134 Buku Guru kelas XI SMAMASMKMAK
Guru harus selalu mengingatkan kepada peserta didik, bahwa kerja teater adalah kerja kolektif. Jadi azas kegotong-royongan harus diutamakan. Dan untuk memperlancar kerjasama
diperlukan pembagian kerja dan batasan yang jelas mengenai wewenang dan kewajibannya masing-masing, sehingga tidak terjadi pertengkaran selama bekerja.
2. Memilih dan Menentukan Pemain
Guru membimbing mendorong dan mengarahkan peserta didik memulai latihan dengan membaca naskah beberapa kali. kemudian mendiskusikan alur cerita, karakter,
struktur dramatik dan setting peristiwa dari naskah tersebut. Setelah itu, dalam menentukan peran, guru bisa menenpuh beberapa cara:
a. Membimbing mendorong dan mengarahkan peserta didik untuk saling mencoba
peran yang tersedia. b. Membimbing mendorong dan mengarahkan peserta didik untuk memilih sendiri
peran yang disukai. c. Membimbing mendorong dan mengarahkan peserta didik untuk bertanding dalam
menentukan peran-peran yang ada dalam naskah.
3. Menentukan Karakterisasi
Dalam menganalisa tokoh-tokoh yang ada dalam naskah “Mentang-mentang dari New York”. Guru membimbing mendorong dan mengarahkan peserta didik untuk
memerincinya dari tiga sumber: a. Dari keterangan diluar ucapan tokoh, yang ada didalam naskah.
b. Dari ucapan tokoh itu sendiri. c. Dari ucapan tokoh lain tentang tokoh tersebut.
Misalnya tentang tokoh Ikah.
Keterangan di dalam naskah menyebutkan; - “Ikah muncul, Ia mengenakan gaun yang mengesankan dihiasi kulit binatang berbulu pada lehernya. Sebelah tangannya mengayun-
ayunkan sehelai sapu tangan sutra yang selalu dilambai-lambaikan apabila berjalan atau bicara, tangan lainnya menjepit pipa rokok yang panjang, dengan rokoknya yang belum
dinyalakan. Dan inilah gaya Hollywood yang gila itu”.
Tentang ucapan Ikah: PENUH EMOSI Benar, aku merasa seolah-olah diriku ini masih berada di sana. Seakan-akan aku tak pernah pergi meninggalkannya, seakan-akan aku
telah hidup di sana seumur hidupku, oh New Yorkku tapi kalau aku melihat ke sekitarku ini IA MELIHAT KESEKITAR DENGAN GETIR aku baru sadar, bahwa bukan,
bukan aku masih di sana, aku tidak lagi berada di New York, tapi disebuah kampung yang kotor dan udik, Jelambar … … dst.
Tentang ucapan pemain lain tentang Ikah. Ucapan Fatimah tentang Ikah:
KEPADA TEMAN-TEMANNYA Ah … kukira kita ini tak seharusnya berada di tempat ini, kawan-kawan, kita ini asing bagi nona New York yang luar biasa ini…. Dst.
Ucapan Anen tentang Ikah: Benar katamu, seharusnya kita tidak mengganggu mimpinya yang amat edan ini.
Demikian juga dalam menganalisa tokoh-tokoh lainnya, seperti; tokoh Anen, Otong dan Fatimah.
Seni Budaya 135
4. Menentukan Bloking
Bloking adalah pergerakan atau perpindahan pemain dari satu tempat ke tempat lain, misalnya, dari duduk dikursi, berjalan untuk membuka jendela karena udara pengap.
Keberlangsungan bloking pemain didasarkan pada nilai-nilai komposisi panggung dengan mempertimbangkan “motif ” atau “alasan” bergerak.
Ada pun alasan untuk bergerak ada dua sumbernya. Yaitu; berdasarkan alasan kewajaran dan alasan kejiwaan. Contoh dari alasan kewajaran: dalam percakapan di ruang
tamu, seseorang berujar: “panas betul siang ini” kemudian berjalan ke arah jendela dan membukanya. Atau berjalan dulu ke arah jendela dan membukanya, baru berkata: “panas
betul siang ini” Contoh alasan kejiwaan: adalah saat seseorang mengekspresikan ketakutan kemudian mengerutkan badannya. Atau saat seseorang melompat untuk mengekspresikan
kegembiraan.
Sumber: Dokumen Teater Tanah Air
Gambar 7.2 Pementasan “Bunga Semerah Darah”, karya Rendra. Sutradara Jose
Rizal Manua, Teater Kecil-TIM, 10-11 November 2009.
Inti dari mendengar di dalam seni peran adalah menanggapi. Adapun menanggapi itu ada tiga: 1 menanggapi lawan main; - ekspresi dari percakapan dua orang atau lebih
di dalam sebuah pementasan drama. 2 menanggapi sifat adegan; - merupakan ekspresi dari tokoh lakon yang menyesuaikan diri dengan sifat adegan sedih atau gembira, yang
sedang berlangsung dalam sebuah pementasan. 3 menanggapi lingkungan adegan; - ini berhubungan dengan setting peristiwa. Misalnya, adegan sedang berlangsung di puncak
gunung, di malam hari yang dingin, pemeran yang muncul, kemudian mengerutkan tubuhnya.
5. Tata Rias
Seringkali tokoh-tokoh yang ada didalam naskah usianya lebih tua dan pengalaman hidupnya lebih kompleks dari usia dan pengalaman peserta didik. Karena tokoh-tokoh yang
ada didalam naskah adalah tokoh-tokoh yang telah dipertajam. Artinya, tokoh-tokoh yang telah diberi beban persoalan oleh pengarangnya. Misalnya, tokoh ibu, bapak, lurah, dokter,
raja, ratu, dst. Karenanya, diperlukan tata rias untuk mendekatkan siswa pada tokoh yang mereka perankan. Tata rias yang berdasar pada penokohan ini disebut Tata rias karakter.