8 dengan membangun toko cinderamata. Penilaian terhadap dua skenario usaha,
baik dari aspek non-finansial maupun finansial, ditujukan untuk melihat manfaat tambahan yang dihasilkan dengan dibangunnya toko cinderamata.
Jumlah kunjungan wisatawan dan harga paket wisata merupakan dua faktor yang dapat mempengaruhi kelayakan usaha Kampung Budaya
Sindangbarang. Berdasarkan wawancara dengan pihak manajemen Kampung Budaya Sindangbarang, penurunan kunjungan wisatawan dapat mempengaruhi
pendapatan usaha. Kampung Budaya Sindangbarang juga beberapa kali menurunkan harga paket wisata untuk meningkatkan jumlah kunjungan
wisatawan. Untuk itu, analisis sensitivitas diperlukan untuk mengakomodasi unsur ketidakpastian kondisi usaha di masa yang akan datang terhadap penurunan
jumlah wisatawan dan harga paket wisata. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan permasalahan yang
akan dikaji dalam penelitian sebagai berikut : 1 Bagaimana kelayakan usaha Kampung Budaya Sindangbarang dilihat dari
aspek non-finansial yang mencakup aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, dan aspek sosial ekonomi lingkungan?
2 Bagaimana kelayakan aspek finansial usaha Kampung Budaya Sindangbarang dalam dua skenario usaha, yaitu skenario I dengan menjalankan usaha yang
sudah ada tanpa melakukan pengembangan usaha dan skenario II yaitu melakukan pengembangan usaha dengan membangun toko cinderamata?
3 Bagaimana sensitivitas usaha Kampung Budaya Sindangbarang apabila terjadi penurunan jumlah wisatawan dan harga paket wisata?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1 Menganalisis kelayakan usaha Kampung Budaya Sindangbarang dilihat dari aspek non-finansial yang mencakup aspek pasar, aspek teknis, aspek
manajemen, aspek hukum, dan aspek sosial ekonomi lingkungan. 2 Menganalisis
kelayakan aspek
finansial usaha
Kampung Budaya
Sindangbarang dalam dua skenario, yaitu skenario I dengan menjalankan
9 usaha yang sudah ada tanpa melakukan pengembangan usaha dan skenario II
yaitu melakukan pengembangan usaha dengan membangun toko cinderamata. 3 Menganalisis sensitivitas usaha Kampung Budaya Sindangbarang apabila
terjadi penurunan jumlah wisatawan dan harga paket wisata.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1 Sebagai bahan informasi bagi perusahaan untuk meningkatkan daya saing
guna mempertahankan posisi perusahaan pada tempat yang kompetitif dalam industri pariwisata.
2 Sebagai bahan informasi bagi pelaku bisnis dan pemerintah dalam mengembangkan usaha sejenis.
3 Sebagai bahan referensi atau informasi untuk penelitian selanjutnya mengenai studi kelayakan usaha khususnya di bidang agrowisata.
1.5. Ruang Lingkup
Penelitian ini terbatas hanya mengkaji tentang kelayakan usaha Kampung Budaya Sindangbarang dengan menganalisis aspek non-finansial dan finansial.
Aspek non-finansial yang akan dianalisis yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, dan aspek sosial ekonomi lingkungan. Analisis aspek
finansial menggunakan kriteria kelayakan usaha yaitu Net Present Value, Net BC, Internal Rate of Return, Payback Period, dan analisis sensitivitas dengan
menggunakan metode switching value pada penurunan jumlah wisatawan dan harga paket wisata.
10
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pariwisata
2.1.1. Definisi Pariwisata
WTO mendefinisikan pariwisata sebagai aktifitas seseorang untuk melakukan perjalanan dan menetap di suatu tempat di luar dari lingkungan
biasanya dalam waktu tidak lebih dari satu tahun berturut-turut dengan tujuan untuk kesenangan, bisnis, dan tujuan lainnya.
8
Arti luas pariwisata didefinisikan Damanik dan Weber 2006 sebagai kegiatan rekreasi di luar domisili untuk
melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain. Pariwisata juga dapat diartikan sebagai perpindahan temporer dari orang-
orang di luar tempat mereka bekerja dan menetap, kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama mereka berada di tempat tujuan, dan kemudahan yang
diberikan dalam melayani kebutuhan mereka Wall 1982, diacu dalam Mahaputriana 2006. Pengertian yang hampir serupa juga dikemukakan oleh
Schneider 1993 bahwa pariwisata adalah perpindahan sementara yang dilakukan oleh seseorang menuju suatu tempat di luar lokasi pekerjaan dan tempat
tinggalnya, dengan tujuan menikmati aktivitas dan fasilitas yang diperoleh dari tempat tujuannya tersebut. Sedangkan Suwantoro 1997, diacu dalam Islamiarani
2008 mendefinisikan wisata adalah suatu proses berpergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya dengan
berbagai kepentingan antara lain untuk berlibur dan rekreasi, pendidikan dan penelitian, keagamaan, kesehatan, minat terhadap kebutuhan dan kesenangan
ataupun keputusan publik. Dalam Undang-Undang No.10 Tahun 2010 tentang kepariwisataan
dijelaskan hal-hal sebagai berikut : 1 Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang
dikunjungi dalam jangka waktu sementara. 2 Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.
8
http:www.budpar.go.id [11 Maret 2010]
11 3 Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai
fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.
4 Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud
kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah, dan
pengusaha. 5 Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan,
dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
2.1.2. Penggolongan Pariwisata
Menurut Bruun 1995, diacu dalam Islamiarani 2008, jenis wisata dapat dibagi menjadi 3 kategori yaitu :
1 Ecotourism, green tourism atau alternative tourism, merupakan wisata yang berorientasi pada lingkungan untuk menjembatani jurang antara kepentingan
wisata bagi industri komersial dan perlindungan alam. Salah satu jenis wisata ini adalah agrowisata.
2 Wisata budaya, menggambarkan wisata yang berhubungan dengan monumen- monumen budaya atau tempat-tempat bersejarah dengan penekanan tertentu
pada aspek pendidikan atau pengamatan spiritual. 3 Wisata alam, merupakan aktivitas wisata yang ditujukan pada pengalaman
terhadap kondisi alam atau bukan pada kondisi urban. Penggolongan jenis pariwisata menurut motif tujuan perjalanan dapat
digolongkan menjadi enam kategori Spillane 1991, diacu dalam Mudana 2007, yaitu :
1 Pariwisata untuk menikmati perjalanan pleasure tourism. Tujuan perjalanan ini adalah untuk berlibur, mencari udara segar,
mengendorkan ketegangan syarafnya, melihat sesuatu yang baru, menikmati keindahan alam, mengetahui hikayat rakyat setempat, mendapatkan
ketenangan dan kedamaian di luar kota maupun menikmati hiburan di kota- kota besar.
12 2 Pariwisata untuk rekreasi recreation tourism.
Dilakukan oleh orang dengan tujuan untuk beristirahat, memulihkan kesegaran jasmani dan rohaninya, yang biasanya mereka tinggal di daerah
pantai, pegunungan, dan pusat-pusat peristirahatan atau kesehatan dan tinggal lebih lama.
3 Pariwisata untuk kebudayaan cultural tourism. Tujuannya untuk belajar di pusat-pusat pengajaran dan riset, mempelajari
adat-istiadat dan cara hidup negara lain, mengunjungi monumen dan peninggalan bersejarah, pusat-pusat kesenian, keagamaan, serta ikut dalam
festival-festival seni musik, teater, tarian rakyat. 4 Pariwisata untuk olahraga sports tourism.
Jenis ini dibagi dua, yaitu big sports events peristiwa olah raga besar seperti Olympiade Game dan kejuaraan dunia lainnya dan sporting tourism of the
practitioners berupa latihan olah raga, berburu, memancing, dan mendaki gunung.
5 Pariwisata untuk urusan usaha dagang business tourism. Jenis ini sering disebut sebagai professional travel atau perjalanan yang ada
kaiatannya dengan pekerjaan atau usaha dagang. 6 Pariwisata untuk berkonvensi convention tourism.
Tujuannya untuk mengikuti berbagai konvensi atau konferensi baik bersifat nasional maupun bertaraf internasional.
Suwantoro 1997, diacu dalam Agustina 2009 mengungkapkan bahwa daya tarik wisata atau obyek wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong
kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata. Daerah tujuan wisata merupakan suatu daerah yang memiliki daerah-daerah wisata yang ditunjang oleh
sarana dan prasarana pariwisata serta masyarakat. Pengusahaan obyek wisata dapat dikelompokan menjadi :
1 Pengusahaan obyek dan daya tarik wisata alam, merupakan bentuk kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan lingkungan, seperti
air terjun, air panas, kawah, dan gejala alam lainnya.
13 2 Pengusahaan obyek dan daya tarik wisata budaya, merupakan salah satu
bentuk kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi budaya daerah setempat, seperti peninggalan sejarah, tari-tarian, perkampungan adat dan lain-lain.
3 Pengusahaan obyek dan daya tarik wisata minat khusus, meupakan bentuk perjalanan wisata yang aktif, dimana wisatawan terlibat secara fisik dan
emosional dalam suatu kegiatan tertentu, bukan sekedar perjalan pasif. Jenis perjalan wisata ini juga bertujuan untuk memperkaya wawasan pengetahuan.
2.1.3. Manfaat Pariwisata
Damanik dan Weber 2006 mengungkapkan bahwa bisnis pariwisata melibatkan banyak pelaku pariwisata. Meskipun peran mereka berbeda-beda
tetapi mutlak harus diperhitungkan dalam perencanaan dan pengembangan pariwisata. Pelaku pariwisata tersebut adalah wisatawan, industri penyedia jasa
pariwisata, pendukung jasa wisata, pemerintah, masyarakat lokal, dan lembaga swadaya masyarakat. Kepariwisataan dapat memberikan manfaat bagi pelaku
pariwisata baik secara langsung maupun tidak langsung. Manfaat pengembangan pariwisata menurut Windiyarti et al. 1993 adalah :
1 Makin luasnya kesempatan usaha. 2 Makin luasnya lapangan kerja.
3 Meningkatkan pendapatan masyarakat dan pemerintah. 4 Mendorong pelestarian budaya dan peninggalan sejarah.
5 Mendorong terpeliharanya lingkungan hidup. 6 Terpeliharanya keamanan dan ketertiban.
7 Mendorong peningkatan dan pertumbuhan pada sektor lain. 8 Memperluas wawasan nusantara, memperkokoh persatuan dan kesatuan
bangsa serta menumbuhkan rasa cinta tanah air. Hal yang serupa juga dikemukakan oleh Schneider 1993 bahwa
pengembangan pariwisata dapat memberikan manfaat. Secara lebih spesifik, manfaat tersebut dibagi menjadi tiga kelompok yaitu :
1 Manfaat ekonomi. Pengembangan pariwisata dapat memberikan manfaat ekonomi yaitu profit yang dinikmati oleh pelaku usaha, terbukanya lapangan
pekerjaan, dan meningkatnya devisa negara.
14 2 Manfaat sosial. Pengembangan pariwisata dapat memberikan manfaat sosial
yaitu terjadinya pertukaran kebudayaan dan ide untuk memajukan kondisi sosial daerah tujuan wisata, memberikan rasa bangga terhadap kebudayaan
yang dimiliki, dan menambah pengetahuan baik bagi wisatawan maupun pelaku usaha wisata.
3 Manfaat lingkungan. Pengembangan pariwisata dapat memberikan manfaat bagi lingkungan yaitu menjaga kelestarian alam, hewan, kebudayaan, dan
sejarah.
2.2. Agrowisata
2.2.1. Definisi Agrowisata
Agrowisata merupakan gabungan dari dua kata yaitu agro dan wisata. Kata agro berasal dari kata agriculture yang berarti pertanian, sedangkan wisata adalah
suatu kegiatan perjalanan singkat yang dilakukan dengan sukarela untuk menikmati objek wisata.
9
Berdasarkan definisi tersebut, agrowisata dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan perjalanan singkat yang dilakukan dengan
sukarela untuk menikmati objek wisata yang berbasis pada pertanian. Agrowisata juga dapat didefinisikan sebagai perpaduan antara pariwisata
dan pertanian dimana pengunjung dapat mengunjungi kebun atau peternakan untuk membeli produk, menikmati pertunjukan, melakukan berbagai kegiatan,
makan dan melewatkan malam bersama di suatu daerah perkebunan atau taman. Sementara definisi lain mengatakan agrowisata adalah sebuah alternatif untuk
meningkatkan pendapatan dan kelangsungan hidup, menggali potensi ekonomi petani kecil dan masyarakat pedesaan.
10
Departemen Pertanian Indonesia mendefinisikan agrowisata sebagai sebuah bentuk kegiatan pariwisata yang memanfaatkan usaha agro agribisnis
sebagai objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman, rekreasi, dan hubungan usaha di bidang pertanian. Melalui pengembangan
agrowisata yang menonjolkan budaya lokal dalam memanfaatkan lahan, diharapkan bisa meningkatkan pendapatan petani sambil melestarikan sumber
9
http:www.pusatbahasa.diknas.go.idkbbi [1 Agustus 2010]
10
http:www.farmstop.com [25 Mei 2010]
15 daya lahan, serta memelihara budaya maupun teknologi lokal indigenous
knowledge yang umumnya telah sesuai dengan kondisi lingkungan alaminya.
11
Lobo 2001, diacu dalam Che et al. 2003 mendefinisikan agrowisata sebagai suatu kunjungan ke berbagai kegiatan pertanian, hortikultur, ataupun
agribisnis dengan tujuan kesenangan, menambah pengetahuan, atau terlibat secara aktif di dalam kegiatan tersebut. Hal yang serupa juga diungkapkan oleh Maetzold
2002, diacu dalam Che et al. 2003 yang mendefinisikan agowisata sebagai suatu bentuk kegiatan alternatif yang menghubungkan nilai tambah, produksi
pertanian modern, atau pemasaran dengan berwisata ke lahan pertanian. Brandth dan Haugen 2007 menegaskan hal serupa bahwa agrowisata merupakan sebuah
kegiatan yang dapat mentransformasikan budaya bertani dari produksi pertanian primer menjadi industri jasa melalui kepariwisataan. Secara umum, agrowisata
dapat didefinisikan sebagai setiap kegiatan pertanian yang dapat menyediakan produksi pertanian secara langsung kepada masyarakat melalui sistem penjualan
eceran dan penyediaan jasa terhadap berbagai produk pertanian yang secara langsung didapatkan di lokasi produksinya Che et al. 2003.
2.2.2. Tujuan, Asas, dan Manfaat Agrowisata
Menurut Indriawati 1997, diacu dalam Mahaputriana 2006, agrowisata memiliki beberapa tujuan. Tujuan pokok agrowisata adalah meningkatkan devisa
bagi negara Indonesia. Sedangkan tujuan-tujuan lainnya adalah sebagai berikut : 1 Mengamankan dan melestarikan keberadaan citra produk pertanian Indonesia
sebagai salah satu diversifikasi produk wisata Indonesia. 2 Menciptakan iklim berusaha yang baik kepada para pengusaha atau pemilik
di bidang pariwisata dalam penyelenggaraan dan pelayanan agrowisata. Lebih lanjut Ferdiansyah 1999, diacu dalam Mahaputriana 2006
mengungkapkan bahwa pemanfaatan agrowisata sebagai sektor yang dapat menghasilkan devisa yang cukup bagi negara, perlu mempunyai koridor yang
dapat menjadi asas dalam pengusahaan agrowisata tersebut. Asas-asas tersebut adalah :
11
http:database.deptan.go.idAgrowisata Meningkatkan Pendapatan Petani [25 Mei 2010]
16 1 Asas manfaat, artinya penyelenggaraan program agrowisata diarahkan agar
dapat saling memberikan manfaat dan dampak positif baik bagi ekonomi, politik, sosial, budaya, maupun lingkungan.
2 Asas pelestarian, artinya dalam penyelenggaraan program agrowisata diarahkan agar berperan dalam peningkatan pelestarian plasma nutfah sebagai
sumberdaya utama bagi kelestarian alam dan lingkungan. Melalui penerapan asas-asas tersebut diharapkan agrowisata dapat
memberikan manfaat secara luas yang dapat dirasakan tidak hanya bagi pengusaha tetapi juga masyarakat sekitar. Secara spesifik, Tirtawinata dan
Fachruddin 1999 menjelaskan bahwa agrowisata dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1 Meningkatkan konservasi lingkungan. 2 Meningkatkan nilai estetika.
3 Memberikan nilai rekreasi 4 Meningkatkan kegiatan ilmiahdan pengembangan ilmu pengetahuan.
5 Mendapatkan keuntungan ekonomi.
2.2.3. Unsur dan Potensi Agrowisata
Pengembangan agrowisata
di setiap
lokasi selalu
merupakan pengembangan yang terpadu antara pengembangan masyarakat desa, alam terbuka
yang khas, pemukiman desa, budaya dan kegiatan pertaniannya serta sarana pendukung wisata seperti transportasi, akomodasi dan komunikasi Betrianis
1996. Spillane 1991, diacu dalam Mudana 2007 menyebutkan bahwa untuk dapat mengembangkan suatu kawasan menjadi kawasan pariwisata termasuk
agrowisata, ada lima unsur yang harus dipenuhi yaitu : 1 Attractions atau atraksi. Dalam konteks pengembangan agrowisata, atraksi
yang dimaksud adalah, hamparan kebun atau lahan pertanian, keindahan alam, keindahan taman, budaya petani tersebut serta segala sesuatu yang
berhubungan dengan aktivitas pertanian tersebut. 2 Facilities atau fasilitas. Fasilitas yang diperlukan seperti penambahan sarana
umum, telekomunikasi, hotel dan restoran pada sentra-sentra pasar. 3 Infrastructure atau infrastruktur. Infrastruktur yang dimaksud dalam bentuk
sistem pengairan, jaringan komunikasi, fasilitas kesehatan, terminal
17 pengangkutan, sumber listrik dan energi, sistem pembuangan kotoran atau
pembuangan air, jalan raya dan sistem keamanan. 4 Transportation atau transportasi. Transportasi yang dimaksud dalam bentuk
transportasi umum, terminal bis, sistem keamanan penumpang, sistem informasi perjalanan, tenaga kerja, kepastian tarif, peta kota atau objek
wisata. 5 Hospitality atau keramah-tamahan. Keramah-tamahan masyarakat dan akan
menjadi cerminan keberhasilan sebuah sistem pariwisata yang baik. Syamsu 2001 menyebutkan bahwa terdapat faktor-faktor yang
berhubungan dengan keberhasilan suatu agrowisata dalam kaitannya dengan atraksi yang ditawarkan sebagai objek wisata. Faktor-faktor tersebut adalah
sebagai berikut : 1 Kelangkaan. Jika wisatawan melakukan wisata di suatu kawasan agrowisata,
wisatawan mengharapkan suguhan hamparan perkebunan atau taman yang mengandung unsur kelangkaan karena tanaman tersebut sangat jarang
ditemukan pada saat ini. 2 Kealamiahan. Kealamiahan atraksi agrowisata, juga akan sangat menentukan
keberlanjutan dari agrowisata yang dikembangkan. Jika objek wisata tersebut telah tercemar atau penuh dengan kepalsuan, pastilah wisatawan akan merasa
sangat tertipu dan tidak mungkin berkunjung kembali. 3 Keunikan. Keunikan dalam hal ini adalah sesuatu yang benar-benar berbeda
dengan objek wisata yang ada. Keunikan dapat saja berupa budaya, tradisi, dan teknologi lokal dimana objek wisata tersebut dikembangkan.
4 Pelibatan tenaga kerja. Pengembangan agrowisata diharapkan dapat melibatkan
tenaga kerja
setempat, setidak-tidaknya
meminimalkan tergusurnya masyarakat lokal akibat pengembangan objek wisata tersebut.
5 Optimalisasi penggunaan lahan. Lahan-lahan pertanian atau perkebunan diharapkan dapat dimanfaatkan secara optimal, jika objek agrowisata ini
dapat berfungsi dengan baik. 6 Keadilan dan pertimbangan pemerataan. Pengembangan agrowisata
diharapkan dapat
menggerakkan perekonomian
masyarakat secara
keseluruhan, baik masyarakat petani atau desa, penanam modal atau investor,
18 regulator dengan melakukan koordinasi didalam pengembangan secara detail
dari input-input yang ada. 7 Penataan kawasan. Agrowisata pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan
yang mengintegrasikan sistem pertanian dan sistem pariwisata sehingga membentuk objek wisata yang menarik.
Kegiatan pengembangan
agrowisata diarahkan
pada terciptanya
penyelenggaraan dan pelayanan yang baik sehingga sebagai salah satu produk pariwisata Indonesia, agrowisata dapat dilestarikan dan dikembangkan dalam
upaya diversifikasi pertanian dan pariwisata Deasy 1998, diacu dalam Masang 2006. Arah pengembangan agrowisata tersebut nantinya diharapkan dapat
menggali potensi-potensi yang ada dalam pengembangan agrowisata. Secara jelas Alikodra 1990, diacu dalam Mahaputriana 2006 mengungkapkan bahwa
potensi tersebut dapat dilihat dari tiga aspek yaitu : 1 Potensi objek wisata. Indonesia mempunyai sumberdaya pertanian yang
melimpah. 2 Potensi pasar. Peranan agrowisata dalam pariwisata masyarakat adalah
meningkatkan keanekaragaman objek dan lamanya kunjungan dari segi penawaran dan mempengaruhi peningkatan minat berwisata dengan semakin
banyak objek wisata yang ditawarkan dari segi permintaan. 3 Kondisi dan perkembangan sarana pendukungnya. Perkembangan agrowisata
yang ditentukan oleh aspek ini, antara lain transportasi, telekomunikasi, akomodasi, kemudahan memasuki Indonesia, dan jaminan keamanan.
2.3. Studi Kelayakan Pariwisata
Menurut Damanik dan Weber 2006 studi kelayakan penting dilakukan untuk membantu perencana melihat dan memahami kondisi-kondisi minimal yang
dibutuhkan untuk merencanakan suatu proyek dan untuk mengetahui gambaran awal tentang sejauh mana proyek tersebut kelak dapat memberikan hasil yang
optimal di dalam suatu perencanaan pariwisata. Tujuan umum studi kelayakan menurut Kalahari Management Inc. 1999, diacu dalam Damanik dan Weber
2006 adalah untuk menentukan kelayakan keanekaragaman dan perluasan atraksi dan infrastruktur wisata. Tujuan khusus studi kelayakan pariwisata adalah :
1 Melakukan penilaian potensi pasar terhadap produk wisata
19 2 Menentukan sumberdaya yang tersedia atau yang dapat dikembangkan untuk
mendukung aktivitas wisata. 3 Mengevaluasi fasilitas dan infrastruktur wisata yang tersedia dan
kesesuaiannya dengan permintaan pasar. 4 Mengidentifikasi produk wisata yang paling tepat dikembangkan sesuai
dengan basis sumberdaya dan potensi pasar terbesar. 5 Melakukan perkiraan dampak ekonomi yang potensial dari kegiatan wisata.
6 Menyusun rencana implementasi pengembangan dan pemasaran produk wisata.
7 Mengidentifikasi masalah-masalah yang terkait dengan pengembangan produk.
8 Mengidentifikasi sumberdaya yang potensial bagi pembiayaan proyek. Suyitno 2001, diacu dalam Mahaputriana 2006 berpendapat bahwa
perencanaan kawasan wisata dapat memberikan berbagai manfaat. Manfaat tersebut adalah :
1 Sebagai pedoman penyelenggaraan wisata. 2 Sebagai sarana untuk memprediksi kemungkinan timbulnya hal-hal di luar
dugaan sekaligus alternatif pemecahannya. 3 Sebagai sarana untuk mengarahkan penyelenggaraan wisata sehingga dapat
mencapai tujuannya, yaitu mewujudkan wisata secara efektif dan efisien. 4 Sebagai alat ukur tingkat keberhasilan wisata sebagai upaya pengawasan atau
evaluasi dalam rangka memberikan umpan balik bagi penyelenggaraan wisata selanjutnya.
Menurut Damanik dan Weber 2006, inti dari perencanaan wisata adalah kelayakan. Kelayakan menunjuk pada kepatutan secara ekonomi, sosial, budaya,
dan teknologi. Proyek wisata hanya dapat dikatakan layak dikerjakan apabila mampu memberikan hasil yang diharapkan dan menguntungkan.
2.4. Penelitian Terdahulu