aspek kultural, historis, dan kompleksitas
sosial masyarakatnya.
- Penyelenggaraan
pemerintahan statis dan tidak memiliki jangkauan
jangka panjang. Banyaknya
penguasa yang pro status quo
dan kemapanan sehingga
tidak mempedulikan terjadinya
perubahan, baik internal maupun
eksternal negaranya.
10. Kesalingterkaitan
- Banyaknya penguasa
yang arogan dan mengabaikan peran
swasta atau masyarakat.
- Pemerintah merasa diri
paling benar dan paling pintar dalam menentukan
jalannya kepemerintahan.
- Masukan atau kritik
dianggap provokator antikemapanan dan
stabilitas.
- Swasta dan masyarakat
tidak diberi kesempatan untuk bersinergi dalam
membangun negara. Para pejabat
pemerintahan sering dianggap lebih tahu
dalam segala hal, sehingga masyarakat
tidak merasakan atau tidak punya
keinginan untuk bersinergi dalam
membangun negaranya.
Contoh paling nyata pelaksanaan pemerintahan yang tidak transparan di Indonesia adalah pada masa orde baru. Meskipun secara formal pelaksanaan
pemerintahan pada masa orde baru berlandaskan prinsip keterbukaan, namun dalam praktiknya tidaklah demikian adanya. Pelaksanaan pemerintahan pada
masa itu dapat dikatakan sebagai sistem pemerintahan yang tertutup. Ketertutupan tersebut dapat dilihat dari berbagai bidang berikut ini.
a.
Bidang politik 1 Masih kentalnya budaya masyarakat yang bersifat paternalistik dan kultur
neofeodalisme dalam kehidupan politik, sehingga menimbulkan corak pemerintahan seperti di bawah ini.
119
Bab 3
Keterbukaan dan Keadilan
a Sikap mental yang segala sesuatunya selalu ditentukan dari atas. Sikap mental seperti ini mengakibatkan masyarakat
menjadi terbiasa untuk melakukan sesuatu menunggu petunjuk atau perintah dari atas. Masyarakat menjadi kurang
berani mengambil inisiatif dan menghadapi risiko. Bangsa seperti ini tak mungkin bisa maju karena daya kreativitasnya
menjadi tumpul. b Sikap mental suka menyenangkan pihak atasan menjilat
merupakan konsekuensi budaya feodalisme sehingga dalam masyarakat berkembang budaya “asal bapak senang” yang
mengakibatkan setiap kegiatan atau aktivitas penuh rekayasa dan kamuflase, jauh dari kenyataan yang sebenarnya.
c Sikap mental mengesampingkan kritik apalagi oposisi karena beranggapan pimpinan sebagai figur yang dituakan
sehingga harus dianggap paling benar dan paling baik, sehingga pimpinan bersikap antikritik walaupun melakukan
penyimpangan. Sikap seperti inilah yang akhirnya melahirkan dan mengembangkan budaya KKN korupsi, kolusi, dan nepotisme di
segala bidang dan lapisan.
d Sikap mental apatis. Hal ini dapat terjadi karena segala sesuatu ditentukan dari atas, usul serta kritik dianggap musuh, maka akibatnya
masyarakat menjadi apatis, acuh tak acuh terhadap apa yang terjadi dalam pemerintahan.
2 Kekuasaan eksekutif terpusat dan tertutup di bawah kontrol lembaga kepresidenan yang mengakibatkan krisis struktural dan sistemik, sehingga
tidak mendukung berkembangnya fungsi lembaga kenegaraan, politik, dan sosial secara proporsional dan optimal. Hal ini terlihat dalam
pelaksanaan pemilu, menetapkan anggota MPR dan DPR, atau dalam mengambil keputusan pemerintahan.
3 Mekanisme hubungan antara pusat dan daerah yang bersifat sentralistik mengakibatkan pengambilan putusan yang diberlakukan untuk daerah
kadang tidak sesuai dengan kondisi setempat. Di samping itu, daerah yang mempunyai kekayaan melimpah kurang bisa dirasakan oleh
penduduk setempat.