Tabel 33. Kriteria dan Skoring Kondisi Aset Keuangan
No Kriteria aset keuangan
Skor Kriteria aset keuangan
1 Tidak ada
lembaga keuangan formal
0 1 2 3 Lembaga keuangan
formal ada dan berfungsi
2 Tidak ada
lembaga keuangan non formal
0 1 2 3 Lembaga keuangan
non formal ada dan berfungsi
3 Tidak ada
pendapatan 0 1 2 3 Pendapatan
cukup dan
meningkat 4 Tidak
ada tabungan
0 1 2 3 Memiliki tabungan
masa depan
5 Tidak ada
proyek bantuan 0 1 2 3 Proyek
bantuan diberikan
Tabel 34. Kriteria dan Skoring Kondisi Aset Buatan
No Kriteria aset buatan
Skor Kriteria aset buatan
1 Tidak ada
dermaga 0 1 2 3 Dermaga ada dan berfungsi
2 Tidak ada
jalan transportasi
0 1 2 3 Jalantransportasi ada
dan berfungsi
3 Tidak ada
air bersih
0 1 2 3 Air bersih
melimpah 4 Tidak
ada MCK
0 1 2 3 MCK ada
dan berfungsi
5 Tidak ada
pasar 0 1 2 3 Pasar ada dan berfungsi
6 Tidak ada
jembatan 0 1 2 3 Jembatan
ada dan
berfungsi 7 Tidak
ada PPI
0 1 2 3 PPI ada
dan berfungsi
8 Tidak ada
jaringan listrik 0 1 2 3 Jaringan
listrik ada
dan berfungsi
9 Tidak ada
jaringan telepon 0 1 2 3 Jaringan
telepon ada
dan berfungsi
10 Tidak ada
rumah permanen 0 1 2 3 Rumah
permanen ada
dan berfungsi
11 Tidak ada tempat ibadah
1 2
3 Tempat ibadah ada dan
berfungsi
3.4.6. Multi Criteria Decision Making MCDM
Secara umum analisis Multi Criteria Decision Making MCDM sama dengan Analisis Hirarki Proses AHP, dimana struktur AHP adalah bagian dari
MCDM, bobot suatu alternatif yang harus diambil didasarkan pada kriteria yang dipertimbangkan, kemudian disusun berdasarkan matrik Gibbon et al. 1996.
Metode MCDM sudah banyak digunakan, dikembangkan dan diakomodasikan untuk menghadapi berbagai kriteria yang ada dalam pengambilan keputusan
tanpa melakukan konversi pada unit pengukuran dalam pengambilan keputusan dengan banyak kriteria.
Analisis multi kriteria memerlukan sejumlah pendekatan dengan terlebih dahulu menghitung banyak kriteria untuk membentuk struktur dan proses
pengambilan keputusan. Untuk mendukung analisis ini ada beberapa teknik yang dapat digunakan yaitu Simple Multi Attribute Rating Technique SMART, Visual
Interactive Sensitivity Analysis VISA dan Preference Ratios In Multiattribute Evaluation PRIME.
Bidang analisis multi kriteria memerlukan sejumlah pendekatan untuk menghitung kriteria yang banyak guna membentuk struktur pendukung proses
pengambilan keputusan. Penggunaan teknik MCDM pada beberapa bidang ditentukan oleh beberapa faktor, yakni: a teknik MCDM mempunyai
kemampuan dalam menangani jenis data yang bervariasi kuantitatif, kualitatif dan campuran dan pengukuran yang intangibel, b teknik MCDM dapat
mengakomodasi perbedaan yang diinginkan dalam penentuan kriteria, c skema bobot yang bervariasi untuk suatu prioritas atau pandangan dari stakeholders
yang berbeda, dapat diterapkan dalam MCDM, d tidak membutuhkan penentuan nilai ambang seperti pada operasi overlay, sehingga kehilangan
informasi yang dihasilkan tidak terjadi akibat penurunan skala dari variabel yang countinue pada skala nominal, dan e prosedur analisis atau agregasi dalam
teknik MCDM relatif sederhana Jankowski, 1994; Carter, 1991; Jasen dan Rieveld, 1990 dalam Subandar, 2002.
Teknik ini bertujuan mengakomodasi proses seleksi yang melibatkan kriteria multi objective dalam mengkalkulasi pemrasaran diantara kriteria konflik
yang terjadi. Bidang analisis ini memerlukan sejumlah pendekatan dengan menghitung banyak kriteria untuk membentuk struktur yang mendukung proses
pengambilan keputusan. Menurut Jankowski 1995 diacu dalam Subandar 2002, secara umum
pelaksanaan teknik MCDM dibagi menjadi tiga, yaitu: a penentuan penetapan alternatif, b penentuan nilai skor masing-masing kriteria, dan c prioritas
pembuatan keputusan decision making preferences. Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan penentuan prioritas untuk
meningkatkan resiliensi masyarakat di laguna Segara Anakan dilakukan dengan metode scoring atau pembobotan yang merupakan penyatuan dari berbagai
parameter terkait. Sementara itu skor yang digunakan untuk penilaian terhadap elemen-elemen yang diteliti, dinyatakan secara numerik skala 1 hingga 9
dengan mengunakan skala Saaty 1991. Teknik skoring Saaty yang digunakan dalam penelitian ini seperti yang dapat dilihat pada Tabel 35.
Tabel 35.
Skor Saaty yang Digunakan dalam FGD Penelitian Resiliensi Masyarakat di Laguna Segara Anakan
Skor Arti
1 Tidak penting
3 Kurang penting
5 Agak penting
7 Penting 9 Sangat
penting 2, 4, 6, 8
Nilai antara kualitatif
Sumber: Saaty 1991
Alternatif yang ditetapkan merupakan pilihan-pilihan yang relevan, seterusnya dari alternatif yang telah ditetapkan, disusun kriteria-kriteria yang
mempengaruhi alternatif pilihan. Masing-masing kriteria yang telah disusun diberi nilai. Nilai dapat berupa kuantitatif, kualitatif maupun campuran.
Proses normalisasi nilai dari masing-masing kriteria dapat dilakukan dengan menggunakan prosedur standar linier dan non-linier. Sedangkan prioritas
pembuatan keputusan dapat diformulasikan dari kriteria yang diambil, dengan membentuk nilai sendiri maksimum atau minimum atau sesuai dengan tingkat
keinginan. Proses pemberian nilai menggunakan fungsi agregasi tunggal atau ganda yang menghasilkan satu atau beberapa buah solusi alternatif.
Pengelolaan sumberdaya alam, merupakan masalah yang multi kriteria dan multi objektif sehingga diperlukan suatu teknik evaluasi yang saling berhubungan
untuk mendukung proses pembuatan keputusan dalam pengelolaan sumberdaya alam. Teknik MCDM merupakan suatu teknik yang cukup baik diterapkan karena
bertujuan untuk memberikan alternatif terbaik dengan mengakomodasi proses seleksi yang melibatkan beragam kriteria multi criteria dalam pemilihan
alternatif Gumbriech, 1996.
3.4.7. Analisis Eksternalitas
Pendekatan yang dapat digunakan dalam pengelolaan sumberdaya laguna dalam hal ini potensi perikanan dapat dilakukan dengan pendugaan nilai
eksternalitas melalui identifikasi manfaat dan biaya Benefit – Cost. Identifikasi eksternalitas baik positif maupun negatif terhadap pemanfaatan ekosistem
mangrove di laguna Segara Anakan dibatasi pada manfaat dari ekosistem
mangrove yang bersifat langsung dan tidak langsung. Pendekatan kuantifikasi manfaat ekonomi dilakukan dengan beberapa metode valuasi ekonomi
berdasarkan data primer dan data sekunder yang diperoleh di lapangan.
3.4.7.1. Eksternalitas Positif
Untuk mengetahui nilai eksternalitas positif dari pengembangan tambak pada ekosistem mangrove di kawasan Laguna Segara Anakan, dilakukan
perhitungan besar manfaat dan besarnya biaya. Kegiatan budidaya tambak merupakan bentuk opportunity cost dari lahan mangrove, karena konversi lahan
mangrove menjadi tambak akan memberikan keuntungan dalam jangka pendek bagi petambak, tetapi kegiatan ini juga akan berdampak pada pemanfatan
mangrove lainnya, seperti penangkapan benur, kepiting dan lainnya. Opportunity cost merupakan metode yang dapat dipakai untuk menghitung
nilai ekonomi suatu proyek pemanfatan lahan pesisir. Teknik ini dapat melihat hasil atau keuntungan yang diperoleh dari alternatif investasi yang diabaikan.
Menurut Fachrudin 2005, integritas analisis ekonomi-ekologi teknik ini sama dengan pendekatan perubahan produktivitas productivity change. Hanya
dalam pendekatan ini investasi di bidang lain digunakan sebagai acuan tolok ukur dari turunnya produktivitas akibat kerusakan lingkungan.
3.4.7.2. Eksternalitas Negatif
Adanya pengembangan tambak pada lahan mangrove, telah memberikan eksternalitas negatif berupa hilangnya nilai ekonomi ekosistem mangrove secara
mangsung dan tidak langsung. a. Manfaat yang hilang secara langsung
Manfaat langsung yang diidentifikasi sebagai manfaat yang hilang akibat pengembangan tambak ini merupakan output barang dan jasa yang
terkandung dalam suatu sumberdaya yang secara langsung dapat dimanfatakan atau :
ML = MLH + MLP
Dimana : MLH = manfaat langsung, total hasil hutan seperti kayu bakar, bibit alam, kepiting, dsb
MLP = manfaat langsung, total hasil perikanan seperti kepiting, udang, ikan, dsb.
b. Manfaat yang hilang secara tidak langsung Dalam konteks ekosistem mangrove, nilai pakai tidak langsung
didefinisikan sebagai nilai fungsi ekosistem mangrove dalam mendukung atau melindungi aktivitas ekonomi atau sering disebut sebagai “jasa lingkungan”.
Sebagai contoh, fungsi ekosistem mangrove sebagai penahan gelombang secara teoritis akan melindungi kawasan pertanian, pemukiman dan kawasan
properti lainnya yang erada di belakang ekosistem ini Adrianto 2004. Nilai ini dapat diestimasi dengan menggunakan pendekatan
replacement cost damage avoided cost yang diaplikasikan untuk fungsi ekosistem mangrove sebagai penahan gelombang buffer zone dan
pengurangan pencemaran. Biaya rehabilitasi per hektar mangrove dapat digunakan sebagai proksi bagi replacement cost Adrianto 2005b.
IUV = Crm
2
X M
Dimana : IUV = Manfaat tidak langsung Cr
= biaya rehabilitasi mangrove per hektar atau m
2
M = luas hutan mangrove ha atau m
2
Estimasi manfaat ekosistem mangrove sebagai nursery ground, spawning ground dan feeding ground bagi biota perairan didekati dari hasil tangkapan
nelayan untuk ikan di wilayah laut sekitarnya. Menurut Adrianto 2004 teknik pengukuran untuk menilai manfaat tersebut adalah pendekatan produktivitas
productivity approach.
3.5. Organisasi Penulisan
Sistematika penulisan disertasi ini terdiri atas enam bab sebagai berikut, Pendahuluan, Tinjauan Pustaka, Gambaran Umum Lokasi Penelitian, Metode
Penelitian, Hasil dan Pembahasan, Kesimpulan dan Saran yang secara garis besar penjelasan isi dari setiap bab tersebut diuraikan lebih lanjut.
Bab I, Pendahuluan membahas latar balakang permasalahan sistem sosial-ekologis di Laguna Segara Anakan, khususnya masyarakat Kampung
Laut. Pada latar belakang tercermin kompleksitas permasalahan di Segara Anakan dan tingkat urgensi untuk menemukan alternatif mitigasi dan adaptasi
terhadap perubahan yang melingkunginya. Dari sini kemudian dirumuskan permasalahan spesifik yang perlu dikaji, disertai dengan tujuan, kegunaan dan
ruang lingkup kajian. Untuk merumuskan kajian secara rinci, disusun kerangka konseptual penelitian berdasarkan hasil studi kepustakaan. Sumber kepustakaan