Profil Tingkat Pendidikan dan Pekerjaan

4.10. Profil Tingkat Pendidikan dan Pekerjaan

Penduduk Kabupaten Sintang sebagian besar telah memperoleh pendidikan formal sampai pada tingkat Sekolah Menegah Atas, namun untuk level perguruan tinggi masih sangat kurang. Tingkat pendidikan data 250 orang responden pada lima wilayah kecamatan yang disurvei sehubungan dengan kejadian kebakaran hutan tahun 1997 menunjukkan bahwa sebagian besar berpendidikan tamat Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan Pertama Tabel 17. Berdasarkan tingkat pendidikan sebagian besar berpendidikan Sekolah Dasar 43,20, Sekolah Lanjutan Pertama 27,60, tidak sekolah 17,20, dan yang pernah sekolah sampai tingkat SMA dan Perguruan Tinggi sebanyak 30 orang 12,00. Struktur pendidikan yang sebagian besar sampai sekolah dasar akan berpengaruh terhadap penilaian sumberdaya yang bersifat jangka pendek. Selain itu, pendidikan yang rendah akan mempengaruhi persepsi masyarakat dalam menilai sumberdaya hutan dan lahan yang cedenderung hanya didasarkan pada harga pasar tangible seperti hasil hutan kayu, flora fauna yang dimanfaatkan, dan tanaman perkebunan. Namun, kurang mempertimbangkan manfaat sumberdaya hutan dan lahan yang bersifat intangible seperti: kerugian kebakaran akibat banjir, erosi, kehilangan karbon, menurunnya kesehatan masyarakat, dan bentuk eksternalitas lingkungan lainnya. Ekternalitas lingkungan yang bersifat negatif akan semakin besar dampaknya jika terjadi kebakararan dengan skala dan intensitas yang luas dalam suatu wilayah. Berdasarkan Tabel 17, secara implisit terlihat bahwa pendidikan penduduk di kecamatan Sintang ibukota yang relatif lebih tinggi. Sementara penduduk yang berada jauh dari ibukota kabupaten, sebagian besar penduduknya memiliki pendidikan formal sampai tingkat SD dan SMP Ketungau Hulu, Menukung, Belimbing dan Nanga Pinoh. Hasil wawancara menunjukkan pekerjaan masyarakat di sekitar areal kebakaran hutan dan lahan tahun 1997 adalah petani, kemudian diikuti oleh kombinasi petani dan pengumpul hasil hutan, pedagang dan pegawai negeri. Dari hasil wawancara terhadap 250 orang responden diketahui sebagian besar bermatapencaharian petani 48,40, kemudian diikuti oleh kombinasi petani dan 105 pengumpul 35,90, kombinasi pegawai, petani dan atau pedagang 8,65, dan penduduk yang bekerja sebagai pengumpul 7,05. Penentuan kriteria pekerjaan ini didasarkan pada penggunaan waktu kerja dalam satu minggu minimal 30 - 35 jam kerja. Tabel 17. Keragaan Pendidikan Responden pada Lima Kecamatan di Kabupaten Sintang Tingkat Pendidikan No Kecamatan Desa TS 1 SD SMP SMA PT Jumlah org 1 Nanga Pinoh Tanjung Sari 2 8 10 Tanjung Pauh 5 7 3 15 Sidomulyo 3 8 4 15 Kebubu 3 4 2 1 10 Nanga Man 2 5 2 1 10 Nanga Kayan 3 4 2 1 10 2 Sintang Ladang 7 5 4 3 19 Tajung Puri 3 5 8 4 1 21 Baning Kota 1 6 5 5 3 20 3 Belimbing Nanga Payah 3 10 8 21 Langan 2 10 4 16 UPT X Nanga Keberak 1 6 5 1 13 4 Menukung Nanga Siyai 3 9 5 1 18 Ella Hulu 3 6 8 17 Menukung Kota 4 5 5 1 15 5 Ketungau Hulu Sei Seria 2 4 2 2 10 Empura 3 4 1 2 10 Total 43 108 69 23 7 250 Sumber: Data primer tahun 2003 Kebakaran yang terjadi di areal TWA Baning, akan berdampak terhadap masyarakat petani dan pengumpul yang mempunyai ketergantungan besar terhadap TWA Baning, seperti desa-desa: Ladang dan Baning Kota. Selain itu, kebakaran juga akan berdampak terhadap kegiatan para pekerja pegawai dan pedagang yang banyak terdapat di sekitar ibukota kabupaten terutama di Tanjung Puri. Dampak kebakaran di TWA Baning akibat asap kebakaran diduga akan menurunkan produktivitas pedagang, pegawai dan aktivitas sosial ekonomi masyarakat baik disebabkan oleh gangguan transportasi maupun akibat penduduk sakit dan atau sibuk memadamkan api. 106 Kebakaran areal TCSDP di Kecamatan Nanga Pinoh dan Kecamatan Belimbing secara langsung memberikan dampak terhadap sebagian besar petani yang mengusahakan tanaman karet dan sawit di desa Sidomulyo, Tanjung Sari, Tanjung Pauh, Nanga Payah, Langan dan UPT X Nanga Keberak. Sementara kebakaran yang terjadi di Kecamatan Menukung dengan areal terbakar Taman Nasional Bukit Baka berdampak pada kerugian secara langsung kepada masyarakat terutama yang berprofesi sebagai pengumpul hasil hutan kayu, petani dan kombinasi antara petani, pengumpul dan pedagang. Desa-desa sekitar TNBB yang menderita kerugian akibat kabakaran TNBB yaitu Nanga Siyai, Ella Hulu dan Menukung Kota. Kebakaran hutan dan lahan tahun 1997, juga dirasakan oleh masyarakat di Kecamatan Ketungau Hulu yaitu di desa Sei Seria dan Empura yang berdekatan dengan lokasi kebakaran pada HTI Finantara Intiga. Kebakaran di areal Finantara ini terutama dirasakan oleh masyarakat yang bekerja di bidang pengumpul hasil hutan, pertanian dan perkebunan serta pedagang dan pegawai atau tenaga kerja Finantara Intiga. 107

V. HASIL DAN PEMBAHASAN