Evaluasi Metode Penilaian Ekonomi Kerusakan Lingkungan Akibat

5.4. Evaluasi Metode Penilaian Ekonomi Kerusakan Lingkungan Akibat

Kebakaran Hutan dan Lahan Kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Kabupaten Sintang pada tahun 1997 diketahui memberikan dampak yang sangat luas baik dari aspek biofisik, ekologi, sosial ekonomi maupun aspek politik jika luas areal terbakar sangat luas, karena dekat dengan kawasan perbatasan negara tetangga, khususnya Malaysia. Dari hasil penelitian teridentifikasi bahwa tolok ukur dalam menilai kerugian ekonomi lingkungan akibat kebakaran sangat ditentukan oleh empat faktor yaitu: 1 luas areal yang terbakar menurut tipe hutan dan lahan, 2 jenis dan besarnya dampak atau kerugian yang ditimbulkan, 3 harga atau biaya dari setiap sumberdaya atau potensi yang rusak atau hilang akibat kebakaran hutan dan lahan, dan 4 metode penilaian yang digunakan dalam menilai dampak kebakaran hutan dan lahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerusakan lingkungan akibat kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Sintang tahun 1997 menurut sifat kerugiannya terdiri atas dua jenis kerugian yaitu: 1 bersifat langsung dan 2 tidak langsung. Kerugian langsung terdiri atas: a kerugian potensi kayu kayu pulp dan kayu bakar; b flora fauna dimanfaatkan dan dilindungi; c produksi perkebunan; d kerugian wisata alam, e biaya pemadaman api mitigasi. Kerugian tidak langsung yaitu: a menurunnya jasa lingkungan penyedia air, pengendali banjir dan erosi, penyerapan karbon, keanekaragaman hayati, b menurunnya kualitas lingkungan udara akibat asap kebakaran yaitu gangguan kesehatan, penduduk tidak kerja, gangguan transportasi, produktivitas hotel dan tanaman pangan serta gangguan kerjasama dengan negara tetangga. Kerugian langsung dan tidak langsung tersebut belum semuanya dikaji dalam penelitian ini, seperti: 1 hilangnya harapan expected value terhadap produktivitas tanaman perkebunan atau kehutanan apabila tidak terjadi kebakaran, 2 jasa lingkungan lain seperti: ketersediaan unsur hara, kematian mikroba, fungsi dan peran dari flora fauna dan habitatnya dalam ekosistem, dan gangguan iklim mikro, 3 menurunnya produktivitas tenaga kerja dibandara dan kegiatan ekonomi terkait lainnya, 4 resiko kematian dan penyakit akibat asap kebakaran hutan dan lahan jangka panjang. 188 Harga atau biaya dari setiap dampak yang ditimbulkan akan menentukan besarnya metode dan nilai kerugian akibat kerusakan lingkungan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa harga atau biaya berbeda, tergantung tingkat produktivitas dan struktur pasar dari sumberdaya hutan dan lahan yang hilang. Produksi hutan dan lahan yang belum memiliki harga pasar maka sebaiknya menggunakan pendekatan biaya atau biaya ganti replacement cost dan transfer benefit . Sedang kerugian akibat dampak asap kebakaran kualitas udara menurun dapat menggunakan pendekatan biaya pemulihan recovery cost yaitu biaya kesehatan, kehilangan pendapatan dan produktivitas dari masyarakat, perusahaan dan tanaman pangan. Sementara kerugian yang sudah mempunyai harga pasar tetapi struktur pasarnya tidak kompetitif terutama produk hasil hutan sebaiknya menggunakan harga bayangan shadow price; dan jika, struktur pasar kompetitif maka menggunakan harga pasar setempat kecamatan atau kabupaten. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode penilaian kerusakan lingkungan akibat kebakaran berbeda menurut jenis dan besarnya dampak yang ditimbulkan serta dipengaruhi oleh harga atau biaya yang digunakan sesuai dampak yang ditimbulkan. Oleh sebab itu, dalam memilih metode penilaian yang tepat untuk menilai kerugian ekonomi dari kerusakan lingkungan akibat kebakaran memerlukan kriteria-kriteria sebagai berikut: a kesesuaian potensi kerugian yang hilang jenis dan luas dampak, b harga atau nilai yang hilang akibat kebakaran harus menggambarkan harga yang sebenarnya, c struktur pasar produk kehutanan cenderung monopsoni dari sisi pasar input, d ketersediaan data dan kemudahan dalam pengukuran dampak waktu dan dana serta e tingkat aplikasi dan kemudahan penerapan metode penilaian. Berdasarkan kriteria tersebut maka dalam menilai kerugian lingkungan akibat kebakaran hutan dan lahan memerlukan metode penilaian dan tahapan yang berbeda dari setiap dampak yang ditimbulkan dengan uraian sebagai berikut: 1 Tahapan Penilaian Kerugian Potensi Kayu Bakar Penilaian kerugian potensi produksi kayu bakar dapat menggunakan metode pendekatan harga pasar, harga bayangan, biaya ganti, dan pendekatan produktivitas pengumpul. Berdasarkan kriteria dan dampak yang ditimbulkan 189 maka metode pendekatan yang layak digunakan adalah harga bayangan, dengan tahapan sebagai berikut: a identifikasi luas areal terbakar b hitung potensi kayu bakar data anveg atau produktivitas pengumpul c gunakan harga kayu bakar di tingkat antar pulau atau regional lokasi kebakaran harga bayangan d kalikan potensi kayu bakar persatuan luas dengan harga kayu bakar dan luas areal terbakar. 2 Tahapan Penilaian Kerugian Potensi Kayu Pulp Penilaian kerugian potensi produksi kayu pulp dapat menggunakan metode pendekatan harga pasar, harga bayangan, biaya pengusahaan. Berdasarkan kriteria dan dampak yang ditimbulkan maka metode pendekatan yang layak digunakan adalah harga bayangan dan biaya pengusahaan, dengan tahapan sebagai berikut: a identifikasi luas areal terbakar b hitung potensi kayu pulp jika tanaman sudah produksi layak tebang, jika belum layak tebang maka gunakan data biaya pengusahaan tanaman perhektar c gunakan harga kayu pulp di tingkat antar pulau atau regional lokasi kebakaran harga bayangan d hitung kerugian dengan mengalikan potensi dengan harga atau biaya pengusahaan dengan luas areal terbakar 3 Tahapan Penilaian Kerugian Flora Fauna yang dimanfaatkan Penilaian kerugian potensi produksi kayu bakar dapat menggunakan metode pendekatan harga pasar, harga bayangan, dan produktivitas pengumpul flora fauna. Berdasarkan kriteria dan dampak yang ditimbulkan maka metode pendekatan yang layak digunakan adalah harga bayangan, dengan tahapan sebagai berikut: a identifikasi luas areal terbakar menurut tipe hutan dan lahan 190 b identifikasi potensi flora fauna perhektar data pengamatan atau produktivitas pengumpul dari setiap areal terbakar c gunakan harga flora fauna di tingkat antara pulau atau regional lokasi kebakaran harga bayangan d hitung kerugian flora fauna dengan mengalikan potensi dengan harga dan luas areal terbakar dari setiap tipe hutan dan lahan. 4 Tahapan Penilaian Kerugian Wisata Alam Penilaian kerugian potensi wisata alam dapat menggunakan metode pendekatan biaya pengeluaran atau produktivitas tingkat kunjungan, dengan tahapan sebagai berikut: a identifikasi jumlah pengunjung sebelum dan setelah kebakaran dalam 1 tahun terakhir b hitung selisih jumlah pengunjung sebelum dan setelah kebakaran c hitung biaya pengeluaran rata-rata pengunjung wisata di setiap lokasi transportasi, penginapan dan akomodasi, konsumsi dan biaya tiket masuk d kerugian wisata alam yaitu selisih jumlah pengunjung sebelum dan setelah kebakaran dikali dengan rata-rata biaya kunjungan perorang. 5 Tahapan Penilaian Kerugian Hilangnya Fungsi Tata Air Penyedia Air dan Pengendali Banjir Penilaian kerugian akibat hilangnya atau menurunnya fungsi tata air dapat menggunakan metode biaya ganti, dengan tahapan sebagai berikut: a identifikasi luas hutan yang terbakar menurut fungsinya b hitung laju aliran permukaan persatuan luas dengan menggunakan metode pendekatan rasional perhektar Q = CIA c Asumsikan masing-masing 50 dari laju aliran permukaan akan berfungsi sebagai air tanah musim kemarau dan pada musim hujan berpotensi sebagai banjir d Identifikasi rata-rata kesediaan membayar masyarakat agar tidak terjadi banjir per meter kubik jika data banjir tidak tersedia 191 e Identifikasi rata-rata harga air untuk rumah tangga, industri dan sosial permeter kubiknya di lokasi kebakaran. f Nilai kerugian fungsi penyedia air adalah 50 dari Q aliran permukaan dikali dengan rata-rata harga air PDAM dan luas areal terbakar g Nilai kerugian fungsi pengendali banjir adalah 50 dari Q aliran permukaan dikali dengan rata-rata kesediaan membayar masyarakat agar tidak terjadi banjir dan luas areal terbakar 6 Tahapan Penilaian Kerugian Hilangnya Fungsi Pengendali Erosi Penilaian kerugian akibat hilangnya atau menurunnya fungsi pengendali erosi dapat menggunakan metode biaya ganti kehilangan unsur hara, dengan tahapan sebagai berikut: a identifikasi luas hutan dan lahan yang terbakar menurut fungsinya b hitung selisih laju erosi tanah sebelum dan setelah kebakaran minimal 1 tahun terakhir dengan metode USLE A = RKLSCP c Konversi setiap 1 ton tanah tererosi ke dalam unsur hara Urea, KCL, dan TSP sesuai jenis tanah dari setiap tipe hutan dan lahan d Kalikan hasil konversi unsur hara per hektar dari tanah tererosi dengan jumlah tanah yang tererosi dari setiap unit lahan untuk mengetahui unsur hara yang hilang e Identifikasi harga pupuk per kilogram Urea, TSP dan KCl di pasar setempat Kabupaten f Nilai kerugian fungsi pengendali erosi diperoleh dengan cara kalikan jumlah unsur hara yang hilang dengan harga dari masing-masing unsur hara dari setiap unit lahan 7 Tahapan Penilaian Kerugian Hilangnya Fungsi Penyerapan dan Pelepasan Karbon Penilaian kerugian akibat hilangnya fungsi penyerapan karbon dapat menggunakan metode produktivitas biomas dan karbon persamaan allometrik dan pendekatan transfer benefit, dengan tahapan sebagai berikut: a identifikasi luas hutan dan lahan yang terbakar menurut fungsinya 192 b hitung potensi penyerapan atau pelepasan karbon dari setiap tegakan pohon persamaan allometrik persatuan luas, atau c menggunakan pendekatan transfer benefit dari penyerapan karbon dari hasil penelitian asumsi lokasi dan tegakan sama atau mendekati, atau d menggunakan transfer benefit pelepasan dari kebakaran hutan dan lahan yaitu rata-rata 27,21 tonha Ruitenbeek dalam Timothy dan Glover, 1999 e Gunakan harga 1 ton karbon setara dengan US 10ton. f Nilai kerugian penyerapan karbon diperoleh dari perkalian antara potensi penyerapan karbon menurut jenis tanaman perhektar dengan harga karbon dan luas areal terbakar. g Nilai kerugian pelepasan karbon diperoleh dari perkalian antara potensi pelepasan karbon perhektar 27,21 tonha dengan harga karbon dan luas areal terbakar. 8 Tahapan Penilaian Kerugian Hilangnya Keanekaragaman Flora Fauna dan Habitatnya Intangible Penilaian kerugian akibat hilangnya keanekaragaman hayati flora fauna dilindungi dan habitat dapat menggunakan metode pendekatan produktivitas energi atau peran dan fungsi dalam ekosistem, pendekatan kesediaan membayar masyarakat contingent valuation method dan transfer benefit. Namun pendekatan produktivitas energi dan pendekatan peran dan fungsi flora fauna dalam ekosistem sulit untuk dilakukan sehingga dalam penelitian ini menggunakan pendekatan contingent valuation method dan transfer benefit dengan tahapan sebagai berikut: a identifikasi luas hutan yang terbakar menurut fungsinya b indentifikasi flora fauna yang dilindungi dari setiap kawasan terbakar dan habitatnya survei flora fauna atau data potensi yang tersedia, atau c menggunakan pendekatan transfer benefit konservasi biodiversitas US 300km 2 thn Ruitenbeek dalam Glover dan Timothy, 1999. d hitung potensi flora fauna dilindungi perhektar dan luas habitat menurut jenis 193 e identifikasi kesediaan membayar rata-rata masyarakat persatuan luas dari setiap jenis flora fauna dilindungi dan habitatnya agar tidak terjadi kebakaran yang dapat menyebabkan kehilangan flora fauna dilindungi dan habitat, dengan pendekatan nilai pilihan option value, nilai warisan bequest value dan nilai keberadaan existence value f kalikan nilai pilihan rata-rata dari kesediaan membayar masyarakat terhadap flora fauna dilindungi dan habitatnya persatuan luas sesuai potensi jenis dan habitat dengan luas kebakaran hutan dan lahan, hal yang sama berlaku untuk nilai warisan dan keberadaan. g jumlahkan nilai pilihan, nilai warisan dan nilai keberadaan dari seluruh areal terbakar, atau h kalikan nilai kerugian konservasi habitat US 300km 2 thn dengan kawasan hutan yang terbakar 9 Tahapan Penilaian Kerugian Biaya Pengendalian Kebakaran Penilaian kerugian akibat adanya biaya pengendalian kebakaran menggunakan pendekatan biaya dengan tahapan sebagai berikut: a identifikasi luas hutan yang terbakar menurut fungsinya b indentifikasi jenis dan jumlah peralatan yang digunakan atau biaya yang dikeluarkan selama kebakaran persatuan peralatan, bahan dan tenaga kerja dari setiap areal terbakar c hitung harga atau biaya dari setiap jenis biaya yang dikeluarkan selama kebakaran d kalikan harga dengan jumlah peralatan menurut jenisnya, upah tenaga kerja dengan jumlah tenaga kerja dan lama hari kerja, atau e jenis dan jumlah biaya yang dikeluarkan selama kebakaran peralatan, bahan dan tenaga kerja dari setiap areal terbakar 10 Tahapan Penilaian Kerugian Menurunnya Kesehatan Masyarakat Penilaian kerugian menurunnya kesehatan masyarakat akibat asap kebakaran menggunakan pendekatan biaya ganti kehilangan produktivitas atau biaya pemulihan kesehatan recovery cost dengan tahapan sebagai berikut: 194 a identifikasi luas hutan dan lahan yang terbakar b indentifikasi jumlah penduduk yang menderita sakit akibat terpapar asap kebakaran tingkat desa dan kecamatan pada setiap puskesmas atau rumah sakit, atau gunakan c pendekatan hasil penelitian ini 5-8 dari jumlah penduduk setiap desa atau 2,14 dari jumlah penduduk per kecamatan. d identifikasi jenis penyakit akibat asap selama kebakaran yaitu ISPA Non Pneumoma 63, ISPA Pneumona 22, dan Bronchitis 15 dari jumlah penduduk yang terpapar asap, dengan lama hari sakit antara 2 – 7 hari atau data dari puskesmas dan rumah sakit e identifikasi jumlah penduduk yang sakit menurut cara pengobatan yaitu menginap dan dirawat 2, tidak rawat inap 19, beli obat sendiri 63 dan beli masker asap 16 dari penduduk yang terpapar asap di tingkat desa atau kecamatan atau data dari puskesmas, rumah sakit dan apotik setempat f hitung biaya berobat dan biaya pemulihan kesehatan rumah sakit, puskesmas dan apotik menurut jenis penyakit, lama hari sakit dan cara pengobatan serta biaya pengobatan dari penduduk desa atau kecamatan yang terpapar asap dan menderita sakit atau menghindari sakit. 11 Tahapan Penilaian Kerugian Kehilangan Hari Kerja Masyarakat Penilaian kerugian penduduk tidak kerja akibat asap kebakaran menggunakan pendekatan biaya ganti kehilangan produktivitas atau biaya pemulihan produktivitas recovery cost dengan tahapan sebagai berikut: a identifikasi luas hutan dan lahan yang terbakar b indentifikasi jumlah penduduk yang tidak bekerja akibat kebakaran dan asap kebakaran tingkat desa dan kecamatan dari dinas tenaga kerja di kabupaten setempat, atau gunakan c pendekatan hasil penelitian ini rata-rata 13 dari jumlah penduduk bekerja di setiap desa atau kecamatan terpapar asap d identifikasi jenis pekerjaan dari penduduk yang tidak bekerja akibat kebakaran yaitu rata-rata 10-23 menurut jenis pekerjaan pegawai 195 negeri, pengusaha swasta, petani, pedagang, pegawai HTI atau HPH dengan lama hari kerja rata-rata 3 hari kerja e identifikasi tingkat upah perhari dari penduduk yang tidak bekerja akibat asap kebakaran di setiap lokasi menurut jenis pekerjaan tingkat kecamatan dan kabupaten f hitung jumlah kerugian penduduk tidak bekerja berdasarkan jumlah penduduk yang tidak bekerja akibat asap kebakaran menurut lama hari kerja dan tingkat upah rata-rata perhari dari setiap jenis pekerjaan penduduk. 12 Tahapan Penilaian Kerugian Gangguan Transportasi Penilaian kerugian gangguan transportasi akibat asap kebakaran menggunakan pendekatan biaya ganti kehilangan produktivitas atau kehilangan pendapatan dengan tahapan sebagai berikut: a identifikasi luas hutan dan lahan yang terbakar b indentifikasi jumlah dan jenis perusahaan transportasi darat, sungai dan udara yang tidak beroperasi atau menurunnya jumlah penumpang, sebelum dan setelah kebakaran dalam 1 tahun terakhir c hitung jumlah unit kendaraan yang tidak beroperasi dan penurunan penumpang per unit angkutan jika tidak beroperasi dan lama hari tidak beroperasi dari data perusahaan angkutan atau Dinas Perhubungan kabupaten setempat, atau gunakan d pendekatan hasil penelitian ini yaitu dari 30 jumlah kendaraan perusahaan angkutan darat yang tidak beroperasi diketahui 42 disebabkan oleh adanya kebakaran dengan rata-rata lama hari tidak operasi 1–5 hari, dan e 70 persen dari kendaraan yang beroperasi mengalami penurunan penumpang rata-rata 5-10; dan 49 dari jumlah penurunan penumpang disebabkan oleh asap kebakaran hutan dan lahan dengan rata-rata lama hari penurunan penumpang 3-8 hari selama periode kebakaran 196 f untuk angkutan sungai rata-rata tidak operasi 21 hari 38 dari total hari tidak beroperasi dengan lama hari tidak operasi 1-7 hariunit. Sedang penurunan penumpang selama 6 bulan periode kebakaran rata- rata 31 hari 42 dari total hari penurunan penumpang dengan jumlah penurunan penumpang perhari 2-5 orang selama 5 –7 hari g untuk angkutan udara rata-rata tidak operasi 4 kali perbulan selama 5 bulan dengan jumlah rata-rata penurunan penumpang sebanyak 1 – 5 orang per penerbangan yang terjadi untuk 17 kali penerbangan dari semua jenis angkutan udara h tentukan harga atau biaya tiket perorang menurut jenis angkutan atau maskapai penerbangan i hitung kerugian dari setiap sarana transportasi yang mengalami gangguan dengan menjumlahkan kerugian akibat tidak beroperasi dan terjadinya penurunan penumpang akibat adanya kebakaran hutan dan lahan. 13 Tahapan Penilaian Kerugian Hotel dan Penginapan Penilaian kerugian hotel dan penginapan akibat menurunnya tingkat hunian menggunakan pendekatan biaya ganti kehilangan produktivitas atau kehilangan pendapatan dengan tahapan sebagai berikut: a identifikasi luas hutan dan lahan yang terbakar b indentifikasi jumlah dan jenis perusahaan hotel dan penginapan di tingkat kecamatan atau kabupaten dari data perusahaan atau dinas pariwisata c indentifikasi jumlah dan jenis perusahaan hotel dan penginapan, yang mengalami penurunan tingkat hunian, sebelum dan setelah kebakaran dalam 1 tahun terakhir di tingkat kabupaten dari data perusahaan atau dinas pariwisata, atau gunakan d pendekatan dari hasil penelitian ini yaitu 50 dari selisih penurunan tingkat hunian sebelum dan setelah kebakaran atau rata-rata 8 orang 197 perbulanhotel atau penginapan dengan lama menginap rata-rata sebanyak 2 hariorang. e hitung biaya rata-rata penginapan perhari dari hotel dan penginapan. f kerugian hotel dan penginapan diperoleh dari selisih pengunjung hotel sebelum dan setelah kebakaran 50 akibat kebakaran dikali dengan biaya penginapan perhari dan lama hari menginap untuk seluruh hotel dan penginapan yang di tingkat Kabupaten 14 Tahapan Penilaian Kerugian Tanaman Pangan Penilaian kerugian tanaman akibat menurunnya produksi karena adanya asap kebakaran hutan dan lahan yaitu menggunakan pendekatan biaya ganti kehilangan produktivitas dengan tahapan sebagai berikut: a identifikasi lokasi kebakaran hutan dan lahan b identifikasi luas lahan pertanian menurut jenis tanaman pangan c indentifikasi jenis dan produktivitas perhektar dari setiap jenis tanaman pangan padi, palawija dan sayuran sebelum dan setelah kebakaran dalam 1 tahun terakhir di setiap desa atau kecamatan atau data dari Dinas Pertanian, atau dari d hasil penelitian ini dengan penurunan produktivitas rata-rata sebelum dan setelah kebakaran dari tanaman pangan yaitu 50 diakibatkan akibat adanya asap kebakaran selama periode kebakaran 6 bulan e Rata-rata penurunan produktivitas dari ketiga tanaman jenis tanaman 120,42 kghajenis tanaman yaitu penurunan produktivitas padi 110,40kgha; palawija 247,35 kgha; dan sayuran 3,53 kgha f Hitung harga dari setiap jenis tanaman padi, palawija dan sayuran dengan menggunakan harga pasar kecamatan atau kabupaten g Hitung kerugian total tanaman pangan dengan mengalikan harga dengan produktivitas perhektar dan luas areal dari setiap jenis tanaman di tingkat kecamatan dan Kabupaten. 198

5.5. Total Nilai Ekonomi Kerusakan Lingkungan Akibat Kebakaran