B. Angkutan Sungai
Angkutan sungai yang menjadi sampel adalah sepanjang sungai Melawi yang membelah di Kabupaten Sintang. Armada air yang beroperasi di wilayah
Sintang berupa Motor boat, Bandung Bermotor, Bandung tongkang, Speedboat, Speed tambang, dan Longboat. Rute air yang dapat ditempuh adalah Nanga Pinoh
– Menukung dan Nanga Pinoh Sintang. Rute ini semakin banyak ditinggalkan terutama dengan rute Sintang-Nanga Pinoh karena dapat dilalui oleh darat
sedangkan rute Nanga Pinoh ke Menukung, Ella Hulu maupun ke hulu sungai Melawi masih menggunakan rute air karena belum ada jalur darat yang layak
kecuali jalan-jalan HPH. Keragaan kerugian angkutan sungai dari tiga kecamatan Nanga Pinoh,
Sintang dan Menukung menunjukkan bahwa angkutan sungai yang tidak produktif selama kebakaran hutan dan lahan yaitu sebanyak 23 unit terdiri atas:
tidak operasi 7 unit dan beroperasi tetapi mengalami penurunan jumlah penumpang 16 unit. Sementara lama hari penurunan produktivitas penumpang
dalam 6 bulan terakhir sebanyak 70 hari, dan 44 31 hari diantaranya disebabkan oleh adanya asap kebakaran hutan dan lahan dengan jumlah
penurunan penumpang 19 orang Tabel 34.
Tabel 34. Kerugian Angkutan Air Akibat Kebakaran Hutan dan Lahan Tahun 1997
Angkutan Sungai Tidak Beroperasi
Agustus - Desember 1997 Angkutan Sungai Beroperasi
Agustus - Desember 1997 Kec. Desa
Jum- lah
unit Lama
hari Kerugian
Rp Jum-lah
unit Lama
hari Penurunan
Penumpang orang
hari Kerugian
Rp Nanga Pinoh
Tanjung Sari 1
5 250.000
2 7
5 1.750.000
Sintang Ladang
2 7
700.000 4
7 4
2.800.000 Tanjung Puri
2 5
500.000 2
5 2
500.000 Menukung
Ella Hulu 1
3 150.000
4 5
5 2.500.000
Menukung Kota 1
1 50.000
4 7
3 2.100.000
Kerugian Tahun 1997 7
21 1.650.000
16 31
19 9.650.000
Kerugian Tahun 2003 3.300.000
17.370.000 Sumber : Data Primer 2003 dan Perusahaan Angkutan Air, 19971998
1 Biaya angkutan sungai tergantung jarak dan jumlah penumpang rata-rata Rp. 25.000org 1997 dan Rp.
45.000orang 2003 2
Pendapatan rata-rata angkutan sungai rata-rata Rp. 50.000unit 1997 dan Rp. 100.000unit 2003 3
Lama hari tidak operasi rata-rata 55 hari dan 21 hari 38 diantaranya karena akibat adanya asap kebakaran hutan dan lahan
4 Lama hari penurunan penumpang rata-rata 70 hari dan 31 hari 44 diantaranya karena akibat adanya asap
kebakaran hutan dan lahan
177
Total kerugian dari angkutan sungai akibat asap kebakaran hutan dan lahan dalam bentuk penurunan produktivitas angkutan sungai yaitu sebesar Rp.
11,3 juta tahun 1997 dan Rp. 17,37 juta 2003, dengan kerugian terbesar akibat
penurunan penumpang Tabel 34. Atas dasar asumsi dampak yang terjadi
disebabkan kebakaran di Kabupaten Sintang bukan dari daerah lain, maka kontribusi persatuan luas areal terbakar terhadap kerugian angkutan sungai yaitu
sebesar Rp. 874ha 1997 dan Rp. 1.599ha 2003. Hal ini berarti bahwa kebakaran hutan dan lahan memberikan pengaruh pada menurunnya pendapatan
masyarakat baik terhadap pemilik maupun pengguna jasa angkutan sungai. Dari total kerugian diketahui bahwa kerugian rata-rata angkutan sungai
yaitu Rp. 491.304unit atau rata-rata perhari Rp. 40.861 unithari tahun 1997 dan kerugian berdasarkan ongkos angkut tahun 2003 yaitu sebesar Rp. 899.698 per
unit atau rata-rata Rp. 79.162unithari meningkat 82. Kerugian terbesar diakibatkan karena penurunan penumpang 85 sedang kerugian akibat tidak
beroperasi hanya 15. Rendahnya kerugian angkutan yang tidak beroperasi terkait dengan jumlah unit kendaraan dan tingkat kerugian perhari. Sementara
kerugian dari penurunan penumpang lebih tinggi karena angkutan sungai tetap beroperasi meskipun jumlah kerugian perunit angkutan sungai relatif kecil.
C. Angkutan Udara