Pendekatan Saintiik Pembelajaran Inkuiri

90 Buku Guru kelas XI SMAMASMKMAK Discovery Learning adalah metode pembelajaran seni rupa murni, desain, dan kria yang berbasis penemuan, yakni pembelajaran pengetahuan baru yang dilakukan dan ditemukan sendiri oleh siswa, artinya bukan pengetahuan teoritik yang diberikan oleh guru dalam bentuk inal untuk dihafal. Dalam hal ini siswa, atas upaya sendiri menemukan konsep-konsep dan prinsip misalnya hakikat seni rupa murni, seni lukis, desain, kria dan lainnya melalui pengamatan, penggolongan, pendugaan, penjelasan, dan kesimpulannya sendiri.

C. Pembelajaran Berbasis Proyek

Pembelajaran berbasis proyek dirancang untuk mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru kesenirupaan berdasarkan pengalaman siswa mengunjungi pameran seni rupa, museum seni rupa, sanggar seni rupa, asosiasi seni rupa, dan lain-lain. Dengan cara kerja kolaboratif antar siswa dengan siswa, atau antar siswa dengan guru, dengan perupa yang berpameran, seksi edukasi museum, tokoh perupa, pedesain, pekria, dan lain sebagainya. Dalam pembelajaran proyek yang mementingkan kerjasama ini, harus ada permasalahan kesenirupaan sebagai tantangan untuk diinvestigasi. Siswa mendesain proses pemecahan masalah itu sebagai solusi yang disepakati bersama oleh siswa dan guru seni budaya.

D. Bahasa Sebagai Penghela

Guru seni budaya atau seni rupa, di samping tugas utamanya melaksanakan pembe-lajaran kesenirupaan, juga adalah menjadi pelaksana pembelajaran bahasa Indonesia. Artinya, ketika melaksanakan proses pembelajaran guru menjadi pengarah penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, misalnya dalam kegiatan diskusi, diharapkan para siswa mampu menggunakan bahasa formal dalam konteks berdiskusi. Termasuk tata krama berbahasa dan etiket berdiskusi yang baik. Dalam konteks ini, guru seni budaya bertindak sebagai moderator yang arif dan sekaligus menjadi “teladan” penggunaan bahasa Indo-nesia yang jelas, logis, dan sistematis. Seni Budaya 91

A. Penilaian Otentik

Dilakukan oleh guru seni budaya secara berkelanjutan. Penilaian terhadap kompetensi sikap dilakukan dengan cara observasi, penilaian diri, penilaian sejawat oleh para siswa, berupa daftar cek atau skala penilaian rating scale, yang disertai rubrik. Sedangkan penilaian dengan jurnal, merupakan catatan guru seni budaya di dalam dan di luar kelas yang bersisi informasi tentang kekuatan dan kelemahan para siswa dalam hal sikap. Lembar observasi dapat disusun oleh guru dengan mengacu kepada Kompetensi Dasar dan aspek materi pembelajaran seni. Dalam pembelajaran seni rupa penilaian dilakukan kepada sikap apresiatif, sikap kreatif, sikap kolaboratif, sikap mandiri, dan sikap bertanggung jawab.

B. Tingkat Berpikir

Penilaian kompetensi pengetahuan dilakukan melalui tes tulis uraian, tes lisan daftar pertanyaan, dan penugasan pekerjaan rumah, menulis artikel apresiasi seni. Penilaian kompetensi pengetahuan diperlukan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis, analitis, dan kreatif, serta kemampuan metakognitif.

C. Unjuk Kerja

Penilaian kompetensi keterampilan melalui kinerja siswa, yaitu para siswa diminta mendemonstrasikan suatu kompetensi dalam kegiatan tes praktik, proyek, maupun penilaian portofolio. Keterampilan menulis konsep penciptaan seni abstrak dinilai berdasarkan kompetensi yang harus dikuasai. Keterampilan berkarya seni rupa dinilai berdasarkan kompetensi skill kecepatan, ketepatan dan teknik artistik merealisasi konsep seni menjadi karya seni konkrit.

D. Portofolio

Portofolio adalah penilaian kumpulan karya siswa dalam bidang apresiasi seni rupa murni, desain, dan kria yang bersifat relektif dan integratif untuk mengetahui kecenderungan karya, perkembanan, prestasi, atau kreativitas para siswa. Penilaian portofolio dengan sendirinya membuat karya para siswa terdokumentasi dengan baik, dan sangat berguna bagi siswa untuk menilai kemampuan diri sendiri. BAB 3 Metode Penilaian