KESIMPULAN DAN SARAN Community resilience model in segara anakan lagoon

Nomor Teks Halaman 25. Uraian Rasionalisasi Penilaian Kriteria Belajar Hidup dalam Perubahan dan Ketidakpastian 94 26. Uraian Rasionalisasi Penilaian Kriteria Menjaga Keberagaman untuk Reorganisasi dan Pembaharuan 94 27. Uraian Rasionalisasi Penilaian Kriteria Mengkombinasikan Berbagai Ragam Pengetahuan 95 28. Uraian Rasionalisasi Penilaian Kriteria Menciptakan Kesempatan untuk Pengorganisasian secara Mandiri 95 29. Indikator Pengaruh Stakeholder terhadap Pembangunan Wilayah Pesisir 98 30. Kriteria dan Skoring Kondisi Aset Alam 101 31. Kriteria dan Skoring Kondisi Aset Manusia dengan Indikator Pendidikan dan Kesehatan 102 32. Kriteria dan Skoring Kondisi Aset Sosial 102 33. Kriteria dan Skoring Kondisi Aset Keuangan 103 34. Kriteria dan Skoring Kondisi Aset Buatan 103 35. Skor Saaty yang Digunakan dalam FGD Penelitian Resiliensi Masyarakat di Laguna Segara Anakan 105 36. Batas Administrasi Desa-Desa di Kampung Laut 116 37. Sebaran Penduduk Desa Usia 10 Tahun ke atas di Kampung Laut berdasarkan Jenis Mata Pencaharian Utama, 2003 - 2008 116 38. Jenis Biota Laut yang Tertangkap di Laguna Segara Anakan 117 39. Potensi Pariwisata di Kawasan Laguna Segara Anakan 118 40. Klasifikasi Umur Responden Utama di Lokasi Penelitian 119 41. Jenis Kelamin Responden Utama di Lokasi Penelitian 119 42. Klasifikasi Tingkat Pendidikan Responden Utama di Lokasi Penelitian 119 43. Klasifikasi Responden Utama di Lokasi Penelitian menurut Jumlah Tanggungan Keluarga 120 44. Asal Responden Utama di Lokasi Penelitian 120 45. Komponen Utama Model SES di Segara Anakan 122 46. Hubungan antar Komponen dalam SES Segara Anakan 123 47. Jenis-Jenis Alat Tangkap yang Beroperasi di Laguna Segara Anakan 125 48. Perkembangan Praktek Perikanan terkait Dinamika Kondisi Ekologis Sumberdaya Alam di Segara Anakan 126 49. Destruktivitas Alat terkait Perilaku Nelayan Kampung Laut 128 50. Karateristik Pengguna Sumberdaya di Laguna Segara Anakan 142 xxviii Nomor Teks Halaman 51. Identifikasi Permasalahan dan Solusi yang Dilaksanakan di Laguna Segara Anakan 142 52. Tingkat Pendidikan Kecamatan Kampung Laut 2008 146 53. Rasio Sekolah, Murid dan Guru di Kecamatan Kampung Laut 2008 147 54. Stakeholder Pengelolaan Kawasan Laguna Segara Anakan 150 55. Praktek Pengelolaan Tradisional Sumberdaya Perikanan di Laguna Segara Anakan berdasarkan Fase Siklus Pengelolaan Adaptif Holling 1986, Gunderson et al, 1995 162 56. Siklus Adaptif Sosial-Ekologi di Laguna Segara Anakan 163 57. Dinamika Pengelolaan Sumberdaya Perikanan di Laguna Segara Anakan 169 58. Faktor Kunci yang Dapat Memperlemah Resiliensi SES di Laguna Segara Anakan 169 59. Faktor Kunci yang Dapat Memperkuat Resiliensi SES di Laguna Segara Anakan 170 60. Analisis Kerentanan di Laguna Segara Anakan 175 61. Dampak Resiko dari Kelompok Rentan terhadap Tekanan Alam Pesisir dan Laut pada Masyarakat di Kawasan Laguna Segara Anakan 176 62. Tekanan Masyarakat pada Sumberdaya Alam di Kawasan Laguna Segara Anakan 177 63. Kondisi Aset Kapital di Kawasan Laguna Segara Anakan 178 64. Kondisi Aset Alam di Kawasan Laguna Segara Anakan 179 65. Kondisi Aset Manusia dengan Indikator Pendidikan dan Kesehatan di Kawasan Laguna Segara Anakan 180 66. Kondisi Aset Sosial di Kawasan Laguna Segara Anakan 182 67. Kondisi Aset Keuangan di Kawasan Laguna Segara Anakan 184 68. Kondisi Aset Buatan di Kawasan Laguna Segara Anakan 186 69. Perubahan Aset Alam di Kawasan Laguna Segara Anakan 188 70. Sistem Insentif Berbasis Masyarakat di Laguna Segara Anakan 190 71. Perbandingan Penilaian terhadap Berbagai Kriteria untuk Setiap Pilihan Sistem Insentif Pengelolaan Sumberdaya di Laguna Segara Anakan 191 72. Persepsi Masyarakat Lokal terhadap Kondisi Sumberdaya di laguna Segara Anakan 197 73. Nilai Eksternalitas Positif dan Negatif dari Laguna Segara Anakan 200 74. Analisis Biaya Manfaat untuk Penanganan Eksternalitas di Laguna Segara Anakan 201 xxix Nomor Teks Halaman 75. Adaptasi yang Dilakukan Masyarakat di Laguna Segara Anakan sebagai Respon atas Suatu Kejadian 203 76. Nilai Bobot Kriteria untuk Pengelolaan Sumberdaya di Laguna Segara Anakan 206 xxx DAFTAR GAMBAR Nomor Teks Halaman 1. Pengurangan Luas Laguna Segara Anakan 3 2. Produksi Perikanan Tangkap Air Payau dan Perairan Umum Sungai di Kabupaten Cilacap, 2001-2009 Sumber: BPS 2010 5 3. Perbandingan Produksi terhadap Nilai Volume Ikan dan Udang di Kabupaten Cilacap, 1998-2009 Sumber: BPS, 2010 5 4. Siklus Kerusakan Lingkungan di Segara Anakan Al Amin, 2002 7 5. Sedimentasi di Kawasan Laguna Segara Anakan 9 6. Kerangka Permasalahan di Laguna Segara Anakan dengan Pendekatan DPSIR 10 7. Kerangka Pemikiran Model Resiliensi Masyarakat di Segara Anakan diadaptasi dari Turner et al., 2003 12 8. Model Konseptual dari SES Anderies et al., 2004 22 9. Sistem Sosial-Ekologis Berkes and Folke, 2002 24 10. Keterkaitan antara Sistem Ekologi dan Sosial di Wilayah Pesisir dan Laut Anderies, et.al, 2004 dalam Adrianto, 2006 25 11. Kerangka Kerentanan Turner et al., 2003 27 12. Siklus Adaptif dari Empat Fungsi Ekosistem R, K, Ω, α dan Alir Kejadian Diantaranya Holling et al., 2000 38 13. Panarchy, Model Heuristic dari Tahapan Siklus Pembaruan Adaptif yang Menekankan Hubungan Interplay Lintas Skala Modifikasi dari Gunderson and Holling, 2002 39 14. Tahapan Analisis Resiliensi Sosial-Ekologi Walker et al., 2002 42 15. Skema Coastal Livelihood System Analysis Adrianto, 2005 46 16. Kerangka Pemikiran Kehidupan Masyarakat Pantai Pomeroy et al, 2005 47 17. Langkah-Langkah Mendisain CLSA di Segara Anakan Diadaptasi dari Emmerton, 2001 50 18. Langkah lengkap dalam mendisain CLSA di Segara Anakan Diadaptasi dari Emmerton, 2001 51 19. Check list tahap 1 CLSA 52 20. Check list tahap 2 CLSA 53 21. Check list tahap 3 CLSA 54 22. Check list tahap 4 CLSA 55 23. Check list tahap 5 CLSA 56 24. Kerangka Proses Focus Group Fern 2001 59 25. Lokasi Penelitian di Laguna Segara Anakan 75 Nomor Teks Halaman 26. Diagram Alir Tahapan Penelitian dan Analisis Data 77 27. Kerangka Pengambilan Sampel 81 28. Sebaran Sampel di Kawasan Laguna Segara Anakan 82 29. Siklus Manajemen Adaptif USDA USDI, 1994 96 30. Kategori Stakeholder berdasarkan Tingkat Pengaruh dan Kepentingan Brown et al, 2001 98 31. Kerangka Konseptual untuk Analisis Sistem Sosial-Ekologis 100 32. Kerangka Konseptual untuk Analisis Keberlanjutan Mata Pencaharian DFID, 2003 102 33. Model SES Segara Anakan dimodifikasi dari model Anderies, 2004 121 34. Alat Tangkap Jaring Apong 130 35. Hasil Tangkapan Jaring Apong 130 36. Alat Tangkap Jala 131 37. Alat Tangkap Bubu 132 38. Umpan Kepiting 132 39. Pengumpul Kerang 134 40. Proses Perebusan Kerang 134 41. Lahan Tambak di Dusun Bondan 136 42. Perumahan Petambak 136 43. Tempat Budidaya Kepiting 136 44. Lahan Budidaya Kepiting 136 45. Lahan yang Disiapkan untuk Budidaya Kepiting 136 46. Kepiting Hasil Tangkapan Nelayan 136 47. Ibu-Ibu Menanam Padi 137 48. Sawah di Desa Klaces 137 49. Proses Pengambilan Nira 139 50. Proses Perebusan Nira 139 51. Pengawet yang Digunakan dalam Perebusan 139 52. Kayu Bakar yang Digunakan Penderes 139 53. Proses Pencetakan Gula 139 54. Gula yang Sudah Dicetak 139 55. Lobster yang Dikeringkan 140 56. Jaring Sirang yang Digunakan untuk Menangkap Lobster 140 57. Kegiatan Penambangan Pasir di Plawangan Barat 140 xxxii Nomor Teks Halaman 58. Kayu Bakau yang Digunakan untuk Kayu Bakar 141 59. Mata Air yang Dibendung dan Dipasang Pompa 144 60. Pipa untuk Menyalurkan Air Tawar ke Bak-Bak Penampungan 144 61. Proses Pengangkutan Air Bersih 145 62. PLTS di Desa Ujung Alang 145 63. Tingkat Pendidikan Responden di Segara Anakan 146 64. SD Filial di Dusun Bondan 147 65. SD Induk di Desa Ujung Alang 147 66. Sarana Ibadah Agama Kristen 148 67. Kegiatan Perayaan Agama Islam 148 68. Sarana Transportasi Anak Sekolah 149 69. Sarana Transportasi Menuju Cilacap 149 70. Grafik Kepentingan dan Pengaruh dari Stakeholder terkait Pengelolaan Kawasan Laguna Segara Anakan 152 71. Interaksi Kejadian Ekologis dengan Sosial pada Periode Tahun 1980- 1985 154 72. Interaksi Kejadian Ekologis dengan Sosial pada Periode Tahun 1986 - 1990 156 73. Interaksi Kejadian Ekologis dengan Sosial pada Periode Tahun 1991 - 1995 158 74. Interaksi Kejadian Ekologis dengan Sosial pada Periode Tahun 1996 - 2000 160 75. Interaksi Kejadian Ekologis dengan Sosial pada Periode Tahun 2001 – sekarang 161 76. Perubahan Persentase Keterlibatan Penduduk dalam Berbagai Mata Pencaharian Prayitno, 2001; Anonim, 2005 167 77. Siklus Adaptasi Dinamika Sosial-Ekologi di Laguna Segara Anakan 171 78. Jenis Kelompok Mata Pencaharian yang Tersedia oleh Alam 173 79. Grafik Hasil CLSA di Laguna Segara Anakan 189 80. Persentase Responden yang Memiliki Skor Tinggi untuk Berbagai Faktor yang Mempengaruhinya 193 81. Kondisi Hutan Mangrove di Laguna Segara Anakan 2010 196 82. Pemanfaatan Mangrove sebagai Bahan Pembuatan Rumah 2010 196 83. Struktur Hirarki untuk MCDM pada Keberlanjutan Pengelolaan Sumberdaya di Laguna Segara Anakan 204 84. Skor Akhir Prioritas Model Pengelolaan Sumberdaya di Laguna Segara Anakan Untuk Kriteria Ekonomi 206 xxxiii Nomor Teks Halaman 85. Skor Akhir Prioritas Model Pengelolaan Sumberdaya di Laguna Segara Anakan untuk Kriteria Ekologi 207 86. Skor Akhir Prioritas Model Pengelolaan Sumberdaya di Laguna Segara Anakan untuk Kriteria Sosial 208 87. Pilihan-Pilihan Strategi untuk Meningkatkan Resiliensi Masyarakat di Laguna Segara Anakan dengan Teknik SMART 209 88. Model Resiliensi Masyarakat di Laguna Segara Anakan 216 xxxiv GLOSSARY BPKSA Badan Pengelola Kawasan Segara Anakan Eksternalitas adalah kerugian atau keuntungan-keuntungan yang diderita atau dinikmati pelaku ekonomi karena tindakan pelaku ekonomi lain. Kecamatan Kampung Laut Adalah wilayah administratif di kawasan Segara Anakan dihuni sekitar 15.000 jiwa yang terbagi 4 Desa yakni Ujung Gagak, Ujung Alang, Panikel dan Klaces dengan mata pencaharian masyarakat sebagai besar adalah nelayan dan petani. Kerentanan atau vulnerability yang dimaksudkan dalam disertasi ini adalah atribut yang potensial dari suatu sistem untuk dirusakkan oleh dampak-dampak yang eksogenous. KPSKSA Kantor Pengelola Sumberdaya Kawasan Segara Anakan Laguna adalah estuaria yaitu bentuk teluk di pantai yang sebagian tertutup, dimana air tawar dan air laut bertemu untuk bercampur. Laguna Segara Anakan merupakan pertemuan muara Sungai Citanduy, Cibeureum, Cimeneng dan Cikonde, serta beberapa anak sungai. Segara Anakan adalah ekosistem estuaria yang unik dan khas di Pantai Selatan Pulau Jawa berfungsi sebagai daerah asuhan nursery ground, tempat berpijah spawning ground, mencari makan feeding habitat berbagai jenis biota akuatik seperti ikan, udang, dan kepiting. Disamping juga sebagai habitat berbagai burung dan binatang lainnya. Masyarakat adalah orang-orang yang hidup dalam batas-batas geografis, terlibat dalam interaksi sosial, memiliki satu atau lebih ikatan psikologis antara satu dengan lainnya, dan ikatan dengan tempat tinggal. MCDM Multi Criteria Decision Making Model adalah abstraksi atau penyederhanaan dari sistem yang sebenarnya Hall and Day, 1977. Model merupakan suatu penggambaran abstrak dari dunia nyata riil, yang akan bertindak seperti dunia nyata untuk aspek-aspek tertentu. Pembangunan berkelanjutan dapat didefinisikan sebagai ”upaya sadar dan terencana yang memadukan lingkungan hidup termasuk sumberdaya ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan” UU No 23 Tahun 1997. Pembangunan berkelanjutan juga dapat didefinisikan sebagai pembangunan untuk memenuhi kebutuhan hidup saat ini tanpa merusak atau menurunkan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya WCED 1987. Panarchy adalah suatu kerangka dalam pengelolaan sumberdaya yang menggambarkan suatu siklus adaptif dalam merespon lingkungan melalui empat fase berulang yaitu eksploitasi, konservasi, kerusakan dan reorganisasi. PCRA Partisipatory Coastal Resources Assessment Resiliensi atau Resilience yang dimaksudkan dalam disertasi ini adalah kemampuan dari sebuah ekosistem untuk mentolerir perubahan tanpa menyebabkan pengurangan kondisi kualitatifnya. Resiliensi masyarakat adalah tindakan belajar hidup dalam perubahan dan ketidakpastian, menjaga keberagaman untuk reorganisasi dan pembaharuan, mengkombinasikan berbagai ragam pengetahuan, dan menciptakan kesempatan untuk pengorganisasian secara mandiri yang dilakukan masyarakat dalam menghadapi perubahan ekologis. SACDP Segara Anakan Conservation and Development Project Segara Anakan adalah perairan estuarin semi tertutup karena ada Pulau Nusakambangan sebagai barierpenghalang, namun efek hidro-osenografi Samudera Hindia masih berpengaruh melalui pintu Plawangan Barat dan Plawangan Timur. SES Social-Ecological System atau sistem sosial-ekologi yang dalam disertasi ini mengacu pada definisi yang dikembangkan oleh Anderies et al 2002 yaitu sebuah sistem dari unit biologiekosistem yang dihubungkan dan dipengaruhi oleh satu atau lebih sistem sosial. xxxvi

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Wilayah pesisir atau pantai merupakan wilayah yang mempunyai ciri ekologis khas, yang berbeda dengan wilayah ekologis daratan pada umumnya. Wilayah pesisir merupakan tempat peralihan antara daratan dan lautan, yang ditandai oleh perubahan ekologis yang tajam. Wilayah pesisir, terutama daerah muara sungai, juga merupakan wilayah yang sangat subur atau kawasan dengan tingkat produktivitas hayati yang tinggi. Namun demikian, di sisi lain, daerah pesisir dan muara sungai juga merupakan kawasan yang paling rentan terhadap gangguan yang terkait dengan aktivitas manusia. Gangguan tersebut sering menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan, termasuk dalam bentuk kerusakan ekosistem atau penurunan kualitas lingkungan pantai. Jika dilihat dari sumber kejadian kerusakan ekosistem pantaipesisir, menurut Dahuri dkk 1996 jenis-jenis kerusakan lingkungan tersebut sebagian disebabkan oleh faktor luar sistem wilayah pesisir dan sebagian lagi disebabkan oleh faktor-faktor di dalam wilayah pesisir itu sendiri. Proses perubahan ekosistem ini mengakibatkan dampak dalam bentuk perubahan sosial ekonomi suatu kawasan dan pola kehidupan penduduk yang berada pada kawasan tersebut. Hal inilah yang dialami oleh masyarakat di Kawasan Segara Anakan, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, yang merupakan objek dari penelitian ini. Di antara kawasan-kawasan pesisir lain, Segara Anakan mempunyai ciri- ciri biogeofisik yang lebih unik. Kawasan tersebut memiliki kemampuan alamiah yang besar untuk menjamin keberlangsungan hubungan timbal balik antara ekosistem daratan, ekosistem estuari dan ekosistem lautan secara serasi, selaras dan seimbang sebagai habitat flora dan fauna langka. Kawasan tersebut merupakan daerah migrasi berbagai jenis satwa yang dilindungi dan daerah asuhan berbagai jenis udang dan ikan bernilai ekonomi tinggi. Selanjutnya, kawasan tersebut juga merupakan sumber penghidupan bagi masyarakat luas. Karena itu, sangat dapat dipahami bahwa oleh pemerintah, Segara Anakan diposisikan sebagai sumberdaya alam yang merupakan menjadi modal dasar bagi pembangunan daerah, regional dan nasional sehingga perlu dilestarikan kondisi lingkungannya. Selain itu, Segara Anakan ditetapkan sebagai salah satu kawasan konservasi yang mempunyai ciri khas sebagai satu kesatuan Ekosistem sebagaimana diamanatkan dalam pasal 28 ayat 3 huruf d dalam UU No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil: ”Ekosistem pesisir yang unik misalnya gumuk pasir di pantai selatan Yogyakarta, Laguna Segara Anakan, ekosistem pesisir Kepulauan Derawan sebagai habitat peneluran penyu laut”. Dan PP. Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN bahwa “Kawasan Ekosistem Laguna Segara Anakan merupakan salah satu Kawasan Strategis Nasional yang perlu mendapat perhatian khusus” dari pemerintah dan pemerintah daerah. Namun demikian, Segara Anakan menghadapi banyak permasalahan pada berbagai aspek. Permasalahan yang menjadi penyebab utama kerusakan Segara Anakan ini yaitu akibat kerusakan lahan pada Daerah Aliran Sungai DAS terutama DAS Citanduy dan DAS Cimeneng Purnamaji, 2006 yang salah satunya adalah deforestasi dan degradasi lahan Prasetyo, 2004. Menurut Asdak 2004, DAS merupakan satuan hidrologi memiliki keterkaitan biofisik antara daerah hulu hingga hilirnya dimana pemanfaatan sumberdaya di hulu akan berdampak pada kualitas DAS bagian tengah dan hilir. Berbagai permasalahan dalam aspek-aspek sosial ekonomi penduduk di sekitar Segara Anakan telah terjadi akibat proses ekologis yang terjadi di Segara Anakan. Konflik lahan, kompetisi ekonomi, penebangan liar, dilema alih fungsi lahan adalah beberapa di antara masalah sosial ekonomi tersebut. Perubahan ekosistem laut menjadi ekosistem darat menyebabkan perubahan pada pola mata pencaharian dari aktivitas penangkapan ikan tradisional nelayan menjadi aktivitas di bidang pertanian ataupun industri. Karena relevansi dan urgensinya, berbagai permasalahan tersebut harus segera ditangani dan diselesaikan. Relevansi dan urgensi tersebut terutama terkait dengan keberadaan Segara Anakan sebagai muara beberapa sungai besar dan kecil yang mengalami proses sedimentasi, yang berakibat pada terjadinya pendangkalan laguna di Segara Anakan secara sangat cepat, yang berimplikasi pada timbulnya berbagai permasalahan sosial ekonomi seperti tersebut di atas. Sedimen dihasilkan dari erosi yang diduga akibat intensifnya penggunaan tanah di daerah hulu yang tanpa konservasi. White et al. 1989 melaporkan bahwa kecepatan pengangkutan sedimen dari Sungai Citanduy mencapai 5 juta m 3 tahun sedangkan dari sungai Cikonde serta sungai kecil lainnya mencapai 7 7 p y t b b G S t l p s l m d t s 770.000 m 3 770.000 m 3 proses sedi yang menge ECI, 1997 d terus menga Gambar 1 bahkan mem berubah ben Gambar 1. Sumber : Proy Kimp Sumber : Bada inter Sumber : Bada citra Di dala terjadi telah lainnya. Ma pandang m sedimentasi lahan perta melalui ekst dampak sed tanah timbu sebelumnya 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 7.000 8.000 1890 1 tahun. Den 3 tahun, terja imentasi da endap di pe dalam Susa alami penyu . Dengan ti mperkirakan ntuknya men Pengurang yek induk penge praswil an Pengelola Ka rpretasi citra sate an Pengelola Ka satelit am konteks h berkemba asalah konf mengenai pe . Masyaraka nian, yang tensifikasi pe dimentasi me ul, karena lo a mereka m 1903 1944 1959 19 gan kecepa adi laju pen ri sungai-su erairan Sega nti, 2006. O sutan denga ngginya laju n bahwa pad njadi daratan gan Luas Lag embangan wilaya awasan Konsent elit wasan Konsentr sudut panda ang sedemi flik lahan, emanfaatan at pertanian selayaknya ertanian. Se enganggap okasi terseb melakukan ke 971 1984 1986 199 atan angkuta ngendapan ungai terseb ara Anakan Oleh karena an laju yang u pengenda da tahun 20 n yang ditum guna Segara ah Sungai Citan trasi Segara Ana rasi Segara Anak ang sosial, p kian komple misalnya, t tanah tim memandan a dapat dike ementara itu bahwa mere but adalah egiatan eko 92 1993 1994 1995 an sedimen sebesar 26 but, diperkir adalah seb itu, luas pe g sangat ting pan tersebu 015 Laguna mbuhi berbag a Anakan nduy, Cibulan, D akan berdasarka kan berdasarkan permasalaha eks dan be terjadi kare bul yang t ng bahwa ta embangkan u, nelayan, t eka memiliki lokasi dima onomi. Deng 5 1996 1997 1998 dari Cikond 60.000 m 3 ta rakan jumlah besar 1 juta erairan Sega ggi dari tahu ut, Atmawidj Segara An gai tumbuha Ditjen Pengairan an data Landsat n data SPOT 5 ha an-permasal ertautan sa na akibat erbentuk d nah timbul m untuk laha terutama ya hak tradisi ana pada m gan dasar it 1999 2000 2001 2 de sebesar ahun. Dari h sedimen a m 3 tahun ara Anakan n ke tahun jaja 1995 akan akan an bakau. n, Departemen type TM hasil asil interpretasi lahan yang tu dengan perbedaan ari proses merupakan n garapan ng terkena atas lokasi masa-masa tu, mereka 2002 2007 2008