Total kerugian dari angkutan sungai akibat asap kebakaran hutan dan lahan dalam bentuk penurunan produktivitas angkutan sungai yaitu sebesar Rp.
11,3 juta tahun 1997 dan Rp. 17,37 juta 2003, dengan kerugian terbesar akibat
penurunan penumpang Tabel 34. Atas dasar asumsi dampak yang terjadi
disebabkan kebakaran di Kabupaten Sintang bukan dari daerah lain, maka kontribusi persatuan luas areal terbakar terhadap kerugian angkutan sungai yaitu
sebesar Rp. 874ha 1997 dan Rp. 1.599ha 2003. Hal ini berarti bahwa kebakaran hutan dan lahan memberikan pengaruh pada menurunnya pendapatan
masyarakat baik terhadap pemilik maupun pengguna jasa angkutan sungai. Dari total kerugian diketahui bahwa kerugian rata-rata angkutan sungai
yaitu Rp. 491.304unit atau rata-rata perhari Rp. 40.861 unithari tahun 1997 dan kerugian berdasarkan ongkos angkut tahun 2003 yaitu sebesar Rp. 899.698 per
unit atau rata-rata Rp. 79.162unithari meningkat 82. Kerugian terbesar diakibatkan karena penurunan penumpang 85 sedang kerugian akibat tidak
beroperasi hanya 15. Rendahnya kerugian angkutan yang tidak beroperasi terkait dengan jumlah unit kendaraan dan tingkat kerugian perhari. Sementara
kerugian dari penurunan penumpang lebih tinggi karena angkutan sungai tetap beroperasi meskipun jumlah kerugian perunit angkutan sungai relatif kecil.
C. Angkutan Udara
Angkutan udara di Sintang ditunjang oleh dua sarana bandara udara yaitu di Nanga Pinoh dan Bandar Udara Susilo di Sintang. Kedua Bandara ini didarati
oleh pesawat jenis TWIN OTTER dengan kapasitas penumpang sebanyak 17 orang dan 3 orang awak. Maskapai penerbangan yang ada di Pinoh adalah MAS
Mission Air Service, sedangkan di Bandar Udara Susilo Sintang adalah MAS dan DAS Deraya Air Service. Penerbangan dengan MAS merupakan pesawat
charteran blockseat yang tidak terjadwal tetap, namun biasanya melayani rute 8
kali dalam sebulan. Sementara penerbangan dengan DAS melayani rute 2 kali seminggu ke Pontianak maupun ke Putussibau hari Selasa dan Jum’at. Pesawat
DAS yang mendarat di Bandar Udara Susilo merupakan pesawat transit dari Putussibau maupun dari Pontianak.
178
Penerbangan yang tidak beroperasi tahun 1997 di Nanga Pinoh pada bulan September dan Oktober karena asap cukup tebal dan pada bulan September 1997
di Bandar Udara Susilo Sintang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa total
kerugian sebesar Rp. 117 milyar 1997 dan Rp. 134 milyar 2003 Tabel 35.
Nilai kerugian total ini jika dikonversi terhadap luas areal terbakar 12.923 ha maka adanya kebakaran hutan dan lahan akan memberikan kerugian rata-rata Rp.
9.110ha 1997. Nilai kerugian persatuan luas terbakar lebih rendah jika dibanding kerugian transportasi udara per areal terbakar secara nasional tahun
1997 yaitu rata-rata Rp. 9.500ha Ruitenbeek, 1998 dalam Glover dan Timothy, 1999, maupun perhitungan UNDP dan KLH 1998, yaitu sebesar Rp.
464.000ha. Hal ini berarti bahwa secara rata-rata frekuensi penerbangan di Sintang selama periode kebakaran lebih rendah dibanding frekuensi penerbangan
secara nasional. Tabel 35. Kerugian Angkutan Udara Akibat Kebakaran Hutan dan Lahan
di Kabupaten Sintang
Penerbangan Tidak Beroperasi
Agustus - Desember 1997 Penerbangan Beroperasi
Agustus - Desember 1997 PERUSAHAAN
PENERBANGAN UDARA
Bulan Fre-
kuensi kali
Lama hari
Kerugian Rp
Fre- kuensi
kali Lama
hari Penurunan
Penumpang orgfrek
Kerugian Rp
Total Kerugian
Rp KEC. N. PINOH
8 -
- -
5 8
5 6.250.000
6.250.000 9
5 8
21.250.000 -
- -
- 21.250.000
10 5
8 21.250.000
- -
- -
21.250.000 11
- -
- 3
8 5
3.750.000 3.750.000
a. MAS
12 -
- -
4 8
2 2.000.000
2.000.000 KAB. SINTANG
a. Deraya Air Serv DAS
8 -
- -
7 8
3 5.208.000
5.208.000 9
8 8
33.728.000 -
- -
- 33.728.000
10 -
- -
11 8
1 2.728.000
2.728.000 11
- -
- 23
12 1
5.704.000 5.704.000
b. MAS Mission Air Serv
12 -
- -
32 20
2 15.872.000
15.872.000 Kerugian Th. 1997
18 24
76.228.000 85
72 19
41.512.000 117.740.000
Rataan Perbulan 4
5 15.245.600
17 14
4 8.302.400
23.548.000 Kerugian
Th. 2003
87.720.000 46.530.000
134.250.000 Rataan Perbulan
4 5
17.544.000 17
14 4
9.306.000 23.548.000
Sumber : Data Primer 2003 dan Data Perusahaan dan Bandara Sintang Tahun 19971998 1
Biaya Pesawat tahun 1997 dari Nanga Pinoh - Pontianak Rp. 250.000 dan Sintang - Pontianak Rp. 220.000orang Biaya Pesawat tahun 2003 dari Nanga Pinoh - Pontianak Rp. 300.000 dan Sintang - Pontianak Rp. 270.000orang
2 Rata-rata kapasitas penumpang pesawat per penerbangan 17 orang
3 Frekuensi Penerbangan perhariunit pesawat rata-rata 2 kali atau tergantung sistem penyewaan terutama jenis
pesawat MAS
179
Nilai kerugian gangguan penerbangan persatuan luas areal terbakar, merupakan angka perkiraan sebab tidak dapat dikaitkan bahwa asap kebakaran di
suatu daerah merupakan faktor utama adanya gangguan penerbangan, karena adanya pengaruh angin maupun asap yang kemungkinan berasal dari daerah atau
kabupaten lain. Namun demikian adanya dampak kebakaran terhadap jalur penerbangan yang tidak beroperasi ini, selain memberikan dampak kerugian
terhadap perusahaan juga berdampak terhadap tenaga kerja pengangkut barang dan pelayanan kelancaraan bandara seperti: pelayanan pesawat didarat ground
handling , pengiriman barang, angkutan niaga berjadwal dan tidak berjadwal,
kantin, maupun kerugian bagai aktivitas ekonomi lain seperti penjualan souvenir. Sehingga apabila seluruh dampak yang ditimbulkan pesawat tidak operasi dan
bandara tutup dinilai maka kerugian ekonomi gangguan transportasi akibat asap kebakaran hutan dan lahan akan semakin besar dari ternilai saat ini.
5.3.4. Penurunan Penghuni Hotel dan Penginapan