Memilih dan Menentukan Pemain

Seni Budaya 135

4. Menentukan Bloking

Bloking adalah pergerakan atau perpindahan pemain dari satu tempat ke tempat lain, misalnya, dari duduk dikursi, berjalan untuk membuka jendela karena udara pengap. Keberlangsungan bloking pemain didasarkan pada nilai-nilai komposisi panggung dengan mempertimbangkan “motif ” atau “alasan” bergerak. Ada pun alasan untuk bergerak ada dua sumbernya. Yaitu; berdasarkan alasan kewajaran dan alasan kejiwaan. Contoh dari alasan kewajaran: dalam percakapan di ruang tamu, seseorang berujar: “panas betul siang ini” kemudian berjalan ke arah jendela dan membukanya. Atau berjalan dulu ke arah jendela dan membukanya, baru berkata: “panas betul siang ini” Contoh alasan kejiwaan: adalah saat seseorang mengekspresikan ketakutan kemudian mengerutkan badannya. Atau saat seseorang melompat untuk mengekspresikan kegembiraan. Sumber: Dokumen Teater Tanah Air Gambar 7.2 Pementasan “Bunga Semerah Darah”, karya Rendra. Sutradara Jose Rizal Manua, Teater Kecil-TIM, 10-11 November 2009. Inti dari mendengar di dalam seni peran adalah menanggapi. Adapun menanggapi itu ada tiga: 1 menanggapi lawan main; - ekspresi dari percakapan dua orang atau lebih di dalam sebuah pementasan drama. 2 menanggapi sifat adegan; - merupakan ekspresi dari tokoh lakon yang menyesuaikan diri dengan sifat adegan sedih atau gembira, yang sedang berlangsung dalam sebuah pementasan. 3 menanggapi lingkungan adegan; - ini berhubungan dengan setting peristiwa. Misalnya, adegan sedang berlangsung di puncak gunung, di malam hari yang dingin, pemeran yang muncul, kemudian mengerutkan tubuhnya.

5. Tata Rias

Seringkali tokoh-tokoh yang ada didalam naskah usianya lebih tua dan pengalaman hidupnya lebih kompleks dari usia dan pengalaman peserta didik. Karena tokoh-tokoh yang ada didalam naskah adalah tokoh-tokoh yang telah dipertajam. Artinya, tokoh-tokoh yang telah diberi beban persoalan oleh pengarangnya. Misalnya, tokoh ibu, bapak, lurah, dokter, raja, ratu, dst. Karenanya, diperlukan tata rias untuk mendekatkan siswa pada tokoh yang mereka perankan. Tata rias yang berdasar pada penokohan ini disebut Tata rias karakter.