Jumlah Tanggungan Keluarga Responden Asal Responden

128 Tabel 49. Destruktivitas alat terkait perilaku nelayan Kampung Laut No Kelompok Jenis Alat Destruktivitas terhadap sumberdaya Sasaran Mobilitas Selektif Waktu Overall 1 Jaring tiga lapis Jaring ciker Ikan Diam Tidak selektif Sepanjang tahun Sangat destruktif Jaring kantong Ikan dan udang Diam Tidak selektif Sepanjang tahun Destruktif Jaring bangkok Ikan dan udang Diam Tidak selektif Sepanjang tahun Destruktif Jaring gilap Ikan Diam Tidak selektif Sepanjang tahun Destruktif Jaring tetek Ikan Diam Tidak selektif Sepanjang tahun Destruktif 2 Jala yang ditebar Jala Ikan Bergerak Selektif Sepanjang tahun Tidak destruktif Jala otek Ikan Bergerak Selektif Sepanjang tahun Tidak destruktif 3 Perangkap Waring sodong Ikan Bergerak Selektif Sepanjang tahun Destruktif Wadong Ikan Diam Selektif Sepanjang tahun Tidak destruktif Jaring tadah Ikan dan udang Diam Tidak selektif Sepanjang tahun Destruktif Waring cadok Ikan dan udang Diam Tidak selektif Sepanjang tahun Destruktif Waring telembuk Ikan Diam Tidak selektif Sepanjang tahun Destruktif Waring kambang Ikan dan udang Diam Tidak selektif Sepanjang tahun Destruktif 4 Pancing Pintur Kepiting bakau Diam Selektif Sepanjang tahun Tidak destruktif Pancing Ikan Diam Selektif Sepanjang tahun Tidak destruktif Pancing prawe Ikan Diam Selektif Sepanjang tahun Tidak destruktif Sumber: data primer diolah 128

5.1.1. Karakteristik Pengguna Sumberdaya

Secara lebih rinci, berikut adalah gambaran umum mengenai karakteristik pengguna sumberdaya dan alat yang dipergunakan, dengan perkembangan aktivitas eknomi dan penggunaan alat pengekstrak sumberdaya yang dipergunakannya sebagaimana dipaparkan di atas. Dalam hal ini, deskripsi karakteristik tersebut tidak hanya menyangkut pengguna utama yaitu nelayan, melainkan pengguna-pengguna lain termasuk pembudidaya ikan, petani dan berbagai penyedia usaha jasa.

1. Nelayan Jaring Apong

Sebagian besar nelayan di Segara Anakan adalah pemilik jaring apong, yaitu sebuah varian dari jaring insang gill net, yang dipasang statis melintang di tubuh alur air di dalam laguna. Jaring tersebut bertumpu pada tiang-tiang yang ditancapkan ke dasar perairan pada kedua ujungnya, cukup kuat menahan arus air. Pada bagian atas jaring diikatkan pelampung untuk mempertahankan ketinggian jarring di dalam kolom air sedangkan pada bagian bawah dipasang pemberat berupa rantai yang terbuat dari besi, dengan tujuan untuk mempertahankan posisi jaring, tegak di dalam kolom air. Prinsip kerja alat ini adalah meneapkan jebakan tehhadap ikan yang bergerak searah arus pasang surut perairan. Ikan-ikan yang berenang mengikuti arus pasang dan arus surut terjerat jaring pada bagian insangnya. Pada waktu-waktu normal, ikan-ikan yang tertangkap pada jaring apong dipanen dua kali sehari, yaitu sekali di siang hari dan dan sekali di malam hari sedangkan pada musim puncak, ikan dipanen rata-rata setiap 5 jam sekali. Aktivitas nelayan menggunakan alat ini bersifat sangat destruktif, terutama apabila dikaitkan dengan penggunaan ukuran mata jaring yang sangat kecil, sebagaimana dipraktekkan oleh para nelayan apong. Alat ini sering diistilahkan sebagai pukat trawl statis karena sifatnya yang sangat tidak selektif. Namun demikian, sebagian pihak, terutama para pemilik apong, berpendapat bahwa karena sifatnya yang statis, praktek apong oleh masyarakat Segara Anakan cukup ramah lingkungan karena menyisakan ruang terbuka, yaitu ruang antar apong di badan perairan, yang memunginkan sebagian ikan lolos dari perangkap alat tersebut.