Pendugaan Nilai Eksternalitas di Laguna Segara Anakan

Tabel 75. Adaptasi yang Dilakukan Masyarakat di Laguna Segara Anakan sebagai Respon atas Suatu Kejadian No Periode Kejadian Adaptasi 1 1970 Musim dapat diprediksi luasan laguna masih memadai Penggunaan alat-alat tangkap sederhana, terbuat dari bambu dan daun gebang 2 1970-1980 Iklim dan sejumlah faktor antropogenik menyebabkan degradasi laguna penyempitan, pendangkalan, penurunan produktivitas • Penggunaan alat-alat tangkap super efektif misalnya jaring apong • Penebangan hutan mangrove 3 1980-1990 Musim sulit diprediksi, laguna semakin terdegradasi, produktivitas perairan semakin menurun • Sebagian masyarakat beralih menjadi petani pemanfaatan tanah timbul dan bekas tebangan mangrove • Merantau nelayan atau buruh 4 1990-2000 Degradasi laguna semakin cepat • Pengerukan laguna • Peningkatan aktivitas ekonomi destruktif 5 2000-2010 Sumberdaya perikanan semakin tidak menjanjikan; pertanian belum dapat maksimal Perambahan pulau sekitar dengan melakukan penanaman ‘albiso’ di hutan Nusakambangan Sumber: data primer diolah 2010 Perubahan yang terjadi pada laguna Segara Anakan telah membuat masyarakat harus melakukan proses belajar untuk mempertahankan hidupnya. Proses belajar ini pada akhirnya menghasilkan bentuk-bentuk baru dan menimbunnya sebagai bentuk akumulasi dari pengetahuan dan kepandaian yang merupakan bentuk adaptasi yang dilakukan terhadap perubahan yang terjadi. Strategi adaptasi merupakan pilihan tindakan yang bersifat rasional dan efektif sesuai dengan konteks lingkungan sosial, politik, ekonomi, dan ekologi dimana penduduk itu hidup Kusnadi, 1998. Uraian di atas menunjukkan bahwa perlu mengembangkan strategi adaptasi yang lebih spesifik agar masyarakat memiliki kapasitas yang sesuai. Untuk menentukan alternatif terbaik bentuk pengelolaan sumberdaya di Laguna Segara Anakan, dalam penelitian ini secara agregat digunakan analisis Multi Criteria Decision Making MCDM. Dalam analisis ini dilakukan pembobotan yang menjadi nilai dari kriteria yang paling berpengaruh dalam penilaian setiap kriteria yang dipertimbangkan. Data yang diperoleh dari hasil pembobotan dianalisis dengan menggunakan program Criterium Decision Plus Criplus Version 3.4.S dan menggunakan metode Simple Multi Attribute Rating Technicue SMART. Nilai bobot dari masing-masing kriteria dan sub kriteria merupakan input nilai berdasarkan hasil penyebaran kuesioner kepada pihak yang berkompeten dalam penentuan kebijakan dalam pengelolaan sumberdaya di Laguna Segara Anakan. Responden meliputi tokoh masyarakat setempat, pemerintah daerah, instansi pemerintah, perguruan tinggi, LSM dan pengguna sumberdaya yang ahli di bidangnya. Dalam analisis MCDM, dapat dilakukan penilaian yang bersifat kualitatif yang diidentifikasi melalui sistem yang diamati, dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran umum terhadap sistem yang dikaji. Selanjutnya dari hasil identifikasi tersebut akan diperoleh beberapa variabel yang cukup mendominasi, yang dikategorikan kedalam tiga kriteria yang menggambarkan motif pengelolaan sumberdaya yang dilakukan di wilayah Laguna Segara Anakan yang kemudian disusun dalam bentuk hirarki Gambar 83. Nilai bobot dari masing-masing kriteria dan sub kriteria merupakan input nilai berdasarkan hasil penyebaran kuesioner kepada pihak yang berkompeten dalam penentuan kebijakan dalam pengelolaan laguna Segara Anakan. Gambar 83. Struktur Hirarki untuk MCDM pada Keberlanjutan Pengelolaan Sumberdaya di Laguna Segara Anakan Hirarki disusun berdasarkan hasil analisis SES, resiliensi dan eksternalitas, dimana sejumlah tujuan perlu dipertimbangkan sebagai bagian yang mempengaruhi dinamika sosial ekonomi dan ekologi yang berimbas pada tingkat resiliensi masyarakat di laguna Segara Anakan. Tujuan-tujuan tersebut adalah: pendapatan masyarakat, sumbangan pada Pendapatan Asli Daerah PAD, Resiliensi Masyarakat di laguna SA Ekonomi Ekologi Sosial Pendapatan Sumbangan Lingkungan Partisipasi Lembaga lokal Aturan Pengerukan Pemberian insentif Pemb. Pengemb. SDM Pembuatan Budidaya