II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kebakaran Hutan
Sumberdaya hutan banyak mengalami degradasi akibat aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Wallmo dan Jacobson 1998
aktivitas manusia merupakan salah satu faktor penyebab degradasi, yang ditunjukkan oleh meningkatnya permintaan terhadap sumberdaya hutan dan hasil-
hasil kehutanan. Meningkatnya permintaan terhadap sumberdaya hutan dan hasil- hasilnya dalam jangka panjang berpeluang menyebabkan kerusakan ekosistem
hutan. Kerusakan ekosistem sumberdaya hutan akibat aktivitas manusia, menurut Crook dan Clapp 1998 karena hanya berdasarkan pertimbangan rasionalitas
ekonomi dan belum memperhitungkan nilai-nilai biodiversitas dan fungsi ekologis dari sumberdaya hutan.
Salah satu bentuk degradasi sumberdaya hutan yang dapat menyebabkan deforestasi yaitu terjadinya kebakaran hutan yang dapat menurunkan nilai dari
ekosistem hutan, seperti produksi kayu dan non kayu, punahnya flora dan fauna serta dampak terhadap sumberdaya lainnya. Menurut Barbier dan Burgess 1997,
deforestasi hutan tropik secara umum ditunjukkan dalam bentuk konversi lahan hutan ke penggunaan lainnya. Sementara Rathore et al. 1997 mencoba memilah
faktor-faktor yang bertanggungjawab terhadap deforestasi ke dalam 3 kategori, yaitu: i ketidakteraturan eksploitasi dengan tujuan komersial, ii permintaan
dari ekonomi subsisten terhadap sumberdaya hutan, dan iii perubahan alami atau akibat buatan manusia.
Kebakaran hutan dapat terjadi karena adanya sumber api, ketersediaan bahan bakar dan ketersediaan oksigen. Karakteristik penting dari suatu kebakaran
ditunjukkan oleh sifat pembakaran yang tidak terbatas, bebas dan cepat penyebarannya. Menurut Brown dan Davis 1973 kebakaran hutan adalah
kejadian di alam terbuka yang dengan cepat dapat menjalar dan menghabiskan bahan bakar hutan, seperti serasah, rumput-rumputan, tumbuhan bawah, semak
pepohonan. Proses pembakaran hanya bisa terjadi apabila terdapat tiga unsur yaitu
bahan bakar, oksigen dan temperatur the triangle fire yang akan menghasilkan
api atau panas Saharjo, 2003a. Dengan mencegah bertemunya ketiga elemen tersebut, maka kebakaran hutan dapat dihindarkan. Namun, hal ini sulit dilakukan
untuk daerah-daerah dengan ekosistem terbuka karena oksigen banyak terdapat di udara terbuka. Oleh sebab itu, salah satu cara untuk mengurangi kebakaran hutan
yaitu dengan mengurangi ketersedian bahan bakar hutan yang potensial maupun sumber panas api baik karena aktivitas manusia atau proses alamiah.
Menurut Chandler et al. 1983a, bahan bakar hutan dapat di lihat dari aspek-aspek: 1 bahan bakar yang mengandung zat kimia antara lain ekstraktif
eter, debu silika, lignin dan hemiselulosa, 2 kelembaban bahan bakar, dan 3 ketersediaan bahan bakar. Sedang Brown dan Davis 1973 membedakan bahan
bakar menurut jenis bahan yang terbakar yaitu: kebakaran rumput, semak dan kayu.
Pemanasan bahan bakar yang dapat menyebabkan terjadinya awal kebakaran yaitu apabila kadar air dalam bahan bakar kurang dari 30. Secara
sederhana proses dan mekanisme kebakaran hutan, merupakan kebalikan dari reaksi kimia pada proses fotosintesa Suratmo, 1985. Reaksi dari pembakaran
hutan memberikan tiga macam sifat yaitu: 1 menghabiskan kayu di hutan dalam waktu singkat, disamping bahan lain yang dapat terbakar, 2 menghasilkan energi
yang berbentuk panas atau temperatur tinggi sehingga dapat membunuh vegetasi, satwa, mempengaruhi tanah hutan dan mikro klimat hutan, dan 3 sisa kebakaran
yang dikenal sebagai abu, akan mempengaruhi kimia tanah hutan. Kebakaran hutan sebagai suatu proses yang terjadi di alam, juga
mempengaruhi fase atau tahapan dalam kebakaran hutan. Fase ini sangat tergantung pada keadaan ekosistem hutan. Fase kebakaran hutan ada tiga yaitu:
1 fase pra pemanasan, pada fase ini temperatur bahan bakar naik sampai pada titik nyala, 2 fase penguraian, bahan baku diurai menjadi zat yang dapat menyala
berupa gas, dan 3 fase pembakaran, gas yang terbakar terlihat sebagai nyala api, sedang bahan padat tidak ikut menyala hanya membara. Menurut Davis 1959,
pembagian fase dalam kebakaran hutan sangat sulit, karena proses dari ketiga fase pembakaran berjalan secara bersamaan.
Pengamatan terhadap fenomena kebakaran hutan beserta elemen-elemen yang menyebabkan kebakaran hutan, secara garis besar dapat ditinjau dari aspek
13
manusia dan alam serta kombinasi keduanya. Derajat keterlibatan manusia dalam mempercepat proses pembakaran di hutan dapat dikategorikan sebagai faktor
penentu utama. Menurut Suratmo 1974, penyebab kebakaran hutan sangat beragam, namun lebih dari 90 kebakaran hutan yang terjadi disebabkan oleh
manusia. Hal ini terjadi menurut Hamilton dan King 1992 karena api biasanya bermula dari tepi hutan dekat aktivitas manusia, sehingga dengan adanya bahan
bakar yang sudah kering maka bahan bakar mudah tersulut api dan terbakar dan akhirnya merambat ke hutan.
Atas dasar aktivitas manusia, Mackie dalam Gradwohl dan GreenBerg 1991 menggambarkan bahwa kebakaran hutan yang terjadi di daerah tropis di
Asia Tenggara disebabkan oleh adanya kegiatan pengembalaan ternak dan penebangan kayu. Demikian pula kebakaran hutan yang terjadi di Kalimantan
Timur tahun 1982-1983 yang menghancurkan hutan seluas kurang lebih 3 juta hektar, dengan salah satu faktor penyebab utama yaitu adanya eksploitasi
penebangan kayu yang diikuti oleh musim kemarau panjang dan fenomena alam ElNino.
2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebakaran Hutan