55
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1. Aspek Non-Finansial
Aspek non-finansial
merupakan aspek
studi kelayakan
tanpa memperhitungkan sisi finansial suatu usaha. Aspek finansial yang dibahas dalam
penelitian ini mencakup aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, dan aspek sosial ekonomi lingkungan.
6.1.1. Aspek Pasar
Aspek pasar digunakan untuk mengkaji potensi pasar usaha agrowisata baik dari sisi permintaan, penawaran, pangsa pasar, penerapan segmenting,
targetting, dan positioning, serta strategi pemasaran yang diterapkan oleh perusahaan menyangkut bauran pemasaran marketing mix yaitu produk, harga,
tempat, promosi, personil, bukti fisik, dan proses.
6.1.1.1. Potensi Pasar
Potensi pasar dari usaha agrowisata sangat tinggi. Hal ini didasarkan pada kecenderungan wisatawan dewasa ini yang semakin peduli terhadap
lingkungannya. Dalam melakukan perjalanan wisata, wisatawan tidak hanya sekedar ingin memuaskan kebutuhan berekreasi, tetapi juga mempertimbangkan
aspek pendidikan, alam, dan kebudayaan yang dimiliki obyek wisata tujuan. Agrowisata dipandang sebagai bentuk alternatif obyek wisata yang ramah
lingkungan serta menyediakan fasilitas edukasi pertanian, dimana hal ini sesuai dengan perubahan pola konsumsi wisatawan dewasa ini.
Sebagai salah satu daerah tujuan wisata, Kabupaten Bogor hingga tahun 2009 tercatat memiliki 11 obyek wisata agrowisata. Obyek wisata tersebut adalah
Wisata Agro Gunung Mas, Taman Wisata Riung Gunung, Wisata Agro Kapol, Taman Wisata Matahari, Wisata Desa Kampung Bambu, Kampung Wisata
Cinangneng, Kebun Wisata Pasir Mukti, Taman Wisata Mekarsari, Taman Bunga Melrimba, Kampung Budaya Sindangbarang, dan Warso Farm. Permintaan
terhadap agrowisata dapat dilihat dari jumlah wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata agrowisata tersebut. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke obyek
wisata agrowisata mengalami peningkatan hingga 37,57 persen dengan jumlah
56 total 905.604 wisatawan di tahun 2009. Hal ini menggambarkan bahwa
permintaan terhadap obyek wisata agrowisata mengalami peningkatan. Data perkembangan jumlah wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata agrowisata di
Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7.
Perkembangan Jumlah Wisatawan yang Berkunjung ke Agrowisata Kabupaten Bogor Tahun 2008-2009 orang
No Nama Agrowisata
Tahun Persentase
Peningkatan 2008
2009
1 Wisata Agro Gunung Mas 313.446
275.222 -12,19
2 Taman Wisata Riung Gunung 19.388
12.990 -33,00
3 Wisata Agro Kapol 1.489
5.985 301,95
4 Taman Wisata Matahari 12.900
113.819 782,32
5 Wisata Desa Kampung Bambu 2.256
10.010 343,71
6 Kampung Wisata Cinangneng 3.260
5.830 78,83
7 Kebun Wisata Pasir Mukti 73.474
31.518 -57,10
8 Taman Wisata Mekarsari 166.720
306.734 83,98
9 Taman Bunga Melrimba 59.850
60.810 1,60
10 Kampung Budaya Sindangbarang 5.481
5.279 -3,69
11 Warso Farm 77.407
Jumlah Total 658.264
905.604 37,57
Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Bogor 2010, diolah
Penawaran usaha agrowisata dapat digambarkan dengan perkembangan jumlah usaha agrowisata. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor
mencatat bahwa jumlah usaha agrowisata yang berada di Kabupaten Bogor mengalami peningkatan. Tahun 2002 tercatat hanya 5 agrowisata yang ada di
Kabupaten Bogor yaitu Wisata Agro Gunung Mas, Taman Wisata Riung Gunung, Taman Bunga Melrimba, Taman Buah Mekarsari, dan Wisata Inagro. Jumlah ini
terus mengalami peningkatan. Hingga tahun 2009, jumlah agrowisata yang ada di Kabupaten Bogor meningkat menjadi 11 obyek wisata. Hal ini menggambarkan
bahwa penawaran usaha agrowisata mengalami peningkatan. Permintaan dan penawaran usaha agrowisata mengalami peningkatan. Hal
ini menyebabkan terjadinya persaingan yang ketat antar para pelaku usaha
57 agrowisata untuk memenuhi kebutuhan wisatawan yang semakin meningkat.
Pelaku usaha agrowisata dituntut untuk memiliki ciri khas dan inovatif terhadap kebijakan pengembangan usaha agrowisatanya.
Dewasa ini usaha agrowisata semakin bervariatif. Perkembangan agrowisata di Kabupaten Bogor bermula dari Wisata Agro Gunung Mas yang
mengandalkan kebun teh sebagai daya tarik wisata, Taman Wisata Mekarsari yang mengandalkan kebun buah sebagai daya tarik wisatanya, ataupun Taman Bunga
Melrimba yang mengandalkan kebun bunga sebagai daya tarik wisatanya. Usaha agrowisata kemudian berkembang ditandai dengan menjamurnya usaha
agrowisata yang tidak hanya mengandalkan komoditas pertanian primer sebagai daya tarik wisatanya, tetapi juga suasana pedesaan, keindahan alam, dan edukasi
pertanian di dalamnya. Kampung Wisata Cinangneng dan Wisata Desa Kampung Bambu merupakan salah satu usaha agrowisata yang mengandalkan hal tersebut.
Kampung Budaya Sindangbarang merupakan usaha agrowisata yang memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri. Kampung Budaya Sindangbarang
selain menawarkan edukasi pertanian, juga menawarkan suasana alam pedesaan yang indah dan kebudayaan sunda. Hal tersebut dapat dimanfaatkan oleh
Kampung Budaya Sindangbarang sebagai daya tarik wisatanya sehingga dapat menghadapi persaingan usaha agrowisata yang semakin ketat dan meningkatkan
pangsa pasar yang didapatkan. Ketatnya persaingan usaha agrowisata dapat dipetakan pada pangsa pasar yang diperoleh.
Pada tahun 2008, Kampung Budaya Sindangbarang mendapatkan pangsa pasar sebesar 0.83 persen dari total wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata
agrowisata di Kabupaten Bogor. Seiring dengan menurunnya jumlah wisatawan pada tahun selanjutnya, pangsa pasar yang diperoleh di tahun 2009 juga
mengalami penurunan menjadi 0.58 persen dari total wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata agrowisata di Kabupaten Bogor. Penurunan jumlah wisatawan
tersebut merupakan hal yang wajar dialami suatu usaha pada tahun-tahun awal usaha. Pangsa pasar dari usaha agrowisata yang ada di Kabupaten Bogor dapat
dilihat pada Gambar 8.
58
Gambar 8. Pangsa Pasar Usaha Agrowisata di Kabupaten Bogor Tahun 2008-
2009
Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Bogor 2010, diolah
Kampung Budaya Sindangbarang menargetkan akan terjadi peningkatan jumlah wisatawan di tahun 2010. Seiring dengan mulai stabilnya usaha dan
meningkatnya kemampuan manajemen dalam mengoperasionalkan usaha, serta adanya rencana membangun toko cinderamata, jumlah wisatawan diprediksi akan
mengalami peningkatan sebesar 14.91 persen dibanding tahun sebelumnya dengan total sebesar 6.066 wisatawan. Target ini juga didasarkan pada kecenderungan
permintaan terhadap agrowisata yang meningkat. Proyeksi jumlah kunjungan wisatawan bulan Agustus-Desember 2010 dapat dilihat pada Tabel 8 berikut.
Tahun 2008
313,446, 47
166,720, 25 59,850, 9
19,388, 3 12,900, 2
73,474, 11 5,481,
0.83
10,481, 2
Wisata Agro Gunung Mas Taman Wisata Mekarsari
Taman Bunga Melrimba Taman Wisata Riung Gunung
Taman Wisata Matahari Kebun Wisata Pasir Mukti
Kampung Budaya Sindangbarang
Lainnya
Tahun 2009
275,222; 30
306,734; 33 113,819; 13
31,518; 3 60,810; 7
77,407; 9 5,279; 0.58
34,815; 4 Wisata Agro Gunung Mas
Taman Wisata Mekarsari Taman Wisata Matahari
Kebun Wisata Pasir Mukti Taman Bunga Melrimba
Warso Farm Kampung Budaya
Sindangbarang Lainnya
59
Tabel 8. Proyeksi Jumlah Wisatawan Tahun 2010 Berdasarkan Bulan
No. Bulan
Proyeksi Jumlah Wisatawan Orang
1 Agustus 2010 615
2 September 2010 678
3 Oktober 2010 445
4 November 2010 675
5 Desember 2010 710
Sumber : Manajemen Kampung Budaya Sindangbarang 2010
Pasar produk toko cinderamata merupakan wisatawan yang berkunjung ke Kampung Budaya Sindangbarang. Dengan adanya toko cinderamata, Kampung
Budaya Sindangbarang dapat memenuhi kebutuhan wisatawan yang ingin memiliki produk cinderamata khas Kampung Budaya Sindangbarang sebagai
kenang-kenangan. Pada tahun sebelumnya, wisatawan yang berkunjung ke Kampung Budaya Sindangbarang seringkali meminta Kampung Budaya
Sindangbarang untuk menyediakan produk-produk cinderamata seperti kerajinan kayu dan kulit khas Kecamatan Tamansari. Dengan tingginya permintaan
wisatawan di masa lalu, maka produk cinderamata yang nantinya dijual melalui toko cinderamata sangat potensial untuk dipasarkan.
6.1.1.2. Segmenting, Targeting, dan Positioning