Taman Wisata Alam Baning TWA Baning

Sementara potensi flora yang dominan dan dimanfaatkan masyarakat antara lain: tumbuhan obat daun bunga pemecah, akar pasak bumi, akar kampelas, kulit kayu gronggang, rotan, tengkawang, bambu dan durian. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Potensi Fauna Flora Perhektar pada Areal Terbakar di Taman Nasional Bukit Baka No Jenis fauna flora Potensi atau Kerapatan ha A Fauna: 1 Babi hutan 1 - 2 ekor 2 Rusa 0,5 – 1 ekor 3 4 5 Tembadau Monyet ekor panjang Kengkareng hitam 0,5 - 1 ekor 0,5 - 1 ekor 2,5 – 3 ekor 6 7 Julang jambul hitam Nuri Tanau 1,3 – 2 ekor 2,3 ekor 8 9 Tekukur Biawak 2 ekor 0,5 – 1 ekor B Flora : 1 Tanaman Obat 35 kg 2 Tengkawang 100 kg 3 Rotan 20 batang 4 Bambu 20 batang 5 Durian 50 biji Sumber: Data Primer 2003 dan Laporan Potensi TNBB.

4.2. Taman Wisata Alam Baning TWA Baning

Hutan wisata Baning terletak pada pusat wilayah Kecamatan Sintang yang diapit oleh jalan Lintas Sintang-Putussibau menuju Kabupaten Kapuas Hulu dan Jalan Kelam menuju Taman Wisata Alam Bukti Kelam Jalan antar Kabupaten Sintang-Putussibau. Secara Geografis Hutan Wisata Baning di Kabupaten Sintang terletak antara 1 o 03’-1 o 16’ LS dan 110 o 37’ BT. Dan terletak pada daerah administrasi Kecamatan Sintang, Kabupaten Sintang Propinsi Kalimantan Barat. Pengelolaan kawasan ini menjadi tanggung jawab Sub Seksi KSDA Sintang. Sedangkan secara administrasi kehutanan masuk wilayah kerja KPH Sintang. Bagian utara berbatasan dengan Kelurahan Tanjung Puri, sebelah selatan dengan jalan Pontianak Putussibau Jalan Baning Kecamatan Sungai Tebelian, sebelah barat dengan Akcaya II Desa Teretung, dan sebelah timur dengan Mungguk Kemantan Akcaya I Kelurahan Kapuas Kanan Hulu. 87 Hutan wisata ini dibangun dengan Surat Keputusan Bupati Sintang No. 07A-II1975 tanggal 1 Juni 1975 tentang penutupan jalan Baning dan jalan Kelam Km. 2 dengan luas 315 ha. Kemudian dengan adanya pertimbangan pemerintah daerah bahwa Taman Wisata Baning menurut Peta Tata Guna Hutan Kesepakatan TGHK Propinsi Kalimantan Barat berada pada areal penggunaan lain yang secara teknis seharus merupakan Kawasan Hutan dan letaknya dekat daerah kota sehingga menjadi paru-paru kota dan lokasi rekreasi alam terbuka maka terbitlah Surat Penunjukan oleh Menteri Kehutanan No. 129Kpts-II1990 tanggal 10 April 1990 tentang perubahan fungsi hutan lindung menjadi hutan wisata dan pertama kali ditetapkan dengan luas kurang lebih 315 ha. Jenis tanah didominasi oleh gambut, gley dan organosol dengan kemiringan lahan antara 0 – 3 persen. Berdasarkan data jenis tanah, lereng dan bahan induk tanah dari Peta Tanah Propinsi Kalimantan Barat dan peta Rupa Bumi skala 1:50.000, TWA Baning terbagi ke dalam 5 unit lahan. Kondisi hutan Taman Wisata Alam Baning sejak tahun 1976 sampai dengan 1992 banyak mengalami perubahan dimana sebagian masyarakat yang tinggal disekitar kawasan menggarap tanah untuk berkebun, menebang pohon untuk bahan bangunan, mengambil kayu bakar, hingga ada yang sudah berdomisili hingga sekarang. Status kepemilikan tanah ada yang sudah dilengkapi Surat Keterangan Tanah SKT dan Sertifikat Tanah. Hasil survei sekitar lokasi TWA Baning, luas kepemilikan antara 100-2000 m 2 dengan luas rata-rata 215,43 m 2 KK. Oleh sebab itu, pada tahun 1992, Sub Balai Inventarisasi dan Perpetaan Hutan Sintang bersama-sama dengan Panitia Tata Batas yaitu sesuai dengan petunjuk SK No. 129Kpts-II1990 mengadakan tata batas definitif Taman Wisata Baning dan hasilnya luas kawasan berkurang menjadi 213 ha. Hasil survey responden 60 orang di sekitar TWA Baning ternyata sedikit masyarakat yang mengetahui upaya konservasi hutan 20 dan 80 responden menganggap TWA Baning tersebut menjadi tugas aparat kehutanan dan Pemda untuk menjaganya. Melihat kondisi sekarang dengan laju pembangunan Kota Sintang yang semakin maju dan harga tanah yang melonjak naik, sehingga desakan di TWA Baning cukup besar. 88 Kebakaran pada tahun 1997 di TWA Baning mencapai luas 59,5 hektar, areal terbakar merupakan kombinasi antara faktor alam dan faktor sosial. Asal kebakaran berawal dari pembakaran alang-alang oleh penduduk sekitar. Kemudian merambat ke dalam kawasan yang dibatasi oleh parit. Titik-titik api sulit dikendalikan karena setelah api padam, maka bara api bergerak dibawah permukaan tanah gambut yang sewaktu-waktu akan muncul ditempat tak terduga. Letak lokasi kebakaran Taman Wisata Baning dapat di lihat pada Gambar 10. Vegetasi semai didominasi oleh jenis-jenis regas, meranti merah, ubah putih dan kelansau. Vegetasi pancang dominan yaitu mabang, rengas, ubah merah dan resak. Vegetasi tiang dominan antara lain sempetir, resak dan rengas. Sedang untuk vegetasi tingkat pohon didominasi oleh jenis rengas, mabang, merebung dan sempetir. Vegetasi yang dominan menurut jumlah individu, kerapatan, dan INP perhektar dapat dilihat Tabel 8. Tabel 8. Stratifikasi Vegetasi Dominan Menurut Jumlah Individu dan INP perhektar pada Areal Terbakar di Taman Wisata Baning No Vegetasi Jenis Jumlah individu KR FR DR INP Pakis Engkerejai 178 5.937,50 11,23 - 31,88 Suli 131 4.375,00 10,11 - 25,32 1 Tumbuhan Bawah Pakis Kubuk 94 3.125,00 8,98 - 19,85 Rengas 455 15.156 29,79 - 85,22 Ubah Putih 70 2.343,75 12,77 - 21,34 2 Semai Meranti Merah 42 1.406,25 12,77 - 17,91 Mabang 23 120,00 14,49 26,70 48,27 Rengas 47 250,00 20,28 13,40 48,44 3 Pancang Ubah Merah 61 325,00 14,49 9,36 43,03 Sempetir 33 43,75 13,46 25,85 57,09 Resak 20 26,25 13,46 13,07 37,20 4 Tiang Rengas 15 20,00 13,46 12,39 33,99 Rengas 14 18,75 19,75 46,57 81,10 Mabang 11 14,38 13,58 22,97 47,88 5 Pohon Merebung 14 18,75 12,34 8,29 35,41 Sumber: Data Primer 89 Gambar 10. Peta Lokasi Kebakaran di TWA Baning 90 Selain kerugian vegetasi tanaman hutan, kebakaran di areal hutan wisata Baning menyebabkan pula kehilangan potensi flora fauna. Beberapa jenis fauna yang dominan dan mengalami kematian antara lain: tupai, ayam hutan, babi hutan, burung murai, cucak rawa, burung punai, kupu-kupu gajah dan katak hijau. Sementara untuk jenis flora, potensi yang hilang akibat kebakaran yaitu tanaman obat antara lain: pandan, mali-mali, kadok, dan asam maram. Gambaran potensi flora fauna yang diduga terbakar dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Potensi Fauna Flora Perhektar pada Areal Terbakar di Taman Wisata Alam Baning No Jenis fauna flora Potensi Perhektar A Fauna: 1 Babi hutan 0,5 - 1 ekor 2 Ayam hutan 0,6 - 1 ekor 3 Burung murai 1,5 ekor 4 Burung cucak rawa 1 - 2 ekor 5 Burung punai 2,1 ekor 6 7 Kupu-kupu gajah Katak hijau 3 ekor 2 ekor B Flora: 1 Tanaman Obat Pandan, mali-mali, kadok, asam arang 25 kg Sumber: Data Primer 2003 dan Potensi TWA Baning, 2002.

4.3. HTI PT Finantara Intiga