2.3. Dampak Kebakaran Hutan
Kebakaran hutan yang luas memiliki dampak yang besar terhadap sumberdaya hutan maupun sumberdaya manusia akibat adanya asap tebal yang
berbahaya bagi kesehatan dan proses produksi tanaman perkebunan maupun tanaman pertanian lainnya akibat terganggunya proses fotosintesa. Di dalam
sumberdaya hutan, kerusakan fisik hutan berarti hilangnya sumberdaya kayu dan bukan kayu maupun plasma nutfah. Oleh sebab itu, menurut Brown dan Davis
1973 sangat penting untuk memahami sepenuhnya dampak kebakaran hutan, baik dari aspek nilai ekonomis maupun aspek kebijakan publik dalam
mengendalikan kebakaran hutan. Dalam tataran ini, Suratmo 1999, mengklasifikasi dampak kebakaran hutan dari tiga aspek, yaitu: aspek lingkungan,
sosial ekonomi, dan kesehatan. Menurut Suratmo 1970 kebakaran hutan mempunyai akibat yang
merugikan dan yang menguntungkan. Kebakaran yang sifatnya merugikan karena tidak terkendali, yaitu menyebabkan kerusakan terhadap tegakan hutan, tanah,
riap hutan, tempat rekreasi, kematian satwa, kebakaran lahan masyarakat, dan juga luka atau kematian pada manusia. Sedang pengaruh yang menguntungkan
dari kebakaran hutan yang terkendali, yaitu bertujuan untuk peremajaan alam dan untuk mengendalikan hama dan penyakit.
Kajian dampak kebakaran hutan dari sisi yang negatif, dikemukakan pula oleh Brown dan Davis 1973 bahwa kebakaran hutan berdampak terhadap pohon,
iklim mikro dan vegetasi, fauna, tanah, dan ekosistem. Sedang Chandler et al. 1983a mengemukakan bahwa dampak negatip kebakaran hutan antara lain
merusak sifat fisik dan kimia tanah, menaikkan pH tanah serta menurunkan produktivitas tanah. Dampak terhadap ekologi hutan yaitu mengubah secara
drastis lingkungan hutan dan juga mempengaruhi kondisi pohon, jenis herba dan semak. Hal ini dipertegas oleh MacKinnon et al. 1993 bahwa kebakaran hutan
menyebabkan vegetasi yang terbakar sulit untuk pulih kembali seperti semula. Kebakaran pohon akan merubah bentuk fisik hutan dalam arti hilangnya
sejumlah kayu dan jenis vegetasi lainnya. Akibat selanjutnya dari kebakaran tersebut akan mematikan kehidupan satwa dan rusaknya fisik tanah serta
menurunnya kesehatan masyarakat.
17
Dampak kebakaran hutan dari aspek perubahan bentuk hutan setelah kebakaran dikemukakan oleh Fuller 1991 yaitu perubahan jenis vegetasi yang
tumbuh, tumbuhnya vegetasi yang memiliki adaptasi tinggi, dan terjadi suksesi tanaman. Dijelaskan pula bahwa kebakaran hutan mempunyai dampak yang
merugikan terhadap ekosistem, tanah yang menimbulkan erosi dan terhadap satwa liar. Demikian pula Chapman dan Meyer 1947, menelaah dampak kebakaran
hutan yang dikaji dari aspek pohon atau vegetasi yang rusak, tanah dan humus. Efek kebakaran hutan terhadap tanah dari aspek fisik dan kimia tanah di areal
hutan tergantung dari tipe tanah, kelembaban tanah, intesitas dan durasi kebakaran, waktu dan intensitas dari hujan setelah kebakaran. Dampak langsung
yang dapat terlihat dari adanya kebakaran hutan terhadap tanah yaitu ketersediaan bahan kimia dan daur ulang makanan, meningkatnya suhu tanah, dan hilangnya
mikroorganisme tanah. Kebakaran hutan dapat mempengaruhi proses hidrologi secara tidak
langsung, namun akan sangat mengubah kondisi fisik dan kimia tanah, berubahnya penutupan bahan organik menjadi abu, dekomposisi mineral dan
bahan organik, meningkatnya pH tanah, dan perubahan tekstur tanah. Perubahan kondisi fisik tanah dan hilangnya vegetasi penutup lahan akibat kebakaran akan
berdampak pada meningkatnya run-off dan erosi, dan selanjutnya akan meningkatkan aliran sungai setiap tahunnya, banjir dan sedimentasi. Sebaliknya
pada musim kemarau, hilangnya vegetasi penutup lahan akan mengurangi ketersediaan air tanah dan menyebabkan debit sungai rendah. Rothacher dan
Lopushusky 1954 dalam Chandler et al. 1983a menemukan bahwa satu tahun setelah kebakaran, sedimentasi yang terjadi pada daerah aliran sungai di
Washington antara 41 sampai 127 m
3
. Menurut MacKinnon et al. 1993, hal ini dapat disebabkan karena tanah di daerah tropis mudah tererosi dan vegetasinya
rawan terhadap kebakaran. Dampak kebakaran hutan terhadap satwa liar, seperti jenis mamalia dan
unggas, juga dikemukakan oleh Chapman dan Meyer 1947, Chandler et al. 1983a dan Fuller 1991, yang mana dampak tersebut dapat bersifat langsung
dan tidak langsung. Dampak langsung yaitu hilangnya spesies-spesies hewan yang ada di hutan dan dampak tidak langsung yaitu dalam bentuk modifikasi
18
habitat dan biota. Pengaruh kebakaran terhadap satwa dan habitat yaitu dalam bentuk perubahan habitat dan kematian hewan yang dapat terjadi karena
penyebaran api dan kecepatan angin yang cepat, sehingga api menyebar dapat mencapai 10 mil perhari. Penjelasan ini diperkuat oleh Grant et al. 1997 yang
menyatakan kerusakan habitat menyebabkan penurunan populasi satwa liar. Kebakaran hutan selain merusak sumberdaya hutan yang ada di dalamnya
juga memberikan dampak ganda multiplier lainnya seperti adanya asap tebal yang dapat menimbulkan polusi udara dan berpengaruh terhadap manusia maupun
hewan serta jenis tanaman lainnya. Hal ini disebabkan karena kebakaran hutan selain menimbulkan asap juga menimbulkan partikel-partikel debu di udara yang
dapat mengganggu produktivitas mahluk hidup. Menurut Chandler et al. 1983a, kebakaran hutan satu hektar dengan
bahan bakar 50 tonha akan menghasilkan 92 ton CO
2
, 27 ton uap air yang mengandung asap, dan merusak 273 juta liter udara. Sementara kebakaran dengan
ketersediaan bahan bakar 5 tonha akan menghasilkan emisi partikel sebanyak yaitu 10 kgton. Sedang menurut Fuller 1991 efek asap terhadap hewan dan
manusia karena kebakaran hutan akan menghasilkan CO
2
, partikel debu, dan sebanyak 60 jenis bahan kimia berbeda termasuk hidrokarbon, arang dan bahan-
bahan kimia yang membuat asap hitam. Asap dari kebakaran hutan sangat mengganggu sebab dapat mengurangi
jarak pandang, mengganggu penerbangan, menurunnya produktivitas tanaman dan hilangnya keuntungan dari pariwisata. Besarnya dampak asap terhadap kondisi
kesehatan manusia dijelaskan pula oleh Fuller 1991 yang merujuk pada beberapa hasil penelitian bahwa kebakaran hutan dalam sehari sama dengan
merokok 4 bungkus rokok dan dapat menyebabkan radang paru-paru dan emfisemia pelebaran dan pecahnya gelembung paru-paru.
2.4. Penilaian Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan 2.4.1. Konsep Penilaian Ekonomi