Romantik Naratif Gaya Lukisan Peserta Didik

Seni Budaya 7 Meskipun klasiikasi yang dibuat Read ini lebih lanjut tidak menyebutkan prosentase perbandingan tiap kategori, tetapi dengan ini dapat diketahui bahwa pada dasarnya terdapat beraneka ragam kemungkinan cara peserta didik berbahasa rupa untuk menyatakan dirinya dalam kegiatan seni lukis. Potensi peserta didik untuk menyatakan dirinya sesuai dengan tipenya masing-masing, dalam konsep pendidikan seni rupa mutakhir diusahakan untuk diaktualisasi, antara lain dengan metode pembelajaran pemberian motivasi intrinsik. Keanekaragaman kemungkinan corak dan tipe pernyataan seni lukis peserta didik, sejalan dengan keanekaragaman kemungkinan corak dan aliran dalam khasanah seni rupa pada umumnya, terutama yang semakin berkembang dalam era posmodernisme. Terbuka kepada berbagai kemungkinan visi dan corak pernyataan yang lebih kompleks sebagai releksi kehidupan masa kini. Perlu ditambahkan, meskipun keanekaragaman corak pernyataan seni lukis peserta didik sejalan dengan seni rupa modern, tetapi keduanya memerlukan sikap apresiatif yang berbeda dari para apresian. Karena karakteristik keunikan lukisan peserta didik dalam banyak hal berbeda dengan seni lukis seniman profesional, baik dari segi visi dan konsepsi penciptaan, maupun penggunaan media, alat, dan teknik pelukisannya. 8 Buku Guru kelas XI SMAMASMKMAK

A. Pendekatan Saintiik

Merupakan teknik pembelajaran untuk dapat merangsang peserta didik lebih aktif mencari dan meneliti sendiri permasalahan kesenirupaan. Baik ketika berapresiasi, berkreasi, bereksperimen, berpameran, maupun aktivitas mengevaluasi karya. Ini berarti, aspek pengetahuan dan ketrampilan peserta didik bukan hasil mengingat seperangkat fakta, akan tetapi adalah hasil penemuannya sendiri. Untuk itu guru perlu merancang siklus pembelajaran dari mengamati, menanya, mencoba, menalar dan menyajikannya. Dalam pendekatan saintiik asumsi dibangun berdarkan data dan fakta, artinya setiap kesimpulan akhir yang diperoleh dalam pemecahan suatu masalah, misalnya, menafsirkan makna suatu lukisan, semuanya dapat dipertanggungjawabkan melalui deskripsi dan analisis gejala rupa lukisan itu sendiri.

B. Inkuiri

Dalam konteks pendidikan seni rupa, metode pembelajaran ini, berarti proses pembelajaran yang memungkinkan peserta didik menghayati dan akhirnya dapat merasakan dan dapat menerapkan cara memperoleh pengetahuan kesenirupaan. Suatu proses yang memungkinkan tertanamnya sikap ilmiah, sikap ingin tahu dan selanjutnya menimbulkan rasa mampu untuk selalu mencari jawab atas masalah seni rupa yang dihadapi secara ilmiah. Sasaran akhir metode ini ialah, lahirnya satu generasi yang mampu mendukung perkembangan ilmu pengetahuan seni rupa, teknik artistik seni rupa, dan nilai-nilai seni rupa yang berkualitas sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kebudayaan pada umumnya. Proses pembelajaran ini memerlukan tersedianya sarana dan prasarana yang memadai, pendidik yang profesional, sistem evaluasi yang berkelanjutan, komprehensif, objektif, dan suasana sekolah yang demokratis. Jika hal itu terpenuhi, maka peserta didik akan sampai pada tingkat “kesenangan menemukan” dari proses belajar yang ditempuhnya. Contoh sederhana misalnya: Merumuskan masalah apresiasi seni. “Bagaimanakah proses penemuan makna seni dalam kegiatan apresiasi seni?” mengamati lukisan; “Apa sajakah yang diamati ketika berapresiasi seni lukis? Menganalisis dan menyajikan hasil apresiasi seni dalam bentuk tulisan, gambar, bagan, tabel dan lain-lain. Menyajikan hasil kegiatan apresiasi seni di kelas mendiskusikannya dengan teman sekelas yang dipandu oleh guru. BAB 2 Metode Pembelajaran Seni Budaya 9 Discovery Learning adalah metode pembelajaran seni rupa murni, desain dan kria yang berbasis penemuan, yakni pembelajaran pengetahuan baru yang dilakukan dan ditemukan sendiri oleh peserta didik, artinya bukan pengetahuan teoritik yang diberikan oleh guru dalam bentuk inal untuk dihafal. Dalam hal ini peserta didik, atas upaya sendiri menemukan konsep-konsep dan prinsip misalnya hakikat seni rupa murni, seni lukis, desain, kria dan lainnya melalui pengamatan, penggolongan, pendugaan, penjelasan, dan kesimpulannya sendiri.

C. Pembelajaran Berbasis Proyek

Pembelajaran berbasis proyek dirancang untuk mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru kesenirupaan berdasarkan pengalaman peserta didik mengunjungi pameran seni rupa, museum seni rupa, sanggar seni rupa, asosiasi seni rupa, dan lain-lain. Dengan cara kerja kolaboratif antar peserta didik dengan peserta didik, atau antar peserta didik dengan guru, antar peserta didik dengan perupa yang berpameran, dengan seksi edukasi museum, tokoh perupa, pedesain, pekria, dan lain sebagainya. Dalam pembelajaran proyek yang mementingkan kerjasama ini, harus ada permasalahan kesenirupaan sebagai tantangan untuk diinvestigasi. Peserta didik mendesain proses pemecahan masalah itu sebagai solusi yang disepakati bersama oleh peserta didik dan guru.

D. Bahasa Sebagai Penghela

Guru seni budaya atau seni rupa, di samping tugas utamanya melaksanakan pembelajaran kesenirupaan, juga adalah menjadi pelaksana pembelajaran bahasa Indonesia. Artinya, ketika melaksanakan proses pembelajaran guru menjadi pengarah penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, misalnya dalam kegiatan diskusi, diharapkan para peserta didik mampu menggunakan bahasa formal dalam konteks berdiskusi. Termasuk tata krama berbahasa dan etiket berdiskusi yang baik. Dalam konteks ini, guru bertindak sebagai moderator yang arif dan sekaligus menjadi “teladan” penggunaan bahasa Indonesia yang jelas, logis, dan sistematis.