5.8.3. Simulasi Model Kebakaran Hutan dan lahan
Simulasi model bertujuan untuk melihat perilaku dari setiap parameter yang dapat mempengaruhi kebakaran hutan dan lahan serta besarnya nilai
kerugian ekonomi lingkungan akibat kebakaran hutan dan lahan. Parameter yang dievaluasi dalam menduga model kebakaran hutan dan lahan yaitu: jumlah hot
spot , curah hujan, luas kebakaran tahunan dan nilai kerugian ekonomi TEV
pertahun. Hasil simulasi model dari setiap paramater kondisi aktual dapat dilihat
pada Gambar 32 dan selengkapnya pada Lampiran 22.
Hasil simulasi model terhadap jumlah hot spot, curah hujan, luas kebakaran dan nilai kerugian ekonomi sangat dipengaruhi oleh kondisi aktual.
Oleh sebab itu, keragaan dari faktor alami dan sosial ekonomi masyarakat secara langsung akan berpengaruh terhadap model. Faktor alami dan sosial ekonomi
masyarakat yang penting dalam kaitannya dengan terjadinya hot spot adalah curah hujan dan pola pembukaan lahan dengan menggunakan api, serta sikap kepedulian
masyarakat terhadap munculnya titik panas untuk segera dipadamkan.
10:15 PM 3232005 1.00
5.00 9.00
13.00 17.00
Years 1:
1: 1:
2: 2:
2:
3: 3:
3:
4: 4:
4:
5: 5:
5:
100.00 250.00
400.00
350.00 800.00
1250.00
1.50e+009 3.50e+009
5.50e+009
250.00 350.00
450.00
2.50e+009 5.50e+009
8.50e+009 1: Hot Spot
2: Kebakaran Tahunan 3: TEV Kebakaran 1997
4: CH tahunan 5: TEV Kebakaran 2003
1 1
1
1 2
2 2
2 3
3 3
3 4
4 4
4 5
5
5 5
Graph 1: Page 1 Untitled Graph
Gambar 32. Kebakaran Tahunan, Curah Hujan, Hot Spot dan TEV Kebakaran Hutan dan Lahan Kondisi Aktual
Hasil simulasi pada kondisi aktual terhadap perilaku model kebakaran tahunan dan nilai kerugian ekonominya TEV secara umum menunjukkan trend
yang semakin menurun namun berfluktuasi setiap tahunnya. Penjelasan dari simulasi model kebakaran hutan dan lahan sebagai berikut:
240
1 Kebakaran tahunan secara rata-rata menurun setiap tahunnya yaitu pada
tahun pertama sebesar 839 ha dan pada akhir periode simulasi luas kebakaran tahunan 686 ha, namun secara umum terdapat pola yang dinamik
setiap empat sampai lima tahun yaitu kebakaran hutan akan meningkat dan menurun sampai akhir tahun simulasi tahun ke 16. Hal ini dipengaruhi
oleh adanya perubahan curah hujan yang cenderung meningkat dan hot spot yang berubah setiap empat atau lima tahun. Selain itu faktor laju
pencegahan kebakaran hutan pada awal tahun simulasi 42 hatahun dan meningkat pada akhir tahun simulasi 126 hatahun.
2 Hasil simulasi menunjukkan bahwa perubahan tingkat kebakaran tahunan
berkorelasi dengan perubahan curah hujan dan hotspot. Curah hujan bulanan pada tahun pertama tahun 1992 yaitu 313 mmbulan, dan mengalami
penurunan pada tahun keenam tahun 1997 menjadi 259 mmbulan dan pada akhir tahun simulasi curah hujan cenderung kembali meningkat 276
mmbulan Demikian pula dengan jumlah hot spot pada tahun pertama simulasi 330 titik panas dan semakin menurun pada akhir periode simulasi
menjadi 228 titik panas. 3
Perubahan kebakaran tahunan akan diikuti oleh perubahan nilai kerugian lingkungan dari sumberdaya hutan dan lahan, baik atas dasar harga tahun
1997 maupun tahun 2003. Dengan luas areal terbakar 839 ha awal tahun simulasi, kerugian ekonomi lingkungan akibat kebakaran sebesar Rp. 4,8
milyar 1997 dan meningkat rata-rata 69 menjadi Rp. 8,17 milyar 2003. Pada tahun keenam simulasi 1997 dengan luas kebakaran tahun 796 ha,
nilai kerugian sebesar Rp. 3,8 milyar dan meningkat menjadi Rp. 6,5 milyar 2003. Trend luas kebakaran tahunan yang semakin menurun pada akhir
periode simulasi 686 ha, menyebabkan kerugian ekonomi lingkungan juga semakin menurun yaitu Rp. 2,8 milyar tahun 1997 dan pada tahun 2003
yaitu sebesar Rp. 4,78 milyar.
5.8.4. Validasi dan Sensitivitas Model Kebakaran Hutan dan lahan