Mengacu pada perbandingan tersebut, terlihat bahwa bentuk sistem insentif yang dipertimbangkan dalam pengelolaan laguna Segara Anakan,
menunjukkan kelayakan yang berbeda untuk aspek-aspek tertentu. Untuk penerapannya misalnya, pilihan insentif ’asset produksi utama’ layak untuk
semua aspek kecuali aspek politik; di sisi lain, insentif ’alternatif mata pencaharian’ menunjukkan kelemahan pada aspek politik dan aspek finansial.
Dari kelima sistem insentif yang dipertimbangkan, hanya satu sistem insentif yang dapat dinilai layak untuk kesemua aspek, yaitu insentif untuk penguatan
kondisi sosial.
5.3. Analisis Resiliensi SES
Bagian bahasan ini merupakan sintesa dari hasil-hasil analisis sebelumnya pada Sub Bab 5.1 dan 5.2 yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi bentuk-
bentuk intervensi yang berpotensi untuk dipilih sebagai intervensi-intervensi strategis untuk meningkatkan resiliensi masyarakat di Segara Anakan. Mengacu
pada penjelasan dalam Bagian Metodologi, identifikasi tersebut dilakukan dalam 4 empat tahapan yang hasilnya dapat dirangkum sebagai berikut:
Di antara hasil utama dari analisis pada bab-bab tersebut di atas dan yang relevan dengan identifikasi intervensi potensial untuk peningkatan resiliensi
adalah bahwa terdapat saing ketergantungan antara masyarakat dan sumberdaya. Hasil analisis dinamika sosial-eklogi dengan pendekatan analisa
sejarah pada perode tahun 1980 sampai saat ini menunjukkan bahwa telah terjadi penyusutan laguna yang luar biasa, degradasi sumberdaya baik mangrove
ataupun ikan. Hal ini menimbulkan dampak lanjutan berupa penurunan hasil pendapatan nelayan, namun menjadi sumber mata pencaharian baru bagi yang
bisa memanfaatkannya. Hal ini dapat dilihat dari pemanfaatan tanah timbul menjadi areal pesawahan, perkebunan dan juga pemukiman.
Hasil analisis SES tersebut juga menunjukkan bahwa trajektori sejarah dari SES tersebut banyak terpengaruhi oleh sejumlah faktor penentu drivers, baik
dalam bentuk kejadian maupun tindakan. Faktor-faktor penentu tersebut adalah: 1 belajar hidup dalam perubahan dan ketidakpastian; 2 mengembangkan
diversitas bagi reorganisasi dan pembaruan; 3 mengkombinasikan berbagai macam pengetahuan; dan 4 mengkreasi kemungkinan bagi pengorganisasian
diri. Tingkat resiliensi masyarakat berdasarkan faktor penentu resiliensi di laguna Segara Anakan dapat dilihat pada Gambar 80.
G
p p
p U
d p
H b
m H
b r
a g
e m
s b
Gambar 80.
Berdas penentuan
paling tingg pembaruan
Untuk kema diperoleh n
petani dan p Hasil yang
berbagai m memiliki sko
Hal ini dise berpendidika
resiliensi te ancaman ala
Resilie gangguan y
ekologis. R masyarakat.
sekelompok berbagai fak
5 10
15 20
25 30
resp on
de n
Persentase Faktor yan
sarkan hasi tersebut, m
gi untuk fak dan faktor
ampuan be elayan men
penyedia jas berbeda dit
macam peng or tingginya p
babkan kare an rendah.
ersebut ada amiah.
ensi sebaga yang sifatny
Resiliensi m . Hanya saja
k orang unt ktor yang me
Nelayan
e Responde g Mempeng
il pengolaha menunjukkan
ktor menge mengkreas
lajar hidup nunjukkan p
sa, meskipu tunjukkan o
getahuan se paling renda
ena masyar Faktor-fakt
lah keterba ai kapasitas
ya internal merupakan s
a, seberapa tuk melewa
empengaruh
Petani
n yang Mem garuhinya
an dan ana n bahwa tin
mbangkan si kemungk
dalam peru persentase
un cukup ren leh faktor k
ecara terpad ah dibanding
rakat nelaya tor lainnya
atasan mata s untuk sec
maupun e suatu prose
a waktu yang ati proses t
hi cepat lamb
Petam
miliki Skor Ti
alisis data s ngkat resilie
diversitas b kinan bagi p
ubahan dan yang cukup
ndah jika dib kemampuan
du. Persent gkan kelomp
an di kawas yang men
a pencahari ara efektif
ksternal ter es yang a
g diperlukan tersebut be
batnya sese
bak Penye
nggi untuk B
sesuai deng ensi nelaya
bagi reorga pengorganis
n ketidakpas p tinggi dib
bandingkan untuk mem
tase respon pok pemanfa
an ini sebag nyebabkan
an, aksesib menghadap
rhadap siste lamiah terja
n oleh seseo ersifat indivi
orang pulih
edia Jasa
k b
k m
d
K m
p
k m
p m
d
Berbagai
gan kriteria an nelayan
nisasi dan sasian diri.
stian yang bandingkan
petambak. manfaatkan
nden yang aat lainnya.
gian besar rendahnya
bilitas, dan pi berbagai
em sosial- adi dalam
orang atau idual. Ada
kembali ke
kemampuan belajar hidup
kemampuan mereorganisasi
diri
Kemampuan mengoptimalkan
pengetahuan
kemampuan menciptakan
peluang mengorganisasi
diri
keadaannya yang semula, baik yang berasal dari diri sendiri maupun dari lingkungan.
Dengan demikian, dapat dipertimbangkan faktor-faktor yang dapat dikendalikan dan diperkirakan dapat diintervensi dalam rangka peningkatan
resiliensi masyarakat. Berdasarkan sejumlah kegiatan FGD yang dilaksanakan dalam rangka penulisan disertasi ini, upaya yang dapat dilakukan diantaranya
adalah pengembangan sumberdaya manusia, pemberian insentif, pembangunan infrastruktur, pengerukan laguna, pengembangan usaha perikanan budidaya dan
pembuatan sudetan. Bentuk-bentuk intervensi ini diharapkan dapat menunda, meminimalkan, bahkan menetralisir hasil akhir yang negatif, dan pada akhirnya
diharapkan dapat meningkatkan resiliensi masyarakat Segara Anakan. Dalam FGD juga terungkap bahwa melalui upaya-upaya tersebut dapat dipertahankan
kawasan hutan lindung, peningkatan kesadaran masyarakat, penanggulangan lahan kritis, penanggulangan banjir, dan yang terutama adalah peningkatan
kelestarian sumberdaya. Apabila terjadi eksternalitas negatif sehingga tidak dapat ditahan oleh
resiliensi, maka akan terjadi keganjilan yang menyebabkan ketidakseimbangan dalam sistem sosial-ekologi. Konsekuensi dari keberadaan eksternalitas ini
seharusnya dapat diantisipasi dan direspon. Eksternalitas sangat penting diketahui karena dapat menyebabkan terjadinya alokasi pemanfaatan
sumberdaya yang tidak efisien dan selanjutnya mempengaruhi kinerja keberlanjutan pemanfaatannya. Bahasan selanjutnya adalah tentang
eksternalitas yang terjadi di laguna Segara Anakan.
5.4. Analisis Eksternalitas 5.4.1. Sumber Eksternalitas
5.4.1.1. Kondisi Laguna Segara Anakan
Eksternalitas dapat diartikan sebagai dampak dari suatu kegiatan tertentu terhadap kegiatan lainnya. Sumber eksternalitas dalam analisis ini adalah
Laguna Segara Anakan dan segenap dinamika yang terjadi pada sistem sosial- ekologisnya. Secara sekilas, telah dinyatakan pada bagian terdahulu bahwa
dinamika tersebut telah membawa pengaruh pada berbagai aspek kehidupan masyarakat di kawasan laguna, baik pengaruh yang bersifat positif maupun
negatif. Pada analisis ini, pengaruh positif dan negatif tersebut akan dibahas
secara lebih mendalam, dengan pula mengkaji hal-hal atau variabel-variabel yang terkait.
Laguna Segara Anakan yang terletak di Kabupaten Cilacap Propinsi Jawa Tengah merupakan suatu ekosistem unik yang terdiri dari badan air laguna
bersifat payau, hutan mangrove dan lahan rendah yang dipengaruhi pasang surut. Ekosistem tersebut berfungsi sebagai tempat pemijahan udang dan ikan,
sebagai habitat burung-burung air migran dan non migran, berbagai jenis reptil dan mamalia serta berbagai jenis flora. Laguna Segara Anakan juga termasuk
dalam DAS Segara Anakan yang merupakan bagian hilir dari wilayah sungai Citanduy.
Laguna Segara Anakan mempunyai fungsi yang sangat penting yaitu sebagai muara dari beberapa sungai yaitu sungai Citanduy, sungai Cibeureum,
sungai Palindukan, sungai Cikonde dan sungai-sungai lainnya yang berpengaruh besar terhadap kelancaran fungsi sistem drainasi daerah irigasi Sidareja-Cihaur
seluas 22.500 ha Kab. Cilacap, daerah irigasi Lakbok Selatan seluas 4.050 ha dan daerah irigasi Lakbok Utara seluas 6.700 ha Kab. Ciamis serta sistem
pengendalian banjir Wilayah Sungai Citanduy. Tingginya laju pendangkalan akibat sedimentasi sungai Citanduy serta
drainase yang buruk dan dipengaruhi pasang surut Samudra Indonesia berdampak pada berkurangnya luas perairan segara anakan yang
mempengaruhi luas daerah pemijahan ikan. Secara perekonomian masyarakat, kerusakan ekosistem menyebabkan penduduk kesulitan menangkap ikan
sehingga produksi perikanan menurun. Permasalahan besar di Segara Anakan adalah berkurangnya tampungan air sekaligus penumpukkan air di atas muara
sehingga banjir pada hilirnya.
5.4.1.2. Kondisi Ekosistem Mangrove di Laguna Segara Anakan
Ekosistem mangrove mempunyai peran penting dan bermanfaat bagi kehidupan manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung, namun tidak
semua masyarakat menyadarinya. Hal ini terutama disebabkan dampak eksploitasi hutan mangrove yang tidak terkendali dan baru dirasakan setelah
kerusakan semakin parah. Kondisi hutan mangrove di laguna Segara Anakan saat ini dapat dilihat pada Gambar 80 berikut.
Gambar 81. Kondisi Hutan Mangrove di Laguna Segara Anakan 2010 Berbagai kebutuhan ekonomi seringkali mendorong masyarakat untuk
memanfaatkan tanaman mangrove ini secara berlebihan, tanpa memikirkan akibat yang akan timbul di kemudian hari. Kayu mangrove jenis cancang banyak
digunakan sebagai bahan untuk atap rumah Gambar 81.
Gambar 82. Pemanfaatan mangrove sebagai bahan pembuatan rumah 2010
5.4.1.3. Persepsi Masyarakat Lokal
Laguna Segara Anakan merupakan sumber penghidupan masyarakat Kampung laut. Laguna dan hutan mangrove merupakan sumberdaya utama yang
bermanfaat baik secara langsung maupun tidak langsung. Sampai saat ini, kondisi laguna dan ekosistem mangrove di lokasi penelitian telah mengalami
tekanan akibat pemanfaatan dan pengelolaannya yang kurang memperhatikan aspek kelestarian. Tuntutan dan pembangunan yang lebih mengutamakan tujuan
ekonomi seperti konversi ekosistem mangrove untuk perluasan lahan tambak yang akhirnya terbengkalai dan penebangan yang tidak terkendali, menunjukkan
bahwa penggunaan lahan tersebut tidak sesuai dengan peruntukkannya dan melampaui daya dukung, sehingga terjadi kerusakan ekosistem mangrove dan
degradasi lingkungan pantai. Selain itu pemanfaatan tanah timbul akibat