pengalaman  saat  anak-anak  melihat secara langsung  hutang  mangrove  yang sesungguhnya.
8
Taman Wisata Alam TWA Angke Kapuk dipilih sebagai sumber belajar IPS  karena  berfungsi  sebagai  pengenalan  ekosistem  hutan  mangrove  yang
memiliki  fungsi  dan  manfaat  penting  bagi  manusia  dan  lingkungan  alam sekitarnya,  memberi  informasi  dan  pengetahuan  mengenai  ekosistem  hutan
mangrove,  serta  untuk  meningkatkan  keserasian  dalam  penerimaan  informasi bagi para siswa.
Dengan  memanfaatkan  Taman  Wisata  Alam  TWA  Angke  Kapuk, diharapkan  siswa  dapat  menggali  sumber  informasi  yang  ada  dan  dapat
membantu  siswa  dalam  memahami,  mengenal,  dan  memberikan  pengalaman secara  langsung  mengenai  ekosistem  mangrove,  mendorong  peserta  didik
untuk aktif dan lebih berkembang pengetahuannya karena dihadapkan dengan keadaan  yang  nyata  tidak  hanya  sekedar  materi  yang  telah  disampaikan  oleh
guru tetapi pengetahuan yang diterima langsung oleh siswa dengan berhadapan langsung dengan lingkungan atau sumber belajar.
Selain  itu,  membantu  mempermudah  guru  dalam  memberikan  informasi kepada  siswa  secara  kongkrit  yang  berujung  memicu  siswa  untuk  aktif,
berpikir  kritis  dan  meningkatkan  rasa  ingin  tahu  siswa  sehingga  materi  yang diberikan akan bertahan lama dan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, Penulis tertarik untuk meneliti
masalah tersebut dengan judul “Pengaruh Pemanfaatan Taman Wisata Alam TWA  Angke  Kapuk  sebagai  Sumber  Belajar  IPS  pada  Siswa  MTs  N  3
Pondok Pinang Jakarta dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa.” B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan  latar  belakang  masalah  diatas,  masalah  yang  teridentifikasi oleh peneliti diantaranya:
8
Martin  A.  Keeley, Hutan  Mangrove  yang  Menakjubkan: Buku  Panduan  Pendidikan Lingkungan  Hidup  Berbasis  Kurikulum, dari Marvelous  mangrove  in  the  cayman  islands:  a
curicullum  based  teacher  guide, Terj. T.  Lukmanul  Hakim, Yogyakarta:  Mangrove  Action Project-Indonesia, 2007, h. 121
1. Siswa mengganggap pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial membosankan. 2. Masih  kurangnya  sumber  belajar  yang  digunakan  dalam  proses
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. 3. Belum  diketahui  pemanfaatan  Taman  Wisata  Alam  Angke  Kapuk
sebagai  sumber  belajar bagi  siswa  MTs  N  3 Pondok  Pinang Jakarta dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan  identifikasi  masalah  di  atas  dan  untuk  membatasi  penelitian agar  lebih  fokus  dan  sesuai  sasaran,  maka pembatasan  masalahnya  adalah
Belum  diketahui pemanfaatan  Taman  Wisata  Alam  Angke  Kapuk  sebagai sumber  belajar bagi  siswa  MTs  N  3  Pondok  Pinang Jakarta dalam
meningkatkan hasil belajar siswa.
D. Rumusan Masalah
Bagaiman pengaruh pemanfatkan  Taman  Wisata  Alam  TWA  Angke Kapuk sebagai  sumber  belajar  IPS  pada  siswa  MTs  N  3 Pondok  Pinang
Jakarta dalam meningkatkan hasil belajar siswa?
E. Tujuan Peneltian
Tujuan  dari  penelitian  ini  adalah  untuk  mengetahui pengaruh
pemanfaatkan  Taman  Wisata  Alam  TWA  Angke Kapuk sebagai  sumber belajar IPS pada siswa  MTs N 3 Pondok Pinang Jakarta dalam meningkatkan
hasil belajar siswa.
F. Manfaat
1. Manfaat Teoritis Secara  Teoritis  penelitian  ini  diharapkan  dapat  menambah  wawasan
pengetahuan  tentang  manfaat Taman  Wisata  Alam  TWA  Angke  Kapuk sebagai sumber belajar.
2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa
Dapat membantu siswa  dalam memahami materi  yang berkaitan dengan penelitian.
b. Bagi guru Dapat  di  jadikan  sebagai  salah  satu  alternatif  sumber  belajar  dalam
proses  belajar  mengajar  sehingga  mampu  menciptakan  pembelajaran yang kreatif.
c. Bagi sekolah Dapat  memberikan  masukan  bagi  sekolah  dan  pedoman  untuk
mengambil  kebijakan  di  sekolah  tersebut  dan  dapat  meningkatkan kualitas  pembelajaran  yang  lebih  baik  sehingga  tujuan  untuk
menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dapat tercapai d. Bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dapat menjadi salah satu karya ilmiah yang bisa menambah pengetahuan dan ilmu baru.
e. Bagi Taman Wisata Alam TWA Angke Kapuk Jakarta Utara Dapat  menjadikan  bahan  kajian  dalam  meningkatkan  sarana  dan
prasarana  untuk  dunia  pendidikan  khususnya mata  pelajaran IPS  pada submateri Hutan Mangrove.
f. Bagi Peneliti lebih lanjut Dapat menjadi dasar bahan kajian untuk penelitian lebih lanjut dan lebih
mendalam tentang permasalahan yang terkait.
8
BAB II KAJIAN TEORI
A. Taman Wisata Alam 1. Definisi Taman Wisata Alam
Dalam Peraturan Pemerintahan No 28 tahun 2011 tentang pengelolaan kawasan  suaka  alam  dan  kawasan  pelestarian  alam,  pada  pasal  1
menyebutkan  “Taman  Wisata  Alam  adalah  kawasan  pelestarian  alam  yang dimanfaatkan terutama untuk kepentingan pariwisata alam dan rekreasi.”
1
Dari  pengertian  di  atas,  dapat  disimpulkan  bahwa  Taman  wisata  alam merupakan  kawasan  pelestarian  alam  yang  mempunyai  keanekaragaman
flora dan faun yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pariwasata, rekreasi tujuan penelitian, dan pengembangan ilmu pengetahuan.
2. Kriteria Penetapan Kawasan Taman Wisata Alam
Terdapat  beberapa  kriteria  sebelum  suatu  wilayah  ditetapkan  sebagai kawasan Taman Wisata Alam, Kriteria tersebut disebutkan dalam Peraturan
Pemerintah No 28 tahun 2011 pasal 10, antara lain: 1 Mempunyai  daya  tarik  alam  berupa  tumbuhan,  satwa  atau  bentang
alam, gejala alam serta formasi geologi yang unik. 2 Mempunyai  luas  yang  cukup  untuk  menjamin  kelestarian  potensi  dan
daya tarik alam untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi alam, dan
3 Kondisi  lingkungan  di  sekitarnya  mendukung  upaya  pengembangan pariwisata alam.
2
3. Manfaat Taman Wisata Alam
Dalam  pasal  37  disebutkan  bahwa  manfaat  taman  wisata  alam  dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan berikut ini :
1 Penyimpan  dan  penyerapan  karbon,  pemanfaatan  air  serta  energi  air, panas, dan angin serta wisata alam
2 Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan 3 Pendidikan dan peningkatan kesadartahuan konservasi alam
1
Ditjen  Mineral  dan  Batubara, Peraturan  Pemerintah  Republik  Indonesia  Nomor  28 Tahun  2011 tentang Pengelolaan  Kawasan  Suaka  Alam  dan  Kawasan  Pelestarian  Alam,  2015,
http:www.minerba.esdm.go.id
2
Ibid.
4 Pemanfaatan sumber plasma nutfah untuk penunjang budidaya 5 Pembinaan  populasi  dala  rangka  penetasan  telur  danatau  pembesaran
anakan yang diambil dari alam, dan 6 Pemanfaatan tradisional oleh masyarakat setempat.
3
B. Taman Wisata Alam TWA Angke Kapuk
Taman  Wisata  Alam  Angke  Kapuk  merupakan  kawasan  pelestarian  alam yang berpusat  pada  pengembangan ecotourism,  yang dimanfaatkan  untuk
kegiatan  wisata  alam  dan sarana  edukasi,  terletak  di  wilayah  Kamal  muara pantai indah kapuk Jakarta Utara dengan luas area Taman Wisata Alam TWA
Angke Kapuk seluas 99.82 Ha. Berikut ini sejarah singkat penetapan kawasan Taman Wisata Alam Angke
Kapuk Jakarta: 1 Penetapan  Kelompok  Hutan  Angke  Kapuk  sebagai  kawasan  hutan
berdasarkan  Keputusan  Gubernur  Jenderal  Hindia  Belanda  No.  5 Tanggal  11  Juli  1928, Directeur  van  Landbouw  an  Nijverheid
tanggal  19  November  1931,  Berita  Acara  Tata  Batas  Tanggal  10 Januari 1934 yang disyahkan tanggal 5 Maret 1934, dan Keputusan
Menteri Pertanian No. 161KptsUm61977 tanggal 10 Juni 1977.
2 Berdasarkan  Keputusan  Menteri  Kehutanan  No.  097Kpts-II1988 tanggal 29 Februari 1988, telah dilepaskan sebagian kawasan hutan
Angke  Kapuk  yang  terletak  di  wilayah  DKI  Jakarta  seluas  827,18 Ha kepada PT.Mandara Pemai, dan tetap mempertahankan kawasan
hutan  seluas  335,50  Ha.Penataan  batas  kawasan  hutan  Angke Kapuk  dengan  Berita  Acara  Tata  Batas  tanggal  25  Juli  1994  oleh
Panitia  Tata  Batas  Hutan  Wilayah  Jakarta  Utara  yang  diangkat sesuai Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta
No. 924 tahun 1989, dengan luas 327,70 Ha.
3 Penetapan kembali kawasan hutan Angke Kapuk seluas 327,70  Ha sebagai  kawasan  hutan  tetap  dengan  fungsi  sebagai  Hutan  lindung
seluas  44,76  Ha,  Hutan  wisata  seluas  99,2 Ha,  Cagar  Alam seluas  25,02  Ha  serta  hutan  dengan  tujuan  istimewa,  sebagai  :
kebun  pembibitan  seluas  10,51  Ha,  transmisi  PLN  seluas  23,70 Ha  Cengkareng  Drain  seluas  28,39  Ha  serta  Jalan  tol  dan  jalur
hijau seluas 95, 50 Ha
4
3
Ibid.
4
Direktorat  pemanfaatan jasa  lingkungan  hutan  mangrove, Ditjen.  Konservasi Sumber Daya  Alam
dan  Ekosistem Kementerian  Lingkungan  Hidup
dan Kehutanan,  2015,
http:ekowisata.organgke-kapuk-alternatif-wisata-alam-warga-jakarta-dan-sekitarnya.
Taman  Wisata  Alam  TWA  Angke  Kapuk merupakan  kawasan pelestarian  alam  dengan  tipe  lahan  basah  yang  dominasi  vegetasi  utama
mangrove.  Sebelum  menjadi  kawasan  Taman  Wisata  Alam,  dahulunya merupakan  tambak  kemudian  direhabilitasi  tanaman  mangrove  40  tindakan,
pelestarian dan penanaman kembali hutan mangrove. Jakarta  sangat  membutuhkan  adanya  kawasan  hutan  mangrove,  hal  ini
karena  fungsi  dan  manfaat  yang  sangat  penting  bagi  pesisir  pantai  ibukota Indonesia,  dalam  mencegah  terjadinya  intrusi  air  laut  ke  daratan  dan  juga
berperan  dalam meredam  bencana  banjir.  Hal  ini  dikarenakan  kemampuan khusus  untuk  beradaptasi  dengan  kondisi  tanah  yang  tergenang  dan  kadar
garam  yang  tinggi.  Disamping  berguna  sebagai  pelindung  daerah  pesisir, kawasan  hutan  mangrove  di  Taman  Wisata  Alam  TWA  Angke  Kapuk  juga
memiliki  manfaat  bagi  kegiatan  pembelajaran  yakni  sebagai  pengenalan  bagi ekosistem hutan mangrove kepada para siswa.
1. Hutan Mangrove
Terdapat  berbagai  pendapat  mengenai  asal-usul  kata  “Mangrove”. Macnae  menyebutkan  kata  mangrove  merupakan perpaduan  antara
bahasa  portugis mangue dan  bahasa  Inggis grove.  Sementara Tomlinson  dan  Wightman  mendefinisikan  mangrove  baik  sebagai
tumbuhan  yang  terdapat  di  daerah  pasang  surut  maupun  sebagai komunitas.
5
Pulau  Jawa  telah  kehilangan  sekitar  90  mangrovenya  dan  hanya sedikit  dari  areal  mangrove  yang  tersisa  masuk  kedalam  kawasan
lindung. Kawasan lindung mangrove yang terluas di Jawa mungkin di Pulau Panaitan, Jawa Barat 1.700 ha. Sekitar 1.000 hektar mangrove
terdapat  di  bagian  utara  pantai  Taman  Nasional  Ujung  Kulon.  Areal mangrove terluas  yang ada di Jawa saat ini adalah di Segara Anakan,
Cilacap yaitu 8.957 hektar. Umumnya  mangrove  dapat  ditemukan  di  seluruh  kepulauan
Indonesia.  Sejauh  ini  di  Indonesia  tercatat  setidaknya  202  jenis tumbuhan mangrove, meliputi 89 jenis pohon, 5 jenis palma, 19 jenis
5
Yus  Rusila  Noor, dkk.,
Panduan  Pengenalan  Mangrove  di  Indonesia, Bogor:PHKAWI-IP, 2006, Cet.2, h.1.