memperoleh tingkat kerusakan pada setiap RKLRKT. Peta ini akan dikoreksi berdasarkan hasil inventarisasi terestris.
3.3. Pengukuran Vegetasi dan Pendugaan Populasi Satwa
3.3.1. Vegetasi
Penelitian sampel plot vegetasi pada areal terbakar dengan metode two stage cluster sampling
dalam bentuk kelompok dengan ukuran sama. Teknik ini dipilih dengan dasar areal yang diteliti luas sehingga tidak memungkinkan semua
bagian cluster untuk diinventarisasi dan akan mempermudah dalam menghitung besarnya kerusakan akibat kebakaran hutan pada setiap cluster. Tahapan
pengambilan contoh melalui pendekatan two stage cluster sampling adalah sebagai berikut:
a. Mendelineasi areal dalam strata-strata yang homogen satuan unit lahan, jenis dan umur tanaman serta kerapatan kedalam blok-blok yang terbakar di areal:
HTI Inhutani III; TN. Bukit Baka; TWA Baning; HTI Finantara Intiga, dan areal perkebunan yang terbakar TCSDP Nanga Pinoh dan lahan
perkebunan masyarakat. b. Membagi strata menjadi petak-petak atau cluster dengan ukuran persegi
panjang 20 x 100 meter. c. Memilih cluster- cluster contoh dari setiap petak yang mewakili keadaaan
tingkat kebakaran, kelerengan, jenis dan kerapatan vegetasi, serta tahun tanam purposive sampling.
d. Memilih unsur-unsur dari setiap cluster terpilih sebagai unit contoh tingkat kedua dengan intensitas sampling 0,1 sampai 10 disetiap areal terbakar
dan yang tidak terbakar. Intensitas sampling di TNBB, TWA Baning, Finantara Intiga dan
perkebunan TCSDP IS =5, sementara untuk Inhutani III IS= 0,1 dan lahan perkebunan rakyat IS =10. Perbedaan IS dipengaruhi oleh: satuan unit
lahan, kerapatan vegetasi, jenis dan umur tanaman tahun tanam, luas areal terbakar. Luas sampel penelitian areal yang terbakar yaitu 42 ha terdiri atas:
TNBB 12 ha, TWA Baning 3 ha, Finantara Intiga 1,25 ha, Inhutani III 12
38
ha, Perkebunan TCSDP 3,8 ha dan Kebun Masyarakat 10 ha Tabel 3.
Metode yang digunakan dalam analisis vegetasi pada setiap petak contoh terpilih yaitu kombinasi antara metode jalur dan metode garis berpetak. Dalam
metode ini risalah pohon dilakukan dengan metode jalur dan permudaan dengan
metode garis berpetak seperti Gambar 4.
Tabel 3. Blok dan Petak Contoh Areal Terbakar
Luas ha Jumlah PTK Contoh
Luas PTK Contoh Ha
PJG JALUR km Total
Tidak Terbakar
Sebelum Setelah Sebelum Setelah Sebelum Setelah LokasiBlok Kebakaran
Terbakar IS 5
TNBB 181,090
4 blok KM 14,20,27,40
446
216 230 0.05 270 300 11 12 5.40 5.75
TWA Baning
213 3 blok HW 5-10;
HW 20-30; HW 44-40 118
59 60 0.05 75 75 3 3 1.47 1.49
HTI Finantara Intiga 299,700
Blok CSei Seria 18,500
Th.tnm 19931994 40
25 15 0.05 30 20 1.25 1.25 0.63 0.38
HTI Inhutani III 129,250
6 blok Thn. Tnm 1991
Sd 1997 23,824
11,372 12,452 0.001 284 310 11 12 5.69 6.23
Perkebunan TSCDP 448
4 blok 2 Kec. 4 Desa
Th. Tnm 19901991 178
102 76 0.05 128 95 5 4 -
-
Perkebunan Rakyat
1,320 4 blokKec. 12 Desa
Th. Tnm 19901991 252
161 91.2 0.10 400 228 16 10 -
-
Sumber: Hasil Survei Lapangan
Gambar 4. Desain jalur analisis vegetasi. D
D
Keterangan: Ukuran sub plot untuk berbagai stadium pertumbuhan adalah :
B C
D
B C
B C
A A
A
39
A. Semai dan Tumbuhan Bawah : 2 m x 2 m B. Pancang : 5 m x 5 m
C. Tiang : 10 m x 10 m D. Pohon : 20 m x 20 m
Dalam pengambilan contoh maka tumbuhan dibagi kedalam stadium pertum
n mulai dari kecambah sampai anakan setinggi kurang 1,5 m
Tiang :
berdiameter 10 cm sampai kurang dari 20 cm. herba dan
arameter vegetasi yang diukur dilapangan adalah sebagai berikut:
g kerapatan hui prosentase penutupan
d. mengetahui luas bidang dasar yang diantaranya
e. ohon total.
3.3.2. Satwa