Klasifikasi dari segi pelaksanaan perjanjian

153 Bab 4 Hubungan Internasional 2 Perjanjian yang dilaksanakan executory treaties, yaitu perjanjian yang pelaksanaannya tidak sekali, melainkan harus dilanjutkan terus menerus selama jangka waktu perjanjian berlaku. Misalnya, perjanjian perdagangan.

f. Klasifikasi dari segi fungsi dalam pembentukan hukum

1 Perjanjian yang membentukmenciptakan hukum law making treaties law creating treaties . Perjanjian ini meletakkan ketentuan-ketentuan atau kaidah-kaidah hukum bagi masyarakat internasional secara keseluruhan, yang pada umumnya merupakan perjanjian multilateral. Contoh: a Konvensi hukum laut tahun 1958. b Konvensi Jenewa 1959 tentang perlindungan korban perang. 2 Perjanjian yang bersifat kontrak treaty contract. Pada umumnya perjanjian ini merupakan perjanjian bilateral karena dalam perjanjian ini hanya menyangkut para pihak yang mengadakan perjanjian saja. Dan perjanjian ini hanya menyangkut soal-soal khusus, jadi lebih layak kalau diadakan secara tertutup, yang tidak membuka kemungkinan bagi pihak ketiga untuk ikut sebagai pihak peserta perjanjian. Contohnya, Australia tidak akan ikut serta dalam perjanjian antara Indonesia dengan Philipina tentang pemberantasan penyelundupan dan bajak laut. Dengan demikian, maka treaty contract dapat secara tidak langsung membentuk kaidah-kaidah hukum yang berlaku umum, melalui proses hukum kebiasaan.

g. Klasifikasi dari segi akibat perjanjian internasional yang dibuat

Pada dasarnya perjanjian internasional yang dibuat akan memiliki konsekuensi yang mengikat, baik dalam segi hak dan kewajibannya. Oleh karena itu, pihak-pihak yang mengadakan perjanjian internasional harus mematuhi dan melaksanakan hak dan kewajiban yang tertera dalam perjanjian tersebut. Sedangkan negara-negara yang tidak terlibat dalam perjanjian tersebut tidak diharuskan mematuhinya. Akan tetapi bila perjanjian tersebut bersifat multilateral misalnya dalam lingkup PBB atau objeknya besar misalnya menyangkut Terusan Suez, Selat Malaka yang secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak pada negara-negara yang tidak terlibat perjanjian, maka negara-negara tersebut dapat juga menjadi terikat dengan kondisi sebagai berikut. 1 Negara tersebut menyatakan diri terikat terhadap perjanjian itu. 2 Negara tersebut dikehendaki oleh para peserta. 154 Pendidikan Kewarganegaraan XI Wawasan Kebhinekaan Wawasan Kebhinekaan Telaah Konstitusi Telaah Konstitusi Pembuatan Perjanjian Internasional Dalam Pasal 11 ayat 1 UUD RI Tahun 1945 disebutkan bahwa presiden dengan persetujuan DPR membuat perjanjian dengan negara lain. Dalam hal bahwa suatu perjanjian menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara, danatau mengharuskan perubahan atau pembentukan undang- undang, maka pembuatan perjanjian internasional tersebut harus dengan persetujuan DPR. Ketentuan lebih lanjut tentang pembuatan perjanjian internasional diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2000. Umpan Balik Dapatkah Anda menjelaskan isi dari Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2000 tersebut? Coba Anda terangkan secara lisan isi undang-undang tersebut kepada teman-teman di kelas Efektivitas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 dalam Menghapus Diskriminasi bagi Warga Keturunan Tionghoa Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 dianggap telah gagal memberikan perlindungan terhadap warga keturunan Tionghoa sebagai warga negara Indonesia dari perlakukan diskriminasi. Secara historis, diskriminasi warga keturunan Tionghoa berawal dari adanya penggolongan penduduk warisan Kolonial Belanda. Pembedaan bagi golongan penduduk Indonesia pada saat Hindia Belanda didasarkan pada Indische Staatsregeling 1927 Pasal 163, dibagi menjadi 3 tiga golongan, yaitu: 1. Golongan Eropa, terdiri dari: a. Bangsa Belanda; b. Bukan bangsa Belanda tetapi orang Eropa; dan c. Orang bangsa lain yang hukum keluarganya sama dengan golongan Eropa. 2. Golongan Timur Asing, terdiri dari: a. Golongan Tionghoa; dan b. Golongan Timur Asing bukan Cina. 3. Golongan Bumiputera atau Pribumi, terdiri dari: a. Orang Indonesia asli dan keturunannya; dan b. Orang lain yang menyesuaikan diri dengan yang pertama. Diskriminasi tersebut masih dirasakan hingga saat ini. Selain itu, bagi warga keturunan Tionghoa juga disyaratkan untuk menyertakan SBKRI Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia untuk mengurus paspor atau dokumen sipil lainnya. Surat Bukti