Periode Tahun 1986 – 1990 Dinamika Sistem Sosial-Ekologi

Pekalongan. Tanah timbul yang menempel ke pantai Pulau Nusakambangan menjadi titik-titik perrebutan utama karena kesuburannya dan karena posisinya yang tinggi sehingga terlindung dari pasang dan banjir. Degradasi lingkungan terjadi begitu cepat pada periode tersebut, menimbulkan berbagai komplikasi tambahan pada masalah-masalak sosial- ekonomi. Pengurangan luasan mangrove secara signifikan berdampak pada ekologi dan kehidupan sosial masyarakat Kampung Laut. Dampak lingkungan yang terjadi adalah penurunan stok ikan,penurunan kemampuan kawasan untuk menghadapi tekanan alam. Secara sosial ekonomi, pendapatan nelayan juga menurun. Meskipun lahan pertanian tersedia lebih banyak, kesempatan ini tidak dapat dimaksimalkan karena ketiadaan ketrampilan yang mamadai untuk memanfaatkannya.di sisi lain, pendatang menikmati kesempatan dengan memanfaatkan keberadaan tanah-tanah timbul yang makin meluas.Potensi konflik menjadi semakin nyata karena perkembangan tersebut. Pertambakan yang dipraktekkan oleh para pendatang berhasil. Hal ini mendorong masyarakat Kampung Laut untuk mengadopsi teknologi budidaya. Namun demikian, mereka tidak berhasil karena mereka melakukannya pada lahan-lahan yang baru terbentuk. Tidak hanya penduduk desa, para tahanan Nusakambangan juga ikut mengikuti perkembangan tersebut. Menurut data desa Ujung Alang, total areal pertambakan pada saat itu mencapai 187 hektar. Kemudian, diperoleh hasil bahwa pada saatnya pertambakan-pertambakan tersebut juga gagal, terutama karena sistem irigasi yang buruk dan system hidrologi yang kurang baik di Segara Anakan, serta adanya penjarahan yang puncaknya terjadi pada tahun 1998. Secara diagramatik kejadian sosial dan ekologis yang terjadi pada periode ini dapat dilihat pada Gambar 74 berikut ini. Gambar 74. Interaksi kejadian ekologis dengan sosial pada periode tahun 1996 - 2000

5.1.4.5. Periode Tahun 2001 - Sekarang

Pada periode tahun 2001 sampai dengan saat ini sedimentasi terus berlanjut, dimana terjadi penambahan daratan seluas 631 ha dan penyempitan laguna seluas 366 ha. Pada periode ini, pengerukan laguna dilaksanakan untuk mengurangi sedimentasi. Antara tahun 2000 dan 2005, tiga kali Segara Anakan dikeruk, yaitu di titik Plawangan, selatan Desa Karanganyar, dan dekat muara. Meskipun hasil pengerukan seperti tidak menunjukkan hasil yang nyata. Plawangan yang merupakan gerbang pertemuan sungai dengan laut selatan bahkan kini nyaris tertutup sedimentasi. Pembuangan hasil pengerukan kemudian dikirim ke lokasi-lokasi lain termasuk Klaces. Petani yang tanahnya dipergunakan untuk membuang hasil pengerukan memperoleh kompensasi untuk tanaman-tanaman ekonomis, misalnya pohon kelapa. Seiring dilakukannya pengerukan, air laguna menjadi keruh, sehingga menghalangi nelayan untuk melakukan kegiatan melaut. Untuk alasan ini, kompensasi juga diberikan kepada nelayan. Secara diagramatik kejadian sosial dan ekologis yang terjadi pada periode ini dapat dilihat pada Gambar 75 berikut ini. Masalah sosek semakin kompleks Produksi perikanan terus menurun Pemukiman baru: 5 ha Usaha tambak udang bangkrut Penambahan lahan: + 631 ha Badan air menyusut:: 594 ha Sedimentasi semakin cepat Gambar 75. Interaksi kejadian ekologis dengan sosial pada periode tahun 2001 – sekarang Secara umum, berdasarkan hasil analisis sejarah dalam penelitian ini menunjukkan bahwa penyesuaian-penyesuaian sosial terjadi untuk merespon perkembangan dinamika ekologi. Jenis-jenis dan struktur pencaharian juga berkembang. Sementara itu, visi masyarakat juga mengalami perubahan; sebagian di antara mereka bertransformasi dari ‘manusia maritim’ ke ‘manusia terestrial’. Penelitian ini menunjukkan indikasi yang kuat bahwa perubahan- perubahan dalam konteks sosial mulai berdampak pada aspek-aspek ekologi; produktivitas perikanan menurun, sementara itu output terrestrial juga belum cukup signifikan. Dalam analisis ini juga dapat dilihat bagaimana siklus adaptif yang terjadi di Segara Anakan. Siklus adaptif yang dimaksud adalah siklus pembaruan adaptif adalah sebuah model heuristic, yang dihasilkan dari observasi terhadap dinamika ekosistem pada empat fase perkembangan yang diarahkan oleh kejadian dan proses diskontinu dalam pengelolaan sumberdaya di kawasan laguna Segara Anakan. Siklus ini merupakan gambaran dari beberapa periode, yaitu periode perubahan eksponensial eksploitasi atau fase r, periode pertumbuhan statis dan kaku konservasi atau fase K, periode pengaturan ulang dan kehancuran pelepasan atau fase Ω, serta periode reorganisasi dan pembaruan fase α. Praktek pengelolaan tradisional sumberdaya perikanan di laguna Segara Anakan Pengerukan laguna Produksi perikanan terus menurun Pemukiman baru bertambah Usaha tambak udang tradisional berkembang Penambahan lahan: + 631 ha Badan air menyusut: 366 ha Sedimentasi terus berlanjut Konflik tanah timbul