3.2. Identifikasi dan Inventarisasi Areal Yang Terbakar
Identifikasi distribusi dan kondisi kerusakan tegakan akibat kebakaran, hutan dan lahan yang terbakar akan dipetakan berdasarkan tingkat kerusakannya
dengan menggunakan peta kerja di areal HTI, Taman Nasional, Taman Wisata, dan Lahan Perkebunan. Pengukuran derajat kerusakan tegakan akibat kebakaran
hutan dapat diformulasikan dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Pawirosoemardjo 1979 dalam Yuwono 1999:
100 3
x xn
Jsp I
=
dimana: I = derajat kerusakan hutan akibat kebakaran
Jsp = jumlah nilai dari N pohon yang ada dalam tiap petak coba 3
= nilai tertinggi dari keempat klasifikasi akibat kebakaran pohon tidak terbakar = 0; terbakar basah = 1; terbakar kering = 2; dan
terbakar hangus = 3 N = jumlah pohon yang terdapat dalam tiap petak coba
Tingkat kerusakan dibagi menjadi ringan, sedang, berat dan sangat berat, berdasarkan jumlah pohon yang masih hidup sehat kondisi tajuk yang masih
hijau dengan kriteria sebagai berikut ITCI dan Fakultas Kehutanan IPB, 1998: a. Kerusakan ringan: apabila persentase jumlah pohon yang merana, mati baik
dan mati rusak 25 pohon hidup 75 b. Kerusakan sedang: apabila persentase jumlah pohon yang merana, mati baik
dan mati rusak berkisar antara 25 dan 50 pohon hidup antara 50 -75 c. Kerusakan berat: apabila persentase jumlah pohon yang merana, mati baik dan
mati rusak antara 50 dan 75 pohon sehat antara 25 dan 50 d. Kerusakan sangat berat: apabila persentase jumlah pohon yang merana, mati
baik dan mati rusak 75 pohon hidup sehat 25 . Selanjutnya peta tingkat kerusakan diplot pada peta RKLRKT dan Peta
Kebakaran Hutan dan Lahan untuk mengetahui kerusakan pada setiap peruntukan kawasan. Peta kerusakan ini diplotkan pula pada peta RKLRKT untuk
37
memperoleh tingkat kerusakan pada setiap RKLRKT. Peta ini akan dikoreksi berdasarkan hasil inventarisasi terestris.
3.3. Pengukuran Vegetasi dan Pendugaan Populasi Satwa
3.3.1. Vegetasi
Penelitian sampel plot vegetasi pada areal terbakar dengan metode two stage cluster sampling
dalam bentuk kelompok dengan ukuran sama. Teknik ini dipilih dengan dasar areal yang diteliti luas sehingga tidak memungkinkan semua
bagian cluster untuk diinventarisasi dan akan mempermudah dalam menghitung besarnya kerusakan akibat kebakaran hutan pada setiap cluster. Tahapan
pengambilan contoh melalui pendekatan two stage cluster sampling adalah sebagai berikut:
a. Mendelineasi areal dalam strata-strata yang homogen satuan unit lahan, jenis dan umur tanaman serta kerapatan kedalam blok-blok yang terbakar di areal:
HTI Inhutani III; TN. Bukit Baka; TWA Baning; HTI Finantara Intiga, dan areal perkebunan yang terbakar TCSDP Nanga Pinoh dan lahan
perkebunan masyarakat. b. Membagi strata menjadi petak-petak atau cluster dengan ukuran persegi
panjang 20 x 100 meter. c. Memilih cluster- cluster contoh dari setiap petak yang mewakili keadaaan
tingkat kebakaran, kelerengan, jenis dan kerapatan vegetasi, serta tahun tanam purposive sampling.
d. Memilih unsur-unsur dari setiap cluster terpilih sebagai unit contoh tingkat kedua dengan intensitas sampling 0,1 sampai 10 disetiap areal terbakar
dan yang tidak terbakar. Intensitas sampling di TNBB, TWA Baning, Finantara Intiga dan
perkebunan TCSDP IS =5, sementara untuk Inhutani III IS= 0,1 dan lahan perkebunan rakyat IS =10. Perbedaan IS dipengaruhi oleh: satuan unit
lahan, kerapatan vegetasi, jenis dan umur tanaman tahun tanam, luas areal terbakar. Luas sampel penelitian areal yang terbakar yaitu 42 ha terdiri atas:
TNBB 12 ha, TWA Baning 3 ha, Finantara Intiga 1,25 ha, Inhutani III 12
38
ha, Perkebunan TCSDP 3,8 ha dan Kebun Masyarakat 10 ha Tabel 3.
Metode yang digunakan dalam analisis vegetasi pada setiap petak contoh terpilih yaitu kombinasi antara metode jalur dan metode garis berpetak. Dalam
metode ini risalah pohon dilakukan dengan metode jalur dan permudaan dengan
metode garis berpetak seperti Gambar 4.
Tabel 3. Blok dan Petak Contoh Areal Terbakar
Luas ha Jumlah PTK Contoh
Luas PTK Contoh Ha
PJG JALUR km Total
Tidak Terbakar
Sebelum Setelah Sebelum Setelah Sebelum Setelah LokasiBlok Kebakaran
Terbakar IS 5
TNBB 181,090
4 blok KM 14,20,27,40
446
216 230 0.05 270 300 11 12 5.40 5.75
TWA Baning
213 3 blok HW 5-10;
HW 20-30; HW 44-40 118
59 60 0.05 75 75 3 3 1.47 1.49
HTI Finantara Intiga 299,700
Blok CSei Seria 18,500
Th.tnm 19931994 40
25 15 0.05 30 20 1.25 1.25 0.63 0.38
HTI Inhutani III 129,250
6 blok Thn. Tnm 1991
Sd 1997 23,824
11,372 12,452 0.001 284 310 11 12 5.69 6.23
Perkebunan TSCDP 448
4 blok 2 Kec. 4 Desa
Th. Tnm 19901991 178
102 76 0.05 128 95 5 4 -
-
Perkebunan Rakyat
1,320 4 blokKec. 12 Desa
Th. Tnm 19901991 252
161 91.2 0.10 400 228 16 10 -
-
Sumber: Hasil Survei Lapangan
Gambar 4. Desain jalur analisis vegetasi. D
D
Keterangan: Ukuran sub plot untuk berbagai stadium pertumbuhan adalah :
B C
D
B C
B C
A A
A
39
A. Semai dan Tumbuhan Bawah : 2 m x 2 m B. Pancang : 5 m x 5 m
C. Tiang : 10 m x 10 m D. Pohon : 20 m x 20 m
Dalam pengambilan contoh maka tumbuhan dibagi kedalam stadium pertum
n mulai dari kecambah sampai anakan setinggi kurang 1,5 m
Tiang :
berdiameter 10 cm sampai kurang dari 20 cm. herba dan
arameter vegetasi yang diukur dilapangan adalah sebagai berikut:
g kerapatan hui prosentase penutupan
d. mengetahui luas bidang dasar yang diantaranya
e. ohon total.
3.3.2. Satwa
pendugaan populasi satwaliar atau fauna pada areal yang terbakar dan tid
buhan semai, pancang, tiang dan pohon. Kriteria yang dapat digunakan adalah sebagai berikut :
Semai : Permudaa
Pancang : Permudaan dengan tinggi 1,5 meter sampai anakan berdiameter kurang
dari 10 cm. Pohon muda
Pohon : Pohon dewasa berdiameter 20 cm sampai lebih dari 20 cm.
Tumbuhan bawah : Tumbuhan selain permudaan pohon, misalnya rumput, semak-semak.
P a. Nama spesies lokal dan ilmiah
b. Jumlah individu untuk menghitun c. Penutupan tajuk covering untuk mengeta
vegetasi terhadap lahan. Diameter batang untuk
sangat berguna untuk memprediksi volume pohon dan tegakan. Tinggi pohon baik tinggi pohon bebas cabang maupun tinggi p
Tinggi pohon ini cukup penting untuk mengetahui stratifikasi dan menduga volume pohon serta volume tegakan.
Metode ak terbakar yaitu cara pengamatan langsung perjumpaan dan suara pada
setiap jalur pengamatan, dan berdasarkan informasi dari masyarakat pengumpul hasil hutan. Pendugaan populasi jenis fauna yang teramati dihitung berdasarkan
kerapatan individuha yaitu jumlah individu suatu spesies dibagi panjang jalur x lebar jalur dalam ha. Panjang jalur 500 m dan jarak antar jalur 20 meter dari
40
setiap areal yang terbakar dan tidak terbakar. 3.4. Teknik Penentuan Populasi dan Responden
pulan orang atau lembaga menuru
ntang 1998,
yang terkena dampak sebanyak 1.756 orang pada
kasi dan memilih penduduk secara langsung yang terkena
2 inimal 10 disetiap
Populasi dalam penelitian ini adalah sekum t jenis pekerjaan yang terkena dampak akibat kebakaran hutan dan lahan
periode Agustus 1997 – Desember 1997 di Kabupaten Sintang. Dasar penentuan populasi dan responden menurut jenis pekerjaan karena memiliki resiko yang
berbeda baik pendapatan dan lama hari kerja, sehingga adanya kebakaran akan memberikan kerugian hari kerja dan tingkat pendapatan yang berbeda pula.
Berdasarkan Informasi dari Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Si jumlah penduduk yang tidak bekerja akibat kebakaran hutan dan lahan
tahun 1997 yaitu 23.715 orang 13 dari penduduk yang bekerja 182.420 orang. Dari jumlah tersebut penduduk pada lima kecamatan sampel sebanyak
6.077 orang ± 10 dari 59.310 orang pekerja, dengan jumlah penduduk yang tidak kerja pada 17 desa sampel sebanyak 1.756 orang yang distratifikasi dan
dipilih menurut jenis pekerjaan yaitu: pegawai negeri, pegawaiburuh swasta, petanipekebun, pengumpul hasil hutan kayu dan non kayu, petani perkebunan
TCSDP, pedagang dan pegawai HTI. Berdasarkan populasi penduduk
17 desa sampel dalam penelitian ini, selanjutnya ditentukan jumlah responden sebanyak 250 orang
± 14 dengan teknik stratified random sampling sebagai berikut:
1 Menstratifi dampak asap kebakaran hutan dan lahan tahun 1997, menurut jenis
pekerjaan petani atau pekebun, pengumpul hasil hutan, pegawai negeri, pengusaha atau pegawai swasta, pedagang, dan pegawai HTI, terutama
penduduk terdekat yang berada pada lokasi kebakaran. Menentukan jumlah sampel atau responden penduduk m
desa sampel berdasarkan keragaman pekerjaan dan homogenitas dampak yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan dan lahan lama tidak kerja, jenis
penyakit, jenis usaha, dampaknya pada kesehatan.
41
3 Melakukan pengambilan sampel secara acak pada setiap penduduk yang
.4.1. Responden Pengguna Sumberdaya Hutan
a hutan terdiri atas dua yaitu perusah
Tabel 4. Populasi dan Responden Penelitian
No Jenis Pekerjaan
k Kecamatan
Penduduk Desa Sampel
Responden Penduduk
Desa Sampel Persen-tase
Responden
terkena dampak kebakaran menurut jenis pekerjaannya yaitu : petani atau pekebun pada lahan masyarakat 101 orang, pengumpul hasil hutan 63
orang, pekebun TCSDP 38 orang, pegawai negeri 20 orang, pengusaha pegawai swasta 10 orang, pedagang 12 orang dan pegawai HTI 6
orang. Rincian selengkapnya kerangka sampling serta jumlah populasi dan
responden dapat dilihat pada Gambar 5 dan Tabel 4. 3
Karakteristik responden pengguna sumberday aan dan masyarakat. Responden Perusahaan yaitu HTI-Trans Inhutani III
dan HTI Finantara Intiga. Responden masyarakat pengguna sumberdaya hutan berjumlah 164 orang 11 desa meliputi: petani dan pekebun 101 orang dan
pengumpul hasil hutan kayu dan flora fauna 63 orang yang tinggal di sekitar hutan. Pengguna hasil hutan distratifikasi menurut areal hutan yang terbakar yaitu:
HTI Inhutani III 30 orang desa Kebubu, Nangan Man dan Nanga Kayan; HTI Finantara Intiga 30 orang desa Sei Serian dan Empura; Taman Wisata Baning
44 orang Tanjung Puri, Ladang dan Baning Kota; dan Taman Nasional Bukit Baka 60 orang Nanga Siyai, Ella Hulu dan Menukung Kota.
Pendudu Sampel yg
Terkena Dampak
orang
1
yg Terkena Dampak
orang
2
yg Terkena Dampak
orang Desa Sampel
1 Pegawai Negeri
4 478 167
20 11.9
2 Pengusahapegawai Swasta
4. 8
1
hutan kayu non kayu
Jumlah
6. 1.7
25 365 91 10
10.96
3 PetaniPekebun
177 35 01
12.09
4 Pengumpul hasil
414 311 63
20.29
5 Perkebunan Karet TCSDP petani
224 179 38
21.21
6 Pedagang
255 115 12
10.44
7 Peg. HTI
163 57 6
10.53 077
56 0 14.24
1 Populasi penduduk ampak berdasarkan dat
formasi dari Kecamatan dan Desa Dinas Terkait dan Perusahaan
desa. terkena d
a dan in Sampel,
2 5 Kecamatan Sampel : Sintang, Nanga Pinoh, Belimbing, Menukung dan Ketungau Hulu dengan jumlah desa sampel sebanyak 17
42
Gambar 5. Kerangka Sampel Sampling Frame
.4.2. Responden Usahatani dan Perkebunan
rdiri atas perkebunan TCSDP- Sintang
Kabupaten Sintang
Kecamatan Sintang, Nanga Pinoh, lu
Belimbing, Menukung, Ketungau Hu
Desa Sampel 17 : Sintang 3, Nanga Pinoh 6, Belimbing 3, Menukung
3, Ketungau Hulu 2 23.715 org
6.077 org
1.756 org PURPOSIVE
STRATIFIED RANDOM
SAMPLING
1. Peg. Negeri
n P
2. Peg. Swatsa
3. PeTaniKebu
4. Pengumpul HH
5. Pekebun TSCD
6. Pedagang
7. Peg. HTI
RANDOM SAMPLING
250 orang Responden
3
Responden usahatani dan perkebunan te dan lahan perkebunan masyarakat yang terbakar. Jumlah responden
TSCDP yang menderita kebakaran lahan tahun 1997 yaitu 38 orang dari 4 desa yaitu Sidomulyo 8 orang, Tanjung Pauh 14 orang, Tanjung Sari 6 orang dan
Langan 10 orang. Sementara responden lahan perkebunan masyarakat yang terbakar yaitu dengan jenis tanaman karet berjumlah 40 orang yang meliputi 4
kecamatan dari 104 orang yang mengalami kebakaran lahan perkebunan, yaitu: Kec. Nanga Pinoh Tanjung Sari, Tanjung Pauh, Sidomulyo; Kec. Belimbing
Nanga Paya, Langan, UPT X Nanga Keberak; Kec. Sintang Ladang, Tanjung Puri, Baning; dan Kec. Menukung Nanga Siyai, Ella Hulu, Menukung Kota.
43
3.4.3. Responden Dampak Asap Kebakaran Hutan dan Lahan
n lahan terdiri atas 5
menderita sakit dipilih secara acak menurut cara pe
portasi berjumlah 6 orang pengusaha, terdiri
n berjumlah 4
kan ketika penelitian, sehingga enggu
Responden yang terkena dampak asap kebakaran hutan da stratifikasi dan dipilih secara acak dengan jumlah seluruhnya 172 orang,
yaitu: masyarakat yang menderita sakit 20 orang, penduduk tidak masuk kerja 82 orang, perusahaan transportasi 6 orang, hotel dan penginapan 4 orang dan
masyarakat yang mengusahakan tanaman pangan 60 orang, data pengunjung wisata menggunakan data sekunder.
Responden masyarakat yang ngobatan, yaitu: a berobat ke Rumah SakitPuskesmasDokter sebanyak 5
orang menginap 3 orang dan tidak menginap 2 orang; b membeli obat 10 orang dan beli masker 5 orang. Penduduk yang tidak masuk kerja dipilih
secara acak menurut stratifikasi jenis pekerjaan pegawai negeri, swasta, petani dan buruh tani, dan pedagang. Pengambilan sampel pegawai negeri 20 orang
berasal dari pegawai kecamatan atau sebanyak 2-7 atau rata 4 orang perkecamatan 5 kecamatan. Responden petanipekebun dan buruh tani diambil
secara acak dari setiap lokasi penelitian kebakaran HTI, Taman Wisata, dan Taman Nasional yang berjumlah 50 orang 5 orang dari 10 desa. Pengambilan
responden pedagang dilakukan di tingkat kabupaten dan kecamatan yang berjumlah 12 orang terdiri atas: pedagang kabupaten 2 orang dan pedagang
kecamatan 2 orang 5 kecamatan. Responden perusahaan trans
atas pengusaha angkutan darat 4 orang Kecamatan Sintang dan Kecamatan Nanga Pinoh dan pengusaha angkutan sungai 2 orang Kecamatan Nanga Pinoh
dan Menukung. Pengambilan responden pengusaha transportasi angkutan udara tidak dilakukan secara langsung tetapi dengan menggunakan data sekunder dan
informasi dari Bandara Susilo Sintang dan Bandara Nanga Pinoh. Responden pengusaha swasta yaitu hotel dan penginapa
orang, terdiri atas 2 orang pengusaha hotel Sesean dan Flamboyan dan 2 orang pengusaha penginapan Alisya dan Tanjung Puri.
Responden pengunjung wisata tidak ditemu m
nakan data sekunder dari Pengelolan TNBB, BKSDA Sintang dan Dinas Pariwisata Kabupaten Sintang. Sementara responden masyarakat yang mengalami
44
kerugian penurunan produksi tanaman pangan padi, palawija dan sayur-sayuran akibat kabut asap kebakaran berjumlah 60 orang 5 orang per 12 desa.
3.5. Jenis Data, Cara Pengumpulan dan Sumber Data
perlukan diklasifikasi menuru
3.5.1. Faktor-Faktor yang Diduga Mempengaruhi Kebakaran Hutan dan Lahan
empengaruhi dan mempercepat
2 ng diduga mempengaruhi kebakaran hutan
b. Cara pengumpulan dan sumber data, yaitu: 1 membagi areal yang terbakar Sesuai dengan tujuan penelitian, data yang di
t faktor penyebab kebakaran hutan dan lahan, nilai kerugian ekonomi dari kerusakan sumberdaya hutan dan lahan, baik yang ternilai dan tidak ternilai oleh
pasar, dan nilai kerugian ekonomi akibat asap kebakaran. Rincian selengkapnya mengenai jenis, cara pengumpulan dan sumber data diuraikan sebagai berikut:
a. Data yang diperlukan untuk mengetahui korelasi antara faktor alam dengan aktivitas sosial ekonomi masyarakat yang diduga sebagai penyebab kebakaran
hutan dan lahan diuraikan sebagai berikut: 1 Faktor-faktor alam yang diduga m
kebakaran hutan dan lahan ada empat yaitu: suhu, kelembaban udara, curah hujan, jumlah hari hujan.
Faktor-faktor sosial ekonomi ya dan lahan ada sembilan yaitu: pola pembukaan lahan dengan
menggunakan api, jumlah titik panas hot spot, sistem pencegahan kebakaran, jenis tanaman, status kepemilikan lokasi pengusahaan tanaman
hutan, perkebunan, dan tanaman pangan oleh masyarakat dan pengusaha, letak lahan usaha atau pemukiman masyarakat terhadap lokasi kebakaran
enclave, sikap dan kepedulian terhadap api, aturan adat istiadat setempat dalam pembukaan lahan, dan sikap ketidakpuasan masyarakat dalam
pengelolaan hutan.
dari setiap lokasi kebakaran HTI, TWA, Taman Nasional, dan lahan perkebunan di lima kecamatan sampel yaitu: Sintang, Nanga Pinoh,
Belimbing, Menukung, dan Ketungau Hulu; 2 mencatat data-data suhu, kelembaban, curah hujan, hari hujan dan jenis tanaman dari setiap blok di
setiap kecamatan sampel; 3 menentukan jumlah hot spot pada setiap blok
45
atau areal berdasarkan data Citra Landsat dan Peta Rawan Kebakaran Hutan tahun 19971998 serta informasi masyarakat atau pengusaha hutan; 4
menentukan letak lokasi pemukiman terhadap blok atau areal yang terbakar; 5 melakukan wawancara langsung kepada responden petani dan pengusaha
hutan mengenai: pola pembukaan lahan, sistem pengendalian dini kebakaran, dan data sosial ekonomi yang mempengaruhi kebakaran hutan dan lahan.
Sumber data primer dari petani dan perusahaan, sedang data sekunder
3.5.2. Kerugian Ekonomi Sumberdaya Hutan
utan
akar, dan produk hutan
b. onden pengusaha HTI Inhutani III
antara lain berasal dari: peta kebakaran dan data laporan di kantor PUSDALKARHUTLA Laporan dan data Citra Landsat tahun 19971998,
Badan Meteorologi dan Geofisika Sintang, Kecamatan Dalam Angka, Data ANDAL dan Rencana Karya Tahunan RKT dari HTI Finantara 1996 dan
2000 HTI Inhutani III 19961997 dan 19981999, Data Penanaman dari Perusahaan HTI Inhutani III dan Finantara Intiga dan lahan perkebunan
TCSDP dan Lahan Masyarakat, peta dan potensi Taman Wisata Alam Baning UKSDA 1999-2001 maupun Taman Nasional Bukit Baka TNBB,
1999 dan 2002, dan Dinas Kehutanan Kalimantan Barat 1998 dan 2002.
A. Hilangnya Manfaat Langsung Sumberdaya H
a. Manfaat langsung sumberdaya hutan kayu, kayu b non-kayu. Jenis data yang diperlukan yaitu: 1 peta luas area kebakaran
hutan; 2 potensi tegakan kayu dan hasil hutan non kayu lainnya; 3 Kemampuan masyarakat mengumpulkan kayu bakar, flora dan fauna; 4
biaya pembangunan HTIHPH yang terbakar; 5 harga kayu, kayu bakar dan produk hutan non-kayu per satuannya.
Data tersebut dikumpulkan dari: 1 resp dan Finantara Intiga dan masyarakat sekitar pengguna hasil hutan 5 desa
yaitu: Kebubu, Nanga Man, Nanga Kayan, Sei Seria dan Empura, 2 Dinas Kehutanan dan Perdagangan Kabupaten Sintang, 3 pedagang dan
pengumpul hasil hutan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara: 1 wawancara langsung dilapangan dengan menggunakan daftar pertanyaan, dan
2 pengumpulan data sekunder.
46
B. ng Sumberdaya Hutan
n hutan yang akan
b. ehilangan fungsi hutan sebagai pengendali banjir dan penyedia
c. apan karbon yaitu dengan menduga potensi karbon pada
Hilangnya Manfaat Tidak Langsu
a. Manfaat tidak langsung yang hilang atau kerugian kebakara dinilai dalam penelitian ini yaitu: 1 pengendali erosi tanah, 2 pengendali
banjir, 3 penyedia air, dan 4 penyerapan karbon. Jenis data untuk menghitung kerugian kerugian fungsi hutan sebagai pengendali erosi: 1 peta
luas area kebakaran hutan; 2 faktor erosivitas hujan; 3 faktor erodibilitas tanah; 4 panjang dan kemiringan lereng; 5 faktor pengelolaan tanaman; 6
faktor pengelolaan tanah; 7 harga pupuk Urea, TSP, dan KCl. Verifikasi dampak erosi akibat kebakaran hutan dibandingkan antara pendugaan erosi
aktual USLE sebelum dan setelah kebakaran. Pengumpulan data dengan cara studi literatur, pengumpulan data sekunder, observasi lapangan, dan
wawancara responden. Sumber data: 1 Badan Meteorologi dan Geofisika, Dinas Kehutanan TNBB dan BKSDA, Dinas Perdagangan dan
Perindustrian Kabupaten Sintang, 2 pengusaha HTI dan responden masyarakat.
Perhitungan k air menggunakan metode rasional pendekatan aliran permukaan. Data yang
diperlukan yaitu: 1 luas areal terbakar, 2 koefisien aliran permukaan, 3 jumlah curah hujan tahunan, 3 jumlah aliran permukaan, dan 4 kesediaan
masyarakat untuk membayar agar tidak terjadi banjir, 5 harga air permeterkubik. Sumber data: 1 Badan Meteorologi dan Geofisika, Dinas
Kehutanan TNBK dan BKSDA, dan kantor PDAM Kabupaten Sintang, 2 Dinas Pengairan dan Irigasi, 3 Jawatan Topografi Angkatan Darat, 3
Perusahaan Finantara Intiga dan Inhutani III, serta 4 masyarakat sekitar lokasi kebakaran.
Perhitungan penyer tanaman dengan menggunakan persamaan Allometric dari Brown 1997
untuk jenis tanaman kayu atau pohon. Pendugaan manfaat tanaman perkebunan dalam penyerapan karbon menggunakan persamaan allometric
menurut jenis tanaman. Untuk tanaman karet dan akasia mangium menggunakan persamaan yang telah diteliti oleh Tampubolon et al. 2001;
tanaman pinus merkusii menggunakan persamaan yang digunakan oleh
47
Hendra 2002; dan untuk tanaman sawit mennggunakan persamaan yang dihasilkan oleh Soekisman dan Mawardi 2001.
Sebagai pembanding digunakan pendekatan jumlah pelepasan karbon akibat
d. arbon stock
. Hilangnya Manfaat Sumberdaya Hutan Fungsi Keanekaragaman Hayati,
. lue
nilai yang tidak dikonsumsi
b. bequest value
kebakaran hutan dan lahan tahun 1997 di Indonesia sebesar 27,21 ton Cha EEPSEA dan WWF, 1998 dalam Glover and Timothy, 1999.
Data yang diperlukan untuk perhitungan potensi karbon k menurut Hairiah et al. 2001 yaitu: 1 diameter pohon, 2 tinggi pohon
yang terbakar, 3 kerapatan kayu per pohon, 4 jumlah rata-rata pohon yang terbakar perhektar, 5 luas areal hutan yang terbakar, dan 3 nilai karbon per
ton. Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan dan data sekunder, serta pendekatan transfer manfaat transfer benefit dari
kondisi hutan yang sejenis yang diperoleh dari studi literatur.
C dan Keberadaan Habitat
non use value
Sumberdaya hutan yang bersifat non use va a
langsung atau manfaat potensial meliputi: konservasi keanekaragaman hayati, dan spesies langka, dan habitat. Nilai potensial yang tidak
dimanfaatkan dari sumberdaya hutan ini diukur atas dasar nilai pilihan option value, nilai warisan bequest value dan nilai keberadaan existence
value . Data yang diperlukan untuk mengukur manfaat nilai pilihan yaitu: 1
manfaat pilihan rata-rata perhektar hutan dari setiap responden, 2 luas areal hutan yang terbakar, dan 3 biaya konservasi keanekaragaman hayati
capture biodiversity. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan mengenai kesediaan membayar responden.
Data yang diperlukan untuk mengukur manfaat nilai warisan dan nilai keberadaan hutan existence value yaitu: 1 nilai manfaat warisan
dari habitat satwa dan flora fauna perhektar hutan dari setiap responden, 2 nilai manfaat keberadaan habitat, spesies langka, flora fauna endemik
perhektar hutan dari setiap responden, dan 3 luas areal hutan yang terbakar. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan
mengenai kesediaan membayar responden. Sebagai pembanding, nilai keberadaan hutan perhektar didasarkan pada studi literatur dengan metode
48
transfer benefit , hasil penelitian EEPSEA dan WWF 1998; Costanza et al.
1997 dalam Glover dan Timothy 1999.
.5.3. Kerugian Ekonomi Lahan Perkebunan
a luas area kebakaran lahan
b. unan dalam penyerapan karbon
c. tock
yaitu:
.4. Biaya PengendalianPemadaman Kebakaran Hutan dan Lahan
atau pemada
3
a. Data erosi yang diperlukan yaitu: 1 pet perkebunan; 2 faktor erosivitas hujan; 3 faktor erodibilitas tanah; 4
panjang dan kemiringan lereng; 5 faktor pengelolaan tanaman; 6 faktor pengelolaan tanah; 7 harga pupuk Urea, TSP, dan KCl. Verifikasi dampak
erosi akibat kebakaran lahan perkebunan dibandingkan antara pendugaan erosi aktual USLE sebelum dan setelah kebakaran. Pengumpulan data
dengan cara studi literatur, pengumpulan data sekunder, observasi lapangan, dan wawancara dengan responden. Sumber data yaitu: 1 Badan
Meteorologi dan Geofisika, Dinas Perkebunan dan Pertanian, Pengelola TCSDP, Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Sintang, serta 2
pengusaha kebun dan responden masyarakat. Pendugaan hilangnya fungsi tanaman perkeb
menggunakan persamaan allometric menurut jenis tanaman. Untuk tanaman karet dan akasia mangium menggunakan persamaan yang telah diteliti oleh
Tampubolon et al. 2001; tanaman pinus merkusii menggunakan persamaan yang digunakan oleh Hendra 2002; dan tanaman sawit menggunakan
persamaan yang dihasilkan oleh Soekisman dan Mawardi 2001. Data yang diperlukan untuk perhitungan potensi karbon karbon s
1 diameter tanaman perkebunan, 2 tinggi tanaman yang terbakar, 3 jumlah rata-rata tanaman terbakar perhektar, 4 luas areal kebun yang
terbakar, dan 5 nilai karbon per ton. Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan dan data sekunder, serta pendekatan
transfer manfaat transfer benefit dari kondisi tanaman perkebunan sejenis yang diperoleh dari studi literatur.
3.5
Data yang diperlukan untuk mengetahui biaya pengendalian man kebakaran hutan dan lahan yaitu: jumlah bantuan dana pengendalian
49
kebakaran hutanhektar, jumlah tenaga kerja perhari perhektar yang digunakan untuk memadamkan api, dan lama kebakaran. Pengumpulan data primer melalui
wawancara dengan pengusaha dan masyarakat, dan data sekunder dari PUSDALKARHUTLA, Dinas Kehutanan Sintang dan Kalimantan Barat.
3.5.5. Kerugian Ekonomi Kerusakan Tanaman Perkebunan dan Pertanian
perkeb
5.6. Kerugian Ekonomi Akibat Asap Kebakaran Hutan dan Lahan
itu: 1 jumlah penduduk yang sakit dan berobat ke Do
B. Penduduk Tidak Kerja
yaitu: 1 jumlah penduduk yang tidak bekerja akibat
Data yang diperlukan untuk mengukur nilai kerugian kebakaran tanaman unan dan tanaman pangan, yaitu: 1 luas areal perjenis tanaman yang
terbakar, 2 jarak tanam perjenis tanaman, 3 umur rata-rata tanaman, 4 produktivitas tanaman, 5 biaya pengusahaan tanaman, dan 6 harga produk
tanaman persatuannya. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara langsung dan menggunakan data sekunder.
3.
A. Kesehatan Masyarakat
Data yang diperlukan ya kterRumah Sakit, 2 jumlah penduduk yang rawat inap, 3 biaya
pengobatan dan perawatan perhari, 4 jumlah penduduk yang membeli obat dan masker, 5 jenis dan harga obat atau masker persatuan, dan 6 periode lamanya
kabut asap dalam satuan bulan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara: 1 survei rumah sakit dan puskesmas 2 survei responden masyarakat di sekitar
lokasi kebakaran, 3 menggunakan data sekunder dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang tahun 19981999.
Data yang diperlukan adanya asap, 2 lama hari tidak kerja, 3 gaji atau upah tenaga kerja
perhari. Pengumpulan data dengan cara: 1 pengumpulan data sekunder daftar absen pegawai pemerintah dan perusahaan swasta, dengan sampel instansi
kecamatan dan kabupaten dan perusahaan swasta perkebunan, pengusaha hotel dan penginapan, pengusaha transportasi, 2 pengambilan data primer dari
responden petani, buruh tani dan pedagang di tingkat desa dan kecamatan, dan
50
data Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Sintang tahun 19981999.
C. Gangguan Transportasi
yaitu: 1 jumlah perusahaan angkutan darat, lautsun
r pertany
D. Menurunnya Kunjungan Wisatawan dan HotelPenginapan
alam bentuk penuru
Data yang diperlukan gai dan udara di kabupaten Sintang, 2 jumlah angkutan yang tidak
beroperasi dari setiap jenis perusahaan, 3 lama hari atau frekuensi angkutan tidak beroperasi dari setiap jenis perusahaan angkutan, 4 jumlah angkutan yang
beroperasi dari setiap jenis perusahaan, 5 lama hari atau frekuensi angkutan beroperasi dari setiap jenis angkutan, 6 jumlah penumpang rata-rata perhari atau
per frekuensi angkutan, 7 ongkos atau biaya tiket dan sewa perjenis angkutan. Data diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan dafta
aan dan laporan dari setiap perusahaan angkutan. Sampel responden dalam penelitian ini yaitu: 1 pengusaha angkutan darat, pengusaha angkutan sungai,
perusahaan angkutan udara DAS dan MAS, 2 Pengelola Bandar Udara di Pontianak, Sintang, dan Nanga Pinoh, 3 Kantor Dinas Perhubungan Sintang dan
Kalimantan Barat tahun 19981999.
Penilaian dampak kerugian terhadap pariwisata selain d nan jumlah wisatawan juga termasuk dampak lanjutannya yaitu penurunan
jumlah pengunjung hotel akibat adanya kebakaran hutan dan lahan. Data yang diperlukan yaitu: 1 jumlah kunjungan wisatawan periode bulan Agustus –
Desember pada tahun 1996 dan tahun 1997; 2 jumlah hari kunjungan dan pengeluaran per orang perhari; 3 jumlah pengunjung hotel atau penginapan
periode bulan Agustus – Desember pada tahun 1996 dan tahun 1997; 4 jumlah rata-rata kamar hotel atau penginapan yang terisi periode bulan Agustus –
Desember pada tahun 1996 dan tahun 1997; 5 biaya penginapan perorang perhari, dan 6 jumlah hotel atau penginapan di Kabupaten Sintang.
Pengumpulan data dengan menggunakan daftar pertanyaan kepada pengusaha hotel dan penginapan, dan pengumpulan data sekunder dari Dinas Pariwisata,
Pengelola TNBB dan TWA Baning, Kantor Statistik Kabupaten Sintang.
51
E. Penurunan Produksi Tanaman Pertanian Pangan
a per hektar tanaman pangan
3.6. Batasan Unit Analisis